5. Pertanyaan Tanpa Jawaban

1.1K 184 4
                                    

Orang bilang, pekerjaan paling menyenangkan adalah dokter. Sebab, dokter punya takdir menjadi kaya raya. Karena, jangankan jasanya yang dibayar mahal. Menempuh pendidikannya terkadang harus mengeluarkan biaya seharga rumah mewah di Gangnam. Atau Samsung. Bergantung dimana dia menghabiskan masa belajarnya.

Seungwan tidak sekaya itu. Dia hanya cukup pintar untuk dibebaskan dari separuh biaya yang dibebankan. Orang tuanya hanya pegawai negeri biasa. Rumah mereka juga letaknya ada di Mapo. Cukup jauh dari pusat kota. Rumah yang biasa dihuni oleh pegawai negeri biasa.

Setelah beberapa pasien kecelakaan diurus dengan baik. Seungwan dan Seulgi yang jas kebangsaannya kotor menarik nafas. Sedikit beban berkurang. Untungnya tidak ada pasien yang datang dengan luka serius. Jadi mereka bisa menangani mereka dengan baik. Di saat beberapa dokter mengambil cuti berlibur mereka.

"Dokter Son, tadi Kak Chanyeol datang. Membawa pakaian yang ada di resepsionis. Perlu saya antarkan atau tidak?" Yeri yang masih menggenggam ipadnya memberikan laporan. Membuat Seungwan berjengit sesaat karena kelelahan. Dia baru ingat jika tadi sempat menghubungi Chanyeol untuk membawakan baju ganti. Sementara rombongan pasien datang. Membuat dia mengalihkan perhatiannya sesaat.

"Bisa antar ke ruang praktek saja ya. Kayaknya saya masih perlu di sini. Ada beberapa pasien yang harus diurus dan dicarikan kamar," kata Seungwan.

Sebenarnya, memeriksa ketersediaan kamar bukanlah tugas Seungwan. Hanya saja, gadis itu sedang ingin berlama-lama di UGD. Mengingat sahabat perjuangannya ada di sana juga. Sekalian, dia ingin bercerita banyak hal yang belum sempat diaceritakan kepada Seulgi.

"Oke, baik dok," kata Yeri, lalu berlalu meninggalkan kedua dokter hampir senior itu. Memberikan ruang serta waktu, dan datang lagi jika ada informasi yang perlu diketahui Seungwan. Sebagai admin yang ditugaskan menguruskan kepentingan Seungwan, tugasnya memang harus berada di sekitar Seungwan. Bahkan di waktu istirahat sekalipun.

Seungwan dan Seulgi punya spot terbik di ruang UGD. Kadang penuh kebisingan. Tapi mereka selalu suka duduk di sana. Letaknya ada di sudut meja administrasi. Ada sebuah sofa yang menghadap ke arah TV Plasma yang membelakangi beberapa ranjang. Di tengahnya ada meja yang penuh dengan camilan. Dan mereka hanya akan menyambungkan wifi dan menonton beberapa tayangan idola mereka.

Seungwan punya kesamaan yang banyak dengan Seulgi. Bukan cuma idola. Tapi latar belakang keluarga juga. Bahkan tempat lahir. Seungwan pernah menyangka jika mereka adalah saudara kandung yang terpisah. Tapi sayang cuma di khayalannya saja. Karena pasti akan menyenangkan memiliki saudara yang memiliki ketertarikan yang sama sepertinya.

Tidak seperti Seunghee yang selalu punya alasan untuk berdebat dengannya.

"Chanyeol belum ada hilalnya ya? Perasaan dari kemarin bilangnya iri terus pas Kak Junmyeon lamar dokter Irene di restoran," Seulgi membuka pembicaraan, seolah-olah tahu alasan kenapa Seungwan memutuskan untuk tinggal di UGD, selain berbicara dengan Seulgi.

Seungwan hanya tersenyum sekilas. Di usianya yang matang, Seungwan punya mimpi menikah dengan laki-laki yang dia cintai. Dan Chanyeol sudah lebih daripada laki-laki yang dia cintai. Keberadaan Chanyeol bukan hal yang mengejutkan. Sudah menjadi rutinitas. Dan Seungwan suka menyadarinya, fakta Chanyeol ada di sekitarnya.

Sayangnya, sebatas itu mereka berhubungan. Chanyeol mungkin mencintainya. Tapi, tidak ada komitmen yang jelas yang diberikan koki kenamaan itu. Bukan ragu, Seungwan hanyamerasa selalu ada yang kurang, ketika mereka tinggal dalam satu atap, tanpa ada ikatan pernikahan. Seungwan masih orang Asia kok.

Seulgi juga perempuan, jadi dia tidak perlu memaksa Seungwan menjelaskan perasaannya. Cukup memahami, kalau Seungwan sedang ada di dalam posisi kebingungan. Akan dibawa kemana hubungan tersebut. Di saat mereka sudah menempuh berbagai masalah naik turun hubungan.

Atrium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang