3. Ruang UGD dan Panggung Pertama

2K 238 20
                                    

"Seenggaknya kamu bawa dulu ke ruang UGD sebelum memastikan pasien nggak ada respon, Seulgi," suara dingin Kim Jongin menggema di lorong rumah sakit. Habis-habisan dokter UGD itu dimaki-maki hari ini. Lebih baik dia tidak menangis. Karena memang berat menjadi Seulgi.

Seungwan yang ada di ujung koridor siap membawa dua coke untuk mereka nikmati. Di kala penat. Mereka akan pergi rooftop. Berteriak sekeras-kerasnya. Tidak jarang mendoakan pasien kaya yang koma berkepanjangan untuk mati. Mereka tidak suka terikat. Dan rata-rata pasien ingin terus mengikat

"Kalau sudah begini, keluarga pasien menuntut. Dan bilang kita nggak ada upaya bagaimana? Nggak semua paham prosedur kedokteran Gi. Jadi tugas kita juga memahami mereka yang tidak paham," kata Jongin lagi. Kali ini suaranya lebih rendah. Ditangkupkannya kedua bahu Seulgi. Jongin tahu kesulitan apa yang dihadapi Seulgi. Tapi mereka dipaksa untuk memahami. Di atas batas orang lain bisa saling memahami.

Seulgi terisak di pelukan Jongin. Sementara lelaki itu menepuk-nepuk bagian belakanh tubuhnya. Dia mungkin sudah keterlaluan menyalahkan keadaan pasien yang sudsh tidak dipertahankan. Tapi tidak ada pilihan lain. Seperti itu mereka berkerja. Kerap kali dibabibutakan oleh takdir tuhan soal usia.

Seungwan yang melihat situasi sudah tenang mulai berjalan ke arah mereka. Jongin yang mengetahui hal tersebut segera melepaskan rangkulannya dengan lembut. Dia tersenyum ke arah Seungwan. Dan mengangguk. Seolah tugasnya sudah selesai. Tepat ketika dia pamit undur diri. Meninggalkan mereka berdua.

"Gi, tau nggak sih. Keluarga yang tadi nyalahin kamu atas meninggalknya sang kakek, mereka masa nyari aku. Toxic deh. Aku disuruh cek detak jantung. Padahal jelas sudah nggak bernafas," Seungwan berusaha menghibur. "Katanya sih, yang keukeuh minta diperiksa itu, dapat warisan paling kecil. Dan lagi lobi si kakek untuk bikin wasiat baru. Gila ya, ada anak kaya gitu ke orang tuanya."

Seulgi menatap tidak percaya Seungwan. Dia tidak tahu soal itu. Tapi apa benar? Jika benar, maka keterlaluan sekali. Karena Seulgi tidak akan memaafkan orang yang beraninya memaki dengan keras di ruang UGD. Dia adalah dokter hampir senior. Ada junior-juniornya di sana. Keadaan pasien yang tidak responsif sejak dilarikan ke rumah sakit harusnya dapat dipahami. Kalau dia sudah meninggal. Tapi sebaliknya. Sesaat Seulgi memastikan dan memberikan riwayat kematian. Datang seseorang yang menyalahkannya. Dengan alasan jika Seulgi melakukan malpraktek.

Seungwan memberikan coke ke arah Seulgi. Benar, dia butuh glukosa. Dan sungguh dia ingin melupakan kejadian hari ini. Tawaran Seungwan memang tepat. Jadi dia sekarang berjalan beriringan. Ke arah lift untuk menuju lantai paling atas. Dan masuk ke lorong tangga darurat. Untuk tiba di rooftop. Tempat pribadi mereka.

"Pulang jam berapa hari ini?" Tanya Seulgi saat emosinya mulai melunak.

Seungwan melihat jadwal di layar ponselnya. Ada tawa menyeringai terpatri di sana. "YEAY, panggung pertama NCT Dream. Gi, lihat dong, masternim bilang mereka akan debut di panggung Mucore sore ini. Jadwalku nggak bentrok, ya ampun," Seungwan meloncat-loncat bahagia ketika dia menyadari kalau dia bisa menyaksikan panggung pertama idola mereka.

Jadi, Seungwan dan Seulgi sepakat punya idola dari kalangan usia remaja. Dulu, ketika mereka masih duduk di bangku kuliah. NCT Dream menjadi sekolompok anak lelaki yang mampu menaikkan mood mereka. Seiring waktu, beberapa anggota NCT Dream harus lulus. Dan baru kemarin Jisung, maknae NCT Dream era pertama lulus. Mereka didebutkan dalam sub unit baru, yang teasernya dikeluarka sejak awal bulan. Bertajuk NCT U - We Back.

Jangan tanya. Siapa bias Seungwan dan Seulgi. Karena jawabannya. Semua anggota NCT disebutkan.

×××

Seungwan segera merapikan jasnya. Kali ini tidak boleh terlewat. Meski jam kerjanya baru selesai di 15 menit sebelum acara dimulai. Akan dia kerahkan kemampuan menyetirnya agar tidak terlewat sedikitpun.

Sebagai fangirl garis keras, Seulgi dan Seungwan memutuskan untuk menjadi penggemar grup selamanya muda. NCT Dream salah satunya. Mereka hanya akan menyukai anggota baru yang selisih usianya jauh di bawah mereka. Satu-satunya motivasi untuk tidak sedih ketika gagal ujian blok. Dulu.

Untungnya mereka sekarang sudah masuk ahli spesialis. Di rumah sakit yang sama pula. Sayangnya dengan jadwal berbeda. Jadi sekarang, hanya Seulgi yang gigit jari karena tidak bisa melihat panggung pertama mereka.

"Gi, jangan sedih. Nanti aku kirim link panggung pertama mereka. Oke?" Kata Seungwan yang segera memperlihatkan deretan giginya yang putih. Membuat Seulgi semakin mendengus.

Kalau banyak orang menduga Seulgi dan Seungwan terjebak pada hanyalan semata. Maka mereka salah. Karena dua primadona Yonsei University, Fakultas Kedokteran Jurusan Ilmu Kedokteran itu punya dunia nyata. Mereka punya pacar. Yang siap dibandingkan dengan idola mereka. Kapanpun. Dimanapun. Karena tidak kalah tampan dan berbakat.

Seungwan dan Seulgi adalah sahabat sejawat. Mereka berteman sejak SMP. Dipisah oleh masa SMA dan kembali dipertemukan di era kuliah. Sejak tujuh tahun belakangan ini, mereka disibukkan dengan tugas kuliah, paper, dan pengetahuan soal organ tubuh manusia. Juga idola mereka.

×××

Park Chanyeol sudah ada di ruang TV saat Seungwan melemparkan semua barang-barangnya ke atas sofa. Menarik remot yang ada di genggamannya. Mengubah saluran menjadi sebuah acara musik. Membuat lelaki itu menautkan kedua alisnya. Lalu dengusan kasar terdengar. Mulai lagi.

Hidup bersama dokter muda seperti Seungwan memang penuh kejutan. Awalnya dia mengira perempuan ini tidak tertarik pada apapun. Tapi, ketika mereka menjalin hubungan. Semakin serius. Dan memutuskan untuk hidup bersama. Barulah dia tahu, kalau Seungwan adalah seorang fanatik.

Lihat saja sekarang. Dia sibuk mengeluarkan boks putih di laci bawah kursi. Mematikan lampu ruang TV. Dan menyalakan sebuah benda tabung bergagang putih dan berwarna lime di bagian atasnya. Chanyeol yang penasaran, melihat boks tersebut. Dengan modal cahaya menyilaukan, dia bisa membaca kalau barang yang dipegang pacarnya itu adalah lightstick.

"Aaaaaaaaak," pekikkan itu terang membuat Chanyeol segera menoleh ke arah Seungwan. Dilihatnya perempuan itu sedang menitikkan air matanya. "Akhirnyaaa penantianku!!!!"

Tidak. Tidak selesai di sana. Karena saat suara TV mendominasi ruangan. Chanyeol bisa mendengar teriakan histeris lain dari bibir Seungwan. "NCT! NCT! NCT!" Kata Seungwan kemudian terus berteriak sambil menyebutkan nama-nama asing yang tidak Chanyeol kenal.

×××

"Kadang aku heran kenapa ada dokter sefreak kamu Wan."

"Heh, aku tuh bisa pinter gini gara-gara mereka tauk."

"Apaan pinter tuh ya usaha bukan teriak-teriak nama nggak jelas."

"Enak aja nggak jelas. Mereka tuh jelas. Sejelas karirku sebagai dokter ahli jantung."

"Buktikan!"

"Taeil, Jhonny, Taeyeong, Jaehyun, Winwin, Jungwoo, Mark, Haechan, Yuta, Renjun, Jaemin, Jeno, Chenle, Jisung...."

"Kamu apaan sih. Itu absen teman sekelas kamu serudugan gitu?"

"Iiih itu bukti kejelasan. Kalau cintaku sama mereka tuh asli. Aku bisa hapal nama mereka sehapal aku menghapal Neurobehavior and Special Senses System."

"Bodo amat Wan!"

×××
Terinspirasi dari mana hayooo. Baru bangun tidur. Tiba2 kepikiran naskah ini. Daripada ilang aku up aja kali ya.

Btw, mau nulis lanjutan DOI. Siapa yang exited. Bentar lagi liburan berakhir. Dan jadwal kerja sudah menunggu.

Jadi, kalau mulai Minggu aku lelet up. Mohon maaf yaaaa.

Atrium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang