10. Pukulan

23 6 0
                                    

Bintang kini menuju ke kantin sendiri. Ya, kalian tau lah pasti Bintang dari mana. Dia baru saja keluar dari ruangan olimpiade. Setelah sesampai nya di kantin, matanya memutari seisi kantin dan tepat di titik itu ia menemukan keberadaan teman teman nya. Bintang langsung menyapa teman temannya dan duduk di kursi kosong.

"Gimana Bro, ngapain aja tadi?" Tanya Gilang pada temannya itu.

"Tau ah bingung nih gue."

"Bingung kenapa Lo?"
Sekarang Frez yang ikut bertanya.

"Gini ya, masa sekarang anak olimpiade di wajibin harus ikut eskul."

"Lo bingungin apa si Bin? Lo kan udah punya eskul badminton."

"Tapi gue mau keluar dari eskul itu. Gue juga udah jarang berangkat kok. Males."

"Yakin cuman gara gara males?"
Tanya Ben yang tidak percaya dengan alasan Bintang.

"Udah ya gausah bahas bahas badminton lagi."
Ucapan dengan penuh penekanan dari Bintang sehingga membuat teman temannya langsung diam dan ia beranjak ke warung kantin.

Setelah Bintang pergi tidak ada hal lain yang mereka bicarakan. Mereka melanjut kan memakan makanan yang di pesan. Tapi, ada salah satu diantara mereka yang sibuk dengan gadget nya.

Sebelum berbicara Gilang menyenggol tangan Ben.
"Eh temen lo kenapa si kok dari tadi senyum senyum gitu?"

"Tau tuh. Lagi chat sama cewek kali."

"Masa sih orang kaya gitu bisa dapet cewek. Ga percaya gue mah."

Tingkah Frez membuat Gilang dan Ben penasaran. temannya itu seperti orang gila karena tersenyum ketika melihat sang gadget. Diam diam Ben mengendap endap untuk mengambil gadget Frez. Hal itu berhasil merebut sang benda pipih dari tangan Frez. Frez pun tidak terima karena benda itu diambil.

Ketika Ben ingin membaca pesan itu, benda tersebut hampir di ambil oleh sang pemilik. Namun dengan sigap ia menghalangi nya. Ben pun tidak jadi melihat isi pesan itu. Mereka pun kejar kejaran di area kantin seperti anak kecil. Dannn bugg tangan Ben mengenai pipi seseorang dan tak sengaja memukul nya karena menghindari tangan Frez yang akan mengambil gadget di tangan dirinya sendiri.

Hal itu membuat Ben dan seisi kantin terdiam. Ternyata yang ia pukul adalah seorang wanita. Setelah terjadi keheningan beberapa saat Ben sempat membaca pesan pada gadget Frez.

"Kolor dan kaos dalem?"
Tulisan dari benda pipih Frez ternyata ini. Sumpah teman nya itu aneh. Ingin dibeli kan Kolor dan Celana dalem baru saja ia sampai senyum senyum seperti orang kasmaran.

"Iya. Gue mau di beli in celana kolor dan kaos dalem sama bokap jadi gue seneng."
Jawab Frez dengan sangat tegas dan merebut gadget nya dari tangan Ben. Dan pergi meninggalkan nya.

~~~~

Sakit yang di rasakan. Perih sungguh terasa. Viza yakin kali ini pipinya memar dan biru. Ia menelungkup kan kepala nya di meja kantin. Setelah ia merasa kuat untuk mendongak kan kepala nya, ia melihat seseorang yang telah memukul pipi nya. Ia tidak mengenal siapa dia?

Ternyata yang memukul pipinya adalah seseorang yang sering melihat nya dengan senyuman. Viza bingung kenapa dia bisa memukul dirinya. Tangan Viza tidak bisa lepas dari pipi kanannya yang terpukul, sakit pukulan itu sangat perih. Tanpa komando dari Viza tiba tiba air mata nya keluar. Viza sudah tidak bisa menahan rasa sakit ini. Ben pun bingung ia harus melakukan apa, dirinya melakukan hal itu karena ketidaksengajaan. Ben pun akhirnya memberanikan diri untuk mendekat ke arah wanita itu. Ben kaget ternyata orang tak sengaja terkena pukulan tangannya adalah wanita yang telah mencuri perhatian nya saat ia pertama datang kesekolah.

"Maafin gue. Tadi gue ga sengaja mukul lo. Pasti sakit banget ya."

Tidak ada jawaban dari Viza, dirinya tetap menangis tak bisa menahan rasa sakitnya.

"Udah yuk Za kita ke UKS aja, pipi Lo memar banget." Eca pun akhirnya membawa Viza ke UKS diikuti oleh Vika.

Dari jauh Bintang melihat wajah Ben yang tampak kebingungan. Sebagai teman yang baik ia mendekati Ben dan bertanya apa yang dia pikirkan.

"Eh bro. Lo kenapa kok muka lo bingung gitu?"

"Gini Bin. Gue ga sengaja tadi mukul cewek. Ini akibat ulah Frez nih ah."

"Lah jadi yang mukul cewek tadi tuh elo. Jihhh. Makanya kalo bercandaan jangan kaya anak kecil, lari larian ga jelas. Jadi ada korban kan."
Bukannya menenangkan Bintang malah mengomeli Ben.

"Ya gue tau Bin gue salah. Gue pikir Lo mau nenangin gue eh tau taunya malah nyeramahin gue dan buat gue nambah ngerasa bersalah."

"Kalo lo ngerasa bersalah ya samperin gih tuh cewek. Lo minta maaf bukan bengong disini."

"Tapi dia UKS."

"Terus?"

Ben tidak merespon perkataan Bintang. Malahan ia masih terlihat bingung.

"Ya samperin dia ke UKS dong Ben. Gimana sih lo. Yaudah gue anter cepet."

Dengan terpaksa Bintang menawarkan diri kepada Ben untuk menemaninya ke UKS untuk meminta maaf pada gadis itu. Setelah sampai di depan pintu UKS Ben hanya mengintip ngintip. Dia masih ragu apakah ia harus masuk atau berdiam diri. Bintang yang geram dengan sikap Ben. Dengan terpaksa ia mendorong temannya itu agar memasuki ruangan UKS.

Dorongan Bintang yang menimbulkan hentakan kaki Ben langsung mendapat tatapan dari orang di dalam UKS yaitu Vika, Viza, Eca dan Firda. Firda adalah petugas UKS pada hari ini.

"Mau apa lo kesini!?"
Tanya Eca dengan nada yang tak biasa.

"Emmm....hmmm gue mau minta maaf sama lo karena kesalahan gue, pipi lo jadi memar gitu."
Bintang menyodorkan tangannya.

"Padahal ini sakit banget loh. Berhubung kamu udah berani minta maaf aku maafin kok. Udah santai aja gausah ngerasa bersalah kaya gitu."
Viza pun membalas uluran tangan Ben.

"Beneran?"

"Iya."

"Makasih. Ehhh yaudah deh gue pergi dulu ya gaenak disini cewek semua. Kalo lo butuh apa apa, misal butuh obat buat memar entar tinggal bilang aja sama gue. Nama gue Ben. Kelas 11 MIPA 2."

Ben keluar dari UKS dengan senyum yang terus mengembang di wajah nya.

Raket Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang