15. XI MIPA 2

13 0 0
                                    

Pagi ini cuaca sangat dingin. Semalam hujan turun membasahi tanah. Aroma tanah yang tersiram oleh air hujan pun masih tercium. Genangan air di jalanan pun masih ada. Bahkan lantai rumah sempat kotor terkena tanah. Tak lupa juga cuaca pagi layaknya sore hari yaitu gelap dan mendung.

"Dingin banget sih hari ini."
Viza yang baru selesai berganti pakaian dengan seragam menggosok kan kedua tangan nya.

Sebelum aktivitas dimulai, adalah mengisi energi dengan sarapan.

"Viza berangkat sekolah sama papa aja ya. Diluar mendung takut hujan. Jaket jangan lupa dipake. Dingin."

"Iya pa."

Tidak ada lagi obrolan. Setelah selesai makan Viza dan ayahnya langsung menuju mobil. Selama perjalanan Viza dan ayahnya sedikit berbincang mengenai suatu hal. Saat sampai di depan gerbang sekolah, Viza mencium tangan papa nya lalu berjalan menuju halaman sekolah. Namun, sebelum Viza sampai di atap sekolah hujan mulai turun. Banyak para siswa yang berlarian menuju atap. Viza pun sama seperti yang lain. Dirinya berlari tak tentu arah asalkan dirinya tidak terguyur air hujan. Setelah berlari, akhir nya Viza bisa mendarat di depan kelas dengan baju yang setengah basah. Untungnya dia memakai jaket, jadi baju seragam nya terlindungi dari hujan. Tanpa ia sadari, kini dirinya sedang berada di depan kelas 11 MIPA 2. Viza masih berdiri di depan kelas itu. Menetralkan napas yang tersenggal senggal akibat berlari. Setelah dirasa napasnya mulai normal. Viza berbalik arah ingin menuju kelas nya. Tiba tiba, ada seseorang yang melintas didepan nya. Seorang laki laki, rambutnya basah, bajunya pun cukup basah karena hujan. Rambut basah yang diusap oleh tangan nya membuat kesan menawan lelaki itu semakin menonjol. Kaum hawa yang melihat nya pun pasti akan tersihir oleh visualnya.

Orang tersebut adalah Bintang. Viza langsung tersihir dan tak bisa berkutik dengan gerakan yang Bintang lakukan saat ini. Dirinya terdiam cukup lama. Hingga tak sengaja ada seseorang yang menyenggol nya dan ia langsung tersadar.

"Ahh gateng banget, ya Allah hamba mu ini melemah melihat ciptaan-Mu."
Runtuk Viza dalam hati.

"Eh elo, kebetulan banget gue ketemu lo disini."
Bintang yang baru menyadari Viza pun langsung menyapa nya.

"E-eh iya."

"Makasih."
Ucapan singkat Bintang mengembalikan buku sejarah Viza yang telah dipinjam nya.

Viza langsung memasukkan buku nya kedalam tas. Ketika dirinya membuka tas, ternyata ada jaket Bintang yang ingin ia kembali kan.

"Oh iya Bintang aku juga mau kembaliin jaket kamu."
Viza menyodorkan jaket itu kepada Bintang.

Bintang menerima jaket tersebut, Viza pun hendak pergi meninggalkan kelas Bintang. Namun, tiba tiba dirinya terpeleset. Karena cuaca hari ini yang hujan, banyak genangan air di lantai. Viza pun memejamkan matanya, seharusnya kalau dirinya terpeleset merasakan sakit. Namun, menyentuh lantai pun tidak. Dirinya merasa bahwa ada yang menopang badannya. Viza mulai membuka matanya dan dirinya terbelalak bahwa badannya tertahan oleh tangan Bintang. Mata keduanya sempat bertemu dan saling pandang beberapa saat. Banyak pasang mata yang memerhatikan keduanya.

Setelah sadar bahwa mereka menjadi pusat perhatian. Mereka kembali ke posisi semula. Terlihat keduanya canggung.
"Eh-eh makasih."
Ucapan Viza terbata bata. Setelah kata itu yang terlontar Viza langsung melarikan diri ke kelasnya.

Lari. Viza berlari menuju kelasnya. Kalian pasti sudah tau apa yang dirasakan Viza saat ini, jantungnya tak karuan dengan keadaan barusan terjadi. Dirinya tidak bisa kalau harus terus berada di area tadi. Bintang yang melihat tingkah Viza pun langsung terkekeh.

"Kenapa tuh orang?" Bintang tersenyum dengan muka yang bingung.

"Lucu juga sih."

Ahhh....

Bintang pun memutuskan berjalan menuju kelasnya. Kini ia berjalan dengan hati hati agar tidak terpeleset seperti Viza.

~~~~

Viza berhenti di depan pintu kelasnya, tangan kanannya memegang dada. Merasakan bagaimana debaran jantung yang kini ia rasakan. Viza pun membayangkan kejadian tadi, antara Bintang dan dirinya. Senyum yang ia pancarkan tidak hilang hilang karena membayangkan nya.

"Barusan tuh cuman kaya gitu. Gimana kalo yang lainnya coba. Misal gue dipeluk sama Bintang."
Viza berbicara pada dirinya sendiri dan ia spontan menutup mukanya dengan kedua tangannya karena merasa malu. Setelah sadar, Viza memukul kepalanya dengan kiri.

"Ngomong apaan sih aku ini. Enggak enggak. Viza sadar Viza. Aduh ah macem macem aja deh nih otak, kayaknya kebanyakan asupan rumus kimia deh."

Viza berjalan ke dalam kelasnya lalu duduk di kursi.

Kini, aku hanya bisa membayangkan
Mungkin besok, lusa, atau nanti ini akan jadi kenyataan
Tunggu saja
Karena menunggu adalah interval suatu impian
RAZ☀️

~~~

Hai pembaca setia raketku . Gimana chapter kali ini? Asique kan ahayy.
Semoga chapter kali ini bisa bikin kalian suka ya 💗💗 . See you in the next chapter.

Jangan lupa kasih vote dan comment nya ya. Eh kalo bisa share juga cerita raket tepak tepak ini uhuyyyy....

Santi Pasangan Kang Daniel


Raket Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang