14. Awal Perkenalan

12 2 0
                                    

Mungkin benar angin yang telah membawanya datang. Viza pun tak sadar bahwa bibir nya telah melengkung membentuk bulan sabit. Dirinya terlena akan kedatangan Bintang yang berkeringat. Dengan tanpa izin keringat itu meluncur dari dahi Bintang menuju ke pipinya. Entah dorongan dari mana, tangannya berkeinginan untuk menyeka keringat itu.

Bintang tersadar bahwa gadis disebelahnya ini tak lepas dari pandangan nya.
"Hey."
Ucap Bintang lalu memegang pundak nya.

Viza langsung terlonjak kaget sekaligus malu. Tak habis pikir bahwa dirinya tertangkap basah sedang memandangi Bintang. Karena malu, ia menundukkan kepala dan merutuki kebodohan yang telah dilakukannya. Viza khawatir dan was was bahwa Bintang akan berpikir yang tidak tidak tentang dirinya.

Bintang yang melihat tingkah Viza merasa lucu. Baru kali ini ada gadis yang tertangkap basah memandangi nya langsung terlihat ciut. Biasanya gadis gadis disekolah kalau tertangkap basah sedang memandangi nya akan berjingkrak jingkrak.

"Maaf."
Lirih Viza. Tiba tiba meminta maaf. Bintang yang mendengar ucapan Viza merasa bingung. Dirinya tidak melakukan kesalahan apapun tapi meminta maaf. Lugu sekali gadis ini.

"Iya gue maafin."
Jawab Bintang dengan nada bergurau.

"Eh."
Mendengar jawaban Bintang. Viza langsung tak menyangka bahwa akan dibalas ucapan seperti tadi.

"Lo cewek yang gue pinjem buku sejarah nya kan?"
Bintang mengalihkan pembicaraan.

"Iya."
Jawaban Viza terasa kikuk, sambil menggaruk belakang lehernya yang tak gatal.

"Gausah grogi gitu kali. Biasa aja. Maklum lah gue emang ganteng jadi kalo ada cewek yang gue ajak ngobrol suka salting gitu."

"Apaan sih."
Viza menjawabnya dengan senyuman yang nyeleneh.

"Oke oke. Ga deh. Nama lo siapa?"

"Aku?"
Viza menunjuk dirinya sendiri.

"Yaiya terus siapa lagi."

"Nama aku Viza."

"Oh Viza. Oke Viza. Nama gue Bin-"
Kata katanya terputus dan Viza tiba tiba menyambar.

"Bintang kan?"

"Kok lo bisa tau gue?"

"Siapa yang ga kenal kamu? Hampir satu sekolah tuh ya tahu tentang kamu. Kamu kan salah satu mos wanted sekolah. Plus atlet muda Indonesia."

"Ahh bisa aja lo. Lo ngapain disini?"

"Aku lagi gambar buat tugas sekolah."

"Oh. Yaudah deh gue duluan Za. Mau pulang. Abis olahraga lengket nih badan."

"Iya Bintang hati hati ya."

"Gue balikin buku lo besok."

"Iya."

Bintang melambaikan tangannya ke arah Viza dan Viza pun membalas. Kini Viza merasa senang bahwa Bintang telah mengenal namanya. Ini artinya tidak menutup kemungkinan kalau dirinya dan Bintang bisa semakin dekat. Setelah kepergian Bintang, Viza melanjutkan tugasnya ditemani semilir angin.

~~~~

Bintang kembali kerumahnya dengan berlari. Jarak rumahnya dari taman lumayan jauh sekitar 2 km. Namun bagi Bintang jarak segitu tidak ada apa apa nya. Kebiasaan Bintang saat libur sekolah adalah olahraga. Mulai dari berlari dan berenang. Sesampainya dirumah, Bintang langsung mengambil minum yang ada di ruangan tengah dan duduk di sofa. 1 botol minuman kandas olehnya. Bintang menetralkan nafasnya.

"Ih abang, jorok banget deh. Abis olahraga bukannya mandi malah tiduran di sofa."
Sang adik yang baru saja keluar dari kamarnya melihat Sang kakak seperti itu langsung mengomel.

"Berisik."
Satu kata yang dilontarkan Bintang dengan tegas.

"Bau tau ga sih. Tuh keringet kaya bau kebo."
Sindir Cinta yang langsung dibalas tatapan mengerikan oleh Bintang.

Bintang mendekati Cinta agar bau badannya bisa tercium lebih menyengat.

"Nih bau badannya orang ganteng mah sedap."

"Abanggg.... Jauh jauh ih sana. Bau kambing. Aku mau pergi udah rapi." Cinta pun berteriak teriak saat Bintang mendekati nya.

"Mau pergi kemana lo? Udah rapi aja."

"Aku mau ke rumah sakit nemuin mama."

"Sama siapa kesana?"

Tiba tiba ayahnya datang menemui mereka berdua yang sedang asyik di ruang tengah.

"Loh Bintang, kok kamu belum mandi. Cepat mandi mau ikut ga? Papa mau kerumah sakit."

"Iya pa, tunggu Bintang. Siap siap dulu."

Bintang langsung melesat menuju kamarnya dan mandi. Setelah semuanya siap. Keluarga ini pergi menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit mereka memasuki ruangan muara kasih.

Melihat sang istri tak sadarkan selama 6 bulan membuat Bagas - ayah Bintang merasa sedih. Karena dalam hari harinya tidak ada warna. Namun, satu hal membuatnya tetap bertahan anak anaknya yang masih membutuhkan dirinya dan kasih sayang nya.

"Bintang."
Panggil Bagas dengan suara lembut.

"Iya pa. Kenapa?"

"Kamu ga yakin mau berhenti jadi atlet?"

"Yakin pa."

"Papa pikir, lebih baik kamu lanjutkan saja nak. Kesalahan masa lalu biarlah jadi pelajaran."

"Enggak pa. Lelaki itu yang dipegang omongan nya. Sekali bilang enggak ya enggak."

"Huss. Gaboleh ngomong gitu. Papa yakin suatu saat ada seseorang yang bakal buat kamu kembali ke dunia atlet."

"Pa maaf. Bintang keluar dulu."

Bintang hanya butuh waktu. Dia masih menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian 6 bulan yang lalu

Raket Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang