3. Maaf dengan Syarat

2.6K 154 1
                                    


Gimana
Suka gak ceritanya ? Jangan lupa di Vote yahh and Happy Read♡

☆☆☆☆☆

HUKUMAN

Lonceng pulang sekolah berbunyi

Kirana*Pov

"ohhh sial, kenapa harus sekarang ?"
Dengan malas aku pun membereskan peralatan belajarku . Entah kenapa, aku tidak ingin pulang dan ingin terus belajar. Karena untuk sekarang, bunyi lonceng bukan lagi pertanda kebebasan tapi bagaikan pertanda akan terjadinya hal yang mengerikan dan pada kenyataannya hal itu pun BENAR, sebentar lagi aku akan menjalani hukuman bersama dengan anak menyebalkan itu. Tetapi, aku juga merasa bersalah pada Ray, gara-gara aku Ray akan melewatkan latihan Basketnya.

"apa gue harus minta maaf ?,wait..... ngomong apa sih gue barusan?. Kan jelas-jelas gue juga kena hukumannya"

Saat aku sedang membereskan peralatan belajarku, Ray melintas tepat di depanku

"Ray..."

"what? Ngapain gue manggil dia. Apa yang lo lakuin Kirana?"

"hhmmm, kenapa ?

"soal kejadian tadi pagi. Hmm....Gue minta maaf.... Gara-gara gue, lo juga kena hukuman"

Ray terdiam dan hanya memandangiku. Perlahan ia mulai mendekat dan terus mendekat hingga tepat berada di depanku. Aku pun mulai was-was. Ia sedikit membungkuk dan mendekatkan wajahnya tepat di depan wajahku seketika wajahku terasa memanas dan mungkin wajahku sudah merah saat ini. Aku berjalan mundur hingga membentur meja yang ada di belakangku. Ray hanya tersenyum melihat tingkahku.

"duuhhh gue harus gimana nihh. Kok jadi canggung gini" "jangan lo pikir gue udah kalah dari lo, tapi gue kasihan aja lo jadi nggak bisa latihan Basket gara-gara gue"

Ray hanya menatap ku binggung entah apa yang sedang dia pikirkan. Seketika raut wajahnya berubah dan sedikit lebih tenang.

"Lupain aja" setelah mengatakan demikian, Ray pun pergi meninggalkanku yang kebinggungan dengan apa yang telah ia perbuat.
Belum sampai di depan pintu, ia berbalik dan berkata "nggak usah bengong. Ruang BP sama Ruang Guru udah nungguin lo tuuhh"

"tunggu! 'nungguin gue' gue nggak salah dengerkan. Seharusnya nungguin kita berdua. Jangan bilang dia bakalan kabur dari hukuman ini"

"iya gue tau"

***

Sebuah mobil Sedan Hitam berhenti didepan seorang pemuda yang baru saja keluar dari gerbang sekolah. Pemuda itu masuk dan segera di sapa oleh pemuda lainnya yang terlihat lebih tua darinya tapi tidak di tanggapi oleh pemuda yang masih menggunakan seragam sekolah itu. Selama perjalanan, tak ada yang mereka bicarakan. Hingga pemuda yang sedang memegang setir mobil membuka suaranya.

"hey Joe,,,, apa yang terjadi dengan wajah tampanmu itu?"

"diamlah, Ryan "

Ternyata kedua pemuda itu adalah Kakak berAdik yaitu Ryan dan Joe. Mereka dikenal kurang akrab tapi jangan remehkan kekompakan mereka saat sedang berada di lapangan.

"okey..okey aku akan diam setelah kau memberi laporan padaku. apakah ada yang mencurigakan dari sekolah itu ?"

"tidak ada dan diamlah"

"Baiklah aku akan diam. Dasar, sudah baik aku memberi tau dimana keberadaan gadis pujaanmu itu"

"yayaya terima Kasih Kakak"

"Pevt... hahahahahaha" Ryan yang tak mampu menahan tawanya, akhirnya pun tertawa dan terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa Joe merasa sangat terganggu dengan sikap Kakanya itu. Sebenarnya Ryan tahu apa yang tengah dirasakan Adiknya itu yang sebenanya merasa sedih karena gadis pujaannya yang tidak lain adalah Kirana, tidak mengingatnya lagi.

Joe dan Kirana dulunya bertetangga dan telah berteman sejak mereka SD. Kedua orang tua mereka juga sangat dekat hingga menurun pada kedua anak mereka. Tapi, Kirana sendiri bukanlah anak kandung dari orang tuanya. Ia adalah anak angkat yang diadopsi dari panti asuhan karena kedua orang tua angkatnya belum juga mempunyai keturunan. Ayah angkat Kirana adalah seorang Detektif yang sangat terkenal maka tak heran Kirana juga ikut-ikutan ingin menjadi seorang detektif dan hal itu juga berlaku bagi Joe karena ia ingin terus bersama dengan Kirana. Akhirnya Kirana dan Joe dididik oleh Ryan kakak Joe yang juga merupakan murid dari ayah angkat Kirana. Semua berjalan dengan lancar. Hingga suatu hari Ayah angkat Kirana dipindahkan ke sebuah kota karena tuntutan pekerjaan ayahnya dan dengan terpaksa pun, Kirana dan Ibu angkatnya harus ikut pindah juga. Saat itu Kirana masih berusia 10 thn. Dan mulai dari saat itu, Kirana dan Joe sudah tidak lagi bertemu.

"bersabarlah, ia butuh waktu untuk dapat mengingat mu lagi" Ryan berusaha menenangkan Adiknya karena tahu apa yang sedang di pikirkan Adiknya.

"iya....aku tahu"

" Ohhh iya, sebentar malam kita akan makan malam bersama keluarga Wijayanto. Ayah baru mengabariku tadi saat aku dalam perjalanan menjemputmu"

Mendengar marga Wijayanto disebutkan, raut wajah Joe berubah jadi antusias. Bagaimana tidak, itu adalah marga keluarga Kirana.

"makan malam bersama keluarga Kirana ?"

"yoi.... Gimana kamu mau ikut ?"

"tentu saja" "aku harap anna dapat mengingatku"

*ruang guru

Ray yang sedari tadi berjalan di depanku, tiba-tiba saja berbalik menatapku dan sontak membuatku berhenti.

"soal permintaan maaf lo tadi, gue bakalan maafin kalau lo mau bersihin 2 ruangan itu. Gimana ?"

"kok malah gitu, bukannya tadi lo ngomong lupain aja?"

"mulut.. mulut gue kenapa lo yang sewot"

"nyesel gue minta maaf ke lo. Kalo ujung-ujungnya hukuman gue lo tambahin"...."terus lo ngapain ?"

"ya tugas gue ngejagain lo, jangan sampai lo kabur gitu aja ninggalin kewajiban lo" Ray berjalan mendekati salah satu kursi dan duduk dengan angkuhnya sambil menatapku.

"enak banget lo, Cuma duduk doang!!"

"jadi lo nggak mau gue maafin ?. ya udah..."

"sialan lo bocah"
" ehhh iya dehh iya. Bakalan gue lakuin". Karena tidak ingin waktu ku terbuang sia-sia hanya karena bocah sialan ini, aku pun dengan cepat mulai membersihkan kedua ruangan itu. Mulai dari menyapu sampai merapikan buku-buku yang berantakan.

****

"akhirnya" aku duduk pada salah satu kursi sambil membaringkan kepalaku di atas meja.

"ohh iya dimana dia?. Katanya mau jagain gue, kok malah ngilang. Bodo ahhh mending pulang aja"
Baru saja beberapa langkah, smartphone ku tiba-tiba saja berdering. Ternyata panggilan itu dari Ayah.

"iya Ayah, ada apa ?"

"pulanglah cepat, karena sebentar malam keluarga kita akan makan malam bersama keluarganya sahabat lama Ayah"

"baik yah. Tapi..."

"tapi kenapa?"

"Makan malam?.. Hello yang bener aja. Jadi gue harus pakai baju nenek sihir itu lagi?"

"Halo Kirana, kenapa?"

"ahhh tidak ada yah"

"ya sudah Ayah tutup ya, I love you honey"

"love you more"

'tuuuutttt'
"I hate Dinner"

*****

Hay Readers, aku mau nanya nihh
Menurut kalian, Kirana sama Ray cocok apa nggak ?

Ohh iya, kira-kira ada yang bisa nebak gak baju 'nenek sihir' yang Kirana maksud ?

*****

School Case [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang