04; Tawaran Manis

343 44 0
                                    

Tubuhku benar-benar lelah. Kegiatan membersihkan dan membenarkan letak buku perpustakaan menguras tenagaku secara paksa. Kesalahanku juga karena ceroboh tidak membawa buku tugas.

Hari ini sekolahku pulang lebih awal karena para guru ada pertemuan dadakan membahas entahlah apa yang penting sekarang aku pulang lebih awal dalam artian ada waktu lebih untuk istirahat. Yes!

Aku sekarang ini sedang ada didepan halte depan sekolah. Dengan kaki pegal yang masih setia berdiri, —ini terpaksa karena kursi halte tempat duduknya sudah penuh dengan siswa yang tidak aku ketahui namanya.

Tanganku merogoh tas mengambil benda persegi panjang yang disebut ponsel. Jari-jariku pun menari diatas layar ponsel mengetikan nama Bang Jefri dipencarian kontak.

Bang Jefri
Online

Abang jemput dong. Pulang awal|
nih

|Dih? Kok nggak ngasih tau sih
tadi pagi?

Dadakan|

|Naik ojol aja ya? Abang lagi
nugas sama Aming

Huh_- yaudah|

|Maaaaaaf

J.co sama mcd dl nnti|
br aku maafin

|Lo meras gue hah?

Hehe|
read

Naik ojol? Dikira aku punya aplikasinya apa? Mau download juga lama tapi ya gimana lagi? Harus download jadinya.

Loading proses download aplikasi ternyata lama juga. Ini sinyalku yang lelet atau megabyte nya yang besar sih? Kesal jadinya!

Saat aku sedang asik melihat presentasi download seseorang berhenti di depanku dengan suara decitan rem tua yang mengiringinya.

Mataku membelalak kaget namun selepas itu aku kembali memulihkan tatapanku kepada seseorang yang sedang dengan santainya duduk diatas sepeda tua miliknya sambil menatapku seolah matanya berkata, 'ayo naik.'

Juna? Ini beneran Juna 'kan? Kok tumben-tumbenan banget dia menawariku untuk duduk diatas sepedanya?

"Nunggu apa?" tanyanya, "Sekolahan udah sepi. Nggak mau balik lo?"

Aku menatap sekitarku. Ternyata memang sudah sepi, "Lo nawarin gue?"

Juna berdecak pelan, "Lo kira gue nawarin bangku halte?"

Aku menyengir menanggapi perkataannya. Dengan gerak cepat aku langsung duduk di boncengan sepeda milik Juna dengan posisi duduk menghadap samping kiri. Tau maksutku?

Dengan pelan Juna mulai mengayuh sepedanya. Semilir angin siang hari menerpa rambut Juna sehingga membuat rambut hitamnya berterbangan. Aku tersenyum singkat melihat sebagian wajah Juna dari samping.

"Jun?" panggilku yang hanya dibalas deheman olehnya. "Kenapa nawarin gue pulang bareng?"

Juna memelankan kayuhan sepedanya, "Lo lupa tadi lo bilang apa waktu di perpus?"

Aku terkekeh pelan, "Berarti kita temenan ya?"

Dia diam dan kepalanya mengangguk. Aku tersenyum lebar. Sekarang aku berteman dengan Juna!

For your information, dibawah teriknya matahari ibukota, diantara padatnya hiruk pikuk, dan juga dari sekian manusia yang bahagia hari ini, aku juga ada diantaranya. Yaitu menjadi manusia yang hari ini bahagia.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang