05; Kepikiran

330 39 0
                                    

Aku kini sedang berbaring. Mataku menatap plafon rumahku dengan perasaan yang campur aduk. Jadi begini yang namanya diboncengin Juna? Kok ada deg-degannya?

Aku meraih ponsel yang berada disampingku. Banyak notifikasi yang masuk ternyata ketika aku melihat pop-up di layar ponselku.

Salah satu notifikasi benar-benar mencuri perhatianku. Aku membuka notifikasi itu. Terpampanglah isinya.

Juna Arfan
online

|save nmr gue ya

lah dapet nomer gue|
dari mana?

|kita kn satu grup
kelas. lp lo pny tmn skls
mcm gue?

hehehe ya maap|

|besok mau bareng gue
lagi?

boleh deh. thanks ya!|

|yoi sama-sama

Juna ternyata kalau udah jadi teman baiknya nggak ketulungan ya... Jadi cenut-cenut hatiku haha...

Aku langsung mengesave nomor Juna dengan menamainya Juna Arfan. Tiba-tiba jiwa stalkerku keluar begitu melihat kontak Juna. Langsung saja aku melihat foto profil kontak Juna.

Di foto profilnya terpampang foto seorang bocah yang memakai seragam SMP dengan seorang wanita memakai gamis warna biru laut.

Bisa aku tebak wanita itu adalah ibu Juna. Seorang wanita yang selalu digunjingkan teman-teman Juna karena kekurangannya. Jujur saja ibu Juna cantik menurutku. Kulitnya putih bersih dan senyumnya juga berseri.

Juna sepertinya tampak bangga memiliki ibu seperti ibunya. Ia sama sekali tidak malu memasang foto profil bersama ibunya. Sepertinya dia sudah sangat bodoamat dengan celaan orang lain. Yang penting dia bahagia dan selama rusuhnya orang lain alias teman-temannya tidak mengancam keselamatan dia dan ibunya.

Aku bangkit dari tidurku lalu duduk diatas ranjang dengan menatap meja belajarku. Rebahan sebentar adalah moment paling nikmat dikalangan pelajar full day yang sebagian waktunya ada disekolah.

Oh iya, aku belum bercerita, ternyata rumah Juna tidak jauh dari rumahku. Rumah kami ternyata hanya beda kampung yang mana kampungnya itu hanya bersebelahan. Pantas saja aku sering melihatnya lewat depan rumahku.

Tenggorokanku mulai terasa kering aku memutuskan untuk kedapur untuk mengambil minum dingin di kulkas.

Siluet wanita sedang duduk dengan blazer hitamnya dan rok selutut mencuri perhatianku. Aku mendekatinya. Dia adalah Yunia Rismara, Mama kandungku dan Bang Jefri.

"Mama tumben pulang cepet?" tanyaku basa-basi.

Beliau menatapku lalu tersenyum, "Mama agak pusing. Makanya mama pulang cepet."

"Mama mau aku—"

"Mama mau tidur aja. Kamu abis ini makan siang. Jangan lupa!"

Aku menatap punggung Mama dengan tersenyum kecut. Mama selalu seperti ini. Memilih istirahat daripada berinteraksi dengan anaknya. Alasannya selalu sama, 'Mama agak pusing.'

Aku sebenarnya sedih, tapi aku memaklumi Mama. Mungkin saja pekerjaan merenggut tenaganya yang tidak sebanyak dulu seiring menambahnya umur Beliau.

Sekedar informasi, Mamaku itu wanita tangguh dan kuat. Buktinya dia mampu membesarkan aku dan Bang Jefri dengan kerja kerasnya sendiri semenjak Papa kerja diluar kota.

Aku tidak tau Papa itu terlalu cinta pekerjaan daripada keluarganya atau dia terlalu bersemangat kerja untuk menunjang biaya kehidupan keluarganya dan memberikan fasilitas aku dan Bang Jefri dengan cukup.

Entahlah, aku pusing memikirkannya. Lebih baik aku melanjutkan langkahku menuju kulkas untuk mengambil air dingin.














baru semangat ngetik:v

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang