9. SAUDARA KEMBAR YANG TERPISAH

351 59 6
                                    

#HAPPY READING#

-

Sebuah mobil lamborghini terparkir di parkiran rumah sakit. Sedari tadi, mereka semua bergeming di dalam mobil. Mereka menunggu Aretha, Gita dan Citra, tetapi ketiganya tak kunjung datang, padahal sudah 2 jam lebih mereka menunggu.

Hal tersebut mendatangkan kegundahan, pikiran-pikiran negatif juga mulai merasuk.

"Ta, apa kita gak kembali cari Aretha aja? Sumpah gue khawatir tau," kata Karen.

"Apalagi gue, Ren. Gue lebih khawatir sama Aretha, adek gue satu-satunya." Mata Arta menatap kosong ke depan. Sungguh ia tidak bisa membayangkan jika terjadi hal buruk pada Aretha.

Tiba-tiba terdengar suara dobrakan dari belakang mobil. Mereka semua menoleh ke belakang, tetapi saat dilihat, tidak ada apapun dibelakang mobil.

Untuk memastikan, Arta bergegas keluar. Kakinya berjalan perlahan-lahan, namun baru beberapa langkah, suara dobrakan itu kembali terdengar. Sehingga Arta memutuskan untuk berhenti sejenak. Matanya menangkap tangan yang menjalar dari belakang mobil, penuh darah, dan seperti tak berdaya, jari-jarinya juga mencakar di aspal.

Arta mengetahui betul siapa itu, bahkan ia berniat untuk kembali ke dalam mobil, tetapi tubuhnya menegang saat itu juga.

Tangan tersebut berangsur menjalar kembali, dan berangsur memperlihatkan tubuhnya.

Perkiraan Arta sangat tepat.

Zombie, lagi, lagi, dan lagi. Tetapi kali ini berbeda, jika biasanya zombie berjalan terseok-seok, kali ini zombie perempuan berambut panjang itu bergerak mengesot ke arah Arta, dengan mulut yang terbuka seperti tak sabar untuk melahap Arta.

Saat itu juga Arta bergegas kembali ke dalam mobil.

"Kenapa, Ta?" tanya Anya keheranan melihat reaksi Arta.

Tidak ingin menjawab, Arta langsung menancap gas mobilnya, sayangnya zombie tadi sudah berpindah posisi ke depan mobil. Alhasil terjadilah guncangan, layaknya saat balap dan ternyata ada polisi tidur.

"Apaan tuh?" tanya Karen sembari menolehkan kepalanya ke belakang.

"Anjir, zombie nya dilindas, mantul," kata Karen takjub.

"Mantul mantul pala lu pe'a! Jantungan gue lihatnya," balas Arta.

"Terus ini mau kemana?" tanya Adel.

Seketika mereka semua beralih pandang pada gadis itu, terkecuali Arta. Pandangan mereka begitu sinis dan sarkas.

"Ke-kenapa lo semua lihat gue kayak gitu?"

Karen mendelik tajam. "Harus yah lo itu ada disini. Kenapa lo gak jadi zombie aja? Lagian kaki lo juga udah pincang, gak guna lagi buat hidup!" cecarnya.

"Ren!" tegur Arta.

Karen menghembuskan napas beratnya, malas lagi berurusan dengan Adel.

-

Hari mulai petang, kini suasana kota hanya diterangi oleh cahaya dari ufuk yang berwarna jingga. Gedung-gedung, rumah, toko, hanya beberapa saja yang masih menyala, itupun sudah tidak berpenghuni.

Attack of Zombies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang