Sampai hari mulai gelap seperti sekarang ini, mobil Arta tetap melaju mulus dan kencang di jalan raya. Para gadis-gadis di belakang serta Adel di sampingnya sudah terlelap dalam tidur, sementara ia sendiri yang harus menahan kantuk.
Selain harus menahan kantuknya, Arta juga kepikiran Aretha.
Meskipun setiap harinya ia selalu bertengkar, atau adu mulut dengan Aretha, tapi disaat jarak memisahkan seperti ini, rasanya rindu kian membeludak di dadanya. Belum lagi ia tidak tahu keadaan Aretha sekarang, apakah adik kesayangannya itu kenapa-napa, atau masih sehat-sehat saja.
Beberapa detik setelahnya, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja mobil berhenti mendadak. Para gadis-gadis itu tersentak sehingga terbangun.
"Dari kemarin rem mendadak mulu, Ta! Kenapa sih lo?" kesal Karen.
Arta mencoba menyalakan kembali mobilnya, tapi tak bisa. Ia mencoba meneliti kembali, apakah ada yang janggal atau tidak.
"Argh! Bensinnya pake abis segala pula!" geram Arta setelah menemukan kejanggalan tersebut.
"HAH?!" pekik kelima gadis itu secara bersamaan.
Arta mengacak-acak rambutnya saking frustrasinya. Ngantuk, kepikiran Aretha, terus sekarang bensin habis, ditambah lagi ocehan gadis-gadis itu.
"Arta," panggil Adel dan dibalas oleh tatapan tajam laki-laki itu.
"Ehm. A-apa kita gak istirahat dulu?" tanya Adel dengan ragu.
"Kita? Kalian udah enak tidur, kan. Terus buat apa istirahat?" Suara Arta sangat dingin dan ekspresinya begitu datar.
"Sok jaim banget lo, Del!" kritik Lea.
Lantas Arta keluar dari mobilnya, berjalan dengan langkah yang besar meninggalkan gadis-gadis di dalam.
Melihat itu Karen langsung menyusul Arta, dan diikuti pula oleh yang lain.
"Woy, Ta! Mau kemana sih lo?" teriak Karen sembari mengejar Arta.
Sementara bibir laki-laki itu masih bungkam, enggan untuk bersuara. Rahangnya mengeras, matanya menyorot tajam.
"Ish lo budek atau apasih? Main tinggal-tinggal aja," gerutu Karen yang berjalan di belakang Arta.
Dan secara mendadak Arta berhenti, membuat kening Karen menabrak punggungnya. Ia berbalik badan, dengan ekspresi yang sama seperti tadi.
"Kalau berhenti tuh bilang-bilang kek, sakit ta--"
"LO BISA GAK SEBENTAR AJA GAK USAH PROTES? HUH?!" bentak Arta.
Detik itu juga nyali Karen menciut, dan tidak berani menatap Arta. Sama halnya dengan Farah, Lea, Anya, dan Adel di belakang.
"Gue udah cape, dan kalau kalian masih aja protes lebih baik gak usah ikutin gue!"
Setelah berucap demikian, Arta kembali berbalik badan, dan berlalu dari situ.
Mereka semua menatap punggung Arta yang mulai menjauh. Dan perlahan berjalan mengikuti Arta dari belakang.
-
"Ardian!" panggil Aretha.
Masih berada di tempat yang sama, yaitu di ruang bawah tanah, tepatnya di ruang kerja milik Ardian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack of Zombies
AdventureTak ada yang menyangka dunia bisa menjadi neraka dalam kurun waktu singkat. Manusia biasa saja terkadang lebih mengerikan dari setan. Kini justru tumbang satu per satu, mati hanya dengan gigitan, menjadi makhluk yang agresif, dan sulit untuk dihinda...