12. A Story

248 42 2
                                    

Happy Reading~

Mohon maaf atas typo yang bertebaran.

___

Matahari telah terbit di ufuk timur, sinar-sinarnya merambat lurus melalui celah-celah pepohonan. Sepasang bola mata terbuka perlahan, Arta berusaha beradaptasi dengan sinar matahari yang menusuk sedikit tajam. Tubuhnya terbaring di samping akar sebuah pohon yang sudah tua. Sementara teman-temannya tidur bersampingan di pohon samping. Ketika matanya telah terbuka sempurna, ia mengedarkan pandangannya. Syukurlah teman-temannya masih ada lengkap, tapi ... di mana Aretha?

Seketika ia berdiri dengan perasaan khawatir. Kemudian memanjat pohon tua di sampingnya hingga ke puncaknya. Ternyata dia sudah memasuki hutan cukup dalam. Dan dia tidak tahu di mana Aretha, dia baru ingat, dia kehilangan jejak adiknya.

Arta menyapu pemandangan di sekitarnya perlahan-lahan. Hingga matanya terpaku pada sebuah tempat yang sedikit jauh dari tempatnya saat ini. Dia masih belum bisa melihat detail tempat tersebut, sehingga ia memicingkan matanya dan berpikir keras sejenak.

Setelah mengetahui tempat apa itu, Arta tersenyum lebar, lalu turun dari pohon.

"Heh bangun bangun!" titah Arta.

Melihat tidak ada yang membuka mata dan bergerak, membuatnya berdecak. Arta pun menghampiri mereka.

"Woy cewek-cewek bangun!"

Arta menepuk satu persatu pipi mereka. "Gak bangun gue tinggal nih ya."

"Bawel lo, Ta," cerocos Karen.

"Bukan bawel, tapi ... gak jauh dari sini ada sungai, kali aja ada ikan di sana," jelas Arta bersemangat.

"Tau dari mana lo ada sungai?" tanya Lea.

"Telepati sama ikan di sana," jawab Arta ngawur.

"Cukup waras," sahut Anya.

"Ayo ayo! Jangan lelet!"

Mereka semua bergegas ke arah sungai. Dengan Arta sebagai orang paling depan yang memimpin jalan.

Sekitar beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di sungai. Seketika, terbitlah senyum di wajah mereka.

"Gila, jernih banget airnya," seru Farah.

"Jadi pengen mandi," kata Adel.

Semua mata pun mendelik tajam pada gadis itu, menciptakan hening sesaat.

"Iya iya, salah gue salah." Adel memutar bola matanya kesal.

"Gak pa-pa sih kalau kalian mau mandi."

Kini giliran Arta yang mendapat delikan jauh lebih tajam karena ucapannya. Tidak setajam pisau, tetapi cukup untuk mencincang nyali lelaki itu.

"Fix Retha, lenyapin aja abang lo, gue rela, lo juga rela, kan, Reth?" Karen menatap Anya yang ia kira adalah Aretha. Kemudian ia mencari lagi Aretha di sekitarnya, tetapi nihil. Dan beberapa saat kemudian ia baru tersadar, Aretha tidak bersama mereka.

Suasana berubah sendu. Arta menghela napas berat, ia beranjak duduk di batang pohon tua yang berada di tepi sungai, menatap langit seakan berharap Aretha masih bisa menatap langit yang sama dengannya, lalu menitip pesan pada awan yang berjalan, di sinilah Arta, beritahu Aretha untuk datang ke sini, ia merindukannya.

Attack of Zombies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang