"kak langit! ayo jalan! uangku bulan ini sudah dikirim mama! sekarang aku lagi kaya ini!??"
suara jingga buat beberapa pelayan kafe menoleh. tahu yang membuat keributan jingga, mereka hanya menggeleng maklum. jingga sudah seperti pelanggan tetap kafe ini. kedatangan jingga sudah tak dapat dihitung dengan 10 jari lagi saking seringnya.
tujuannya ya cuma 3. vanilla frappe, cake-cake manis dari kafe, dan bertemu langit.
"kemana?"
"kemanapun yang kakak mau."
langit tampak berpikir. ia tak tahu kapan dirinya senggang. kafe tak ada jadwal akan libur dalam waktu dekat.
"lho ada jingga?"
satria datang bersamaan dengan langit yang ingin menolak tawaran jalan bersama.
"halo kak satria!"
"vanilla frappe lagi seperti biasa? tidak bosan?"
menggeleng santai, jingga ungkapkan tujuannya kali ini.
"maaf ngga, sepertinya tak bisa. kafe akan kekurangan orang tanpa saya."
boleh langit menyesal? sekarang wajah jingga tampak penuh kekecewaan.
"heh, sana pergi. kamu ini kaku sekali ya? kafe kita tak akan kacau hanya karena kamu nggak ada, lang."
suara kesal bercampur jenaka satria buat netra jingga kembali berbinar. pasang senyum andalannya kembali bujuk langit.
"ya sudah. sabtu ini ya? jam 3 sore, saya tunggu didepan kafe."
"yess!!"
boleh langit berharap, kalau ini sebuah kencan? aah, tidak bisa ya. langit harus paham batasannya. pangkatnya memang sudah naik, dari orang asing menjadi seorang teman. tidak lebih dan tidak kurang.
tapi terlambat, kedua sudut bibirnya tertarik keatas ketika membayangkan soal 'kencan' mereka.
"apa ini? sejak bertemu jingga, kamu suka tersenyum ya? kamu pungut adik selucu itu dimana sih?" suara lembut satria buat langit kembali pasang wajah datarnya.
"tidak tahu, mungkin dikirim Tuhan dari langit untuk saya jaga."
satria merinding dengar jawaban langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
café - binsung
Romanssegelas vanilla frappe sepiring cheesecake dan sebuah kisah dikala senja. warning! ✓ lowercased ✓ gay