kencan di hari sabtu berjalan lancar. mereka berdua putuskan untuk habiskan waktu di taman bermain. separuh wahana sudah mereka naiki, berbagai macam camilan mereka cicipi. tak terasa matahari mulai tenggelam.
entah sejak kapan tangan mereka bertautan. kata langit supaya mereka tak terpisah padahal itu cuma akal-akalan langit saja supaya dapat kesempatan sentuh tangan lembut jingga.
"kak, pacar kakak mana kok nggak pernah terlihat?"
langit bukan pemuda jelek. rupanya tampan dan tubuhnya cukup proporsional. dengan beberapa tatto meriasi tubuh macam pemuda nakal bukankah harusnya sudah ada gandengan?
"nggak punya."
"eiyy nggak mungkin lah?"
langit tatap jingga, yang tak sadar wajahnya kotor karena eskrim, lekat-lekat.
"saya nggak pernah tertarik pada gadis atau hubungan semacam itu. Tapi kalau sama kamu ya.. bisalah."
hening. jingga berhenti jilati eskrim coklat ditangan.
langit sudah siapkan diri dengan pertannyaan yang akan keluar dari jingga. tapi hingga dua menit kedepan jingga masih diam. langit sedikit menyesal secara tidak sengaja beri sinyal-sinyal suka pada jingga.
"ngga? eskrim kamu."
"hah?"
jingga tampak linglung. kesalahan besar, karena itu buat langit gemas padanya setengah mati.
"sini dulu."
langit tarik tangan jingga. buang eskrim leleh ke tempat sampah dan ajak jingga ke keran air terdekat di taman.
"cuci tangan."
jingga seakan tersihir, ikuti semua instruksi langit. hingga akhirnya dapat buka suara lagi.
"kak? mau menginap dirumahku?"
gila, pertanyaan jingga barusan buat jantung langit seakan berhenti berdetak.
"hah?"
masih berusaha cerna tawaran namun terlambat. jingga sudah tarik tangan langit.
"hei, kemana?"
otak langit seakan makin tak berfungsi, apalagi setelah lihat senyuman jingga senja itu
"menginap dirumahku ya? aku mau tahu lebih banyak tentang kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
café - binsung
Любовные романыsegelas vanilla frappe sepiring cheesecake dan sebuah kisah dikala senja. warning! ✓ lowercased ✓ gay