"selamat pagi jingga, lama tidak kemari ya."
suara satria sambut jingga yang hampiri kafe di pagi hari
"maaf kak, sibuk hehe."
berusaha pasang senyum, jingga berbohong. akhir-akhir ini ia tak begitu sibuk, hanya berusaha sibukkan diri, agar bisa lupa kejadian di pagi buta itu.
semua usahanya sia-sia, dia gagal.
"eum, kak langitnya ada?"
satria tampak terkejut mendengar pertanyaan tersebut.
"kukira kamu sudah tahu? maaf ya, langit sudah berhenti bekerja disini."
jika ia bilang waktu seakan terhenti, apa ia berlebihan?
"kemana? kak langit sekarang dimana?"
"entahlah, yang pasti ia bilang mau membuka kafe nya sendiri. kamu bisa coba tanya pada orang baru yang tempati rumahnya mungkin?"
"terima kasih kak."
apa jingga terlambat?
'kak langit brengsek, setidaknya kalau mau pergi bilang dulu apa susahnya.'
"oh jingga! tunggu!" suara satria hentikan langkah kaki jingga.
"ya?"
"maaf, aku baru ingat. langit titip sesuatu untukmu dihari terakhirnya bekerja."
satria pamit undur diri sebentar ke ruangannya untuk temukan benda yang dimaksud.
sebuah kotak, isinya dua carik kertas dan sebuah amplop berisi surat.
dua kertas berbentuk persegi panjang itu bertulis,
voucher vanila frappe gratis
voucher sepiring cheesecake gratis
jingga tertawa, jelek sekali tulisannya. pasti buatan tangan langit.
jingga cari tempat duduk kosong dalam kafe. buka amplop surat dan baca suratnya.
sepuluh menit kemudian ia banjir air mata hingga buat satria serta beberapa pegawai lain panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
café - binsung
Romancesegelas vanilla frappe sepiring cheesecake dan sebuah kisah dikala senja. warning! ✓ lowercased ✓ gay