berjalan gontai, langit kehilangan tenaga.
jika ia katakan ia punya kekasih, akankah akhirnya berbeda?
jika ia katakan tak tertarik pada jingga, akankah akhirnya berbeda?apa maksud pertanyaan tadi? kira-kira sekarang apa yang pemuda manis itu pikirkan tentangnya? apa sekarang ia merasa jijik?
mereka bahkan baru kenal tak sampai setengah tahun. berani sekali langit ceritakan semua lukanya. berani sekali langit jatuh hati pada pemuda manis itu.
"kak langit!"
langit tertawa miris, jatuh terduduk di trotoar. dia jatuh sedalam apa untuk jingga? sampai suara manisnya terbayang terus menerus.
"kak!"
guncangan dibahu buat langit menoleh, cukup kaget temukan jingga bermandi kan keringat.
masih tetap manis dimata langit.
"kenapa pergi?"
berusaha atur nafas sekaligus keluarkan kata bukan hal mudah bagi jingga.
"saya tak pantas ada disana?"
"hah? kenapa?"
"saya menjijikkan, tak pantas ada disana. juga takut hilang akal, saya nggak mau sakiti kamu."
jingga tarik langit berdiri.
"kakak jahat tau nggak?"
"ya tau,"
"bukan itu!"
"lantas?"
jingga tarik nafas dalam-dalam. pukul dada langit dengan tinju kecilnya.
"sudah buat aku jatuh lalu pergi begitu saja? apa namanya kalau bukan jahat?"
"hah?"
"perlakuan kakak sudah buat aku nyaman, buat aku banting setir dari jalan yang harusnya aku lalui, kak."
langit tampak diam, namun otaknya tak berhenti ucap kata umpatan.
"maaf. sudah seret kamu ke lingkaran setan ini,"
"enggak! aku nggak apa-apa,"
"harusnya hari itu kita nggak ketemu atau se enggaknya saya nggak tawarkan kebaikan ke kamu,"
jingga tidak tahu kenapa dia tak bisa tahan air matanya, kecewa mulai penuhi hatinya.
"atau harusnya saya nggak berusaha bikin kamu merasa nyaman sama saya,"
"enggak kak, ketemu kakak takdir buatku. dan jatuh cinta sama kakak, pilih jalan dosa ini, itu pilihanku sendiri."
"tapi kamu nggak boleh,"
"kenapa?"
"kamu tau sendiri di negara kita pandangan orang-orang masih buruk, di agama manapun ini nggak diperbolehkan,"
jingga berjongkok, kesal
"jatuh cinta kan hak masing-masing insan."
kembali berdiri, pandangi langit lamat-lamat
"ngga? kemana?"
"pulang."
jingga langkahkan kakinya
"kenapa?"
jingga berbalik, berusaha tahan air matanya dan gagal
"kakak sudah tak ingin aku. lebih baik aku pulang."
lalu jingga hilang diujung jalan, tak kembali.
langit tak bereaksi. otaknya seakan berhenti.
dia hanya ingin mencintai jingga dengan sederhana. mengapa begitu sulit?
KAMU SEDANG MEMBACA
café - binsung
Romancesegelas vanilla frappe sepiring cheesecake dan sebuah kisah dikala senja. warning! ✓ lowercased ✓ gay