gemerincing lonceng kafe beri tanda ada pelanggan datang. seorang pemuda berparas manis berjalan ragu ke arah counter.
"eum, permisi. vanilla frappe-nya ada?"
suara gugup seorang pemuda buyarkan lamunan langit kala itu.
"iya, ada."
"ah, saya pesan satu."
manis. langit suka senyumnya.
"ada tambahan?"
"eum, sepiring cheesecake?"
tampak tak yakin, pemuda itu keluarkan dompetnya. mulai hitung lembaran tunai yang ia miliki. tampak terburu-buru, takut bentuk antrian panjang dibelakang walau saat itu kafe sedang sepi.
"maaf, saya rasa uang saya tak cukup untuk sepiring cheesecake."
ah, senyumannya hilang.
"tak apa, tak usah membayar. satu vanilla frappe dan sepiring cheesecake kan? segera datang."
lucu sekali wajah terkejutnya.
"ah tidak usah repot-repot!"
"tidak, tidak ada yang direpotkan."
hey, langit tak tahu apa yang sedang ia lakukan. mentraktir seorang pemuda yang bahkan tak ia kenal. sangat bukan dirinya.
"nama?"
"jingga."
ah, langit suka namanya. jingga ya? jingga dan langit, senja.
ya, langit menyukai senja. mungkin sekarang, langit juga menyukai jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
café - binsung
Romansasegelas vanilla frappe sepiring cheesecake dan sebuah kisah dikala senja. warning! ✓ lowercased ✓ gay