Primary #1

477 43 0
                                    

Dokter Kahfi baru pulang kerja. Ia berjalan santai menuju mobilnya di tempat parkir terbuka. Baru saja ia membuka pintu mobil, ponselnya berdering. Sebuah telepon dari rumah sakit Citra Medika. Kahfi menghela napas sambil melepas pandang melihat ketinggian gedung Rumah Sakit Citra Medika malam hari di depannya.

“Hash … aku bahkan belum menyalakan mesin mobilku.” Kahfi menerima telepon. “Halo?”

“Dokter Kahfi?” suara seorang perempuan.

“Ya!”

“Dok, saya Hani, perawat UGD Citra Medika. Ada pasien EKG  STEMI , Dok. Dokter sudah jauhkah?”

“Hm, belum. Saya masih di parkiran.” Dokter Kahfi menutup kembali pintu mobilnya.

“Alhamdulillah. Bisa PCI sekarang, Dok?”

“Sudah berapa lama sejak serangan jantungnya?” Dokter Kahfi berjalan kembali menuju gedung utama rumah sakit.

“Jam sepuluh pagi … sudah sebelas jam, Dok. Pasien masih mengeluh sakit dan persisten , Dok,” jawab Hani sambil melirik jam di dinding.

“Oke, naikkan!”

“Baik, Dok. Terima kasih.”

“Ya.” Dokter Kahfi menutup telepon dan berjalan cepat menuju lift di basement. Dokter Kahfi kemudian menelepon Emi.

“Halo, Dok?” sapa Emi.

“Di mana?”

“Baru mau naik ojek, Dok. Mau pulang.”

“Primary . Stand by!”

“O-oke, Dok.”

Dokter Kahfi menutup telepon dan hampir sampai menuju lift di basement.

“Mas, maaf saya ada operasi mendadak. Saya cancel atau bagaimana ini, Mas?” Emi tidak jadi naik ojek online pesanannya.

“Oh, enggak apa-apa, Bu. Cancel saja.”

“Aduh, maaf ya Mas. Maaf, ya.”

“Iya, iya enggak apa-apa, Bu. Semoga pasiennya selamat dan operasinya berhasil.”

“Aamiin. Terima kasih, Mas. Sekali lagi maaf.”

“Oke, siap.”

Lift basement terbuka. Diana baru saja keluar, mengenakan sweater biru yang kebesaran, memakai topi kupluk sweaternya, memasang earphone mendengarkan musik K-Pop sambil main game di ponselnya.
Diana tidak memperhatikan jalan di depannya bahkan ketika Dokter Kahfi hampir sampai dan berpapasan dengannya. Dokter Kahfi langsung menarik tangan Diana yang terbalut sweater tebal dan membawanya masuk ke lift sebelum benar-benar tertutup.
Diana terperanjat dan panik bukan main bahkan semakin syok begitu sampai di lift bersama dengan Dokter Kahfi. Diana melepaskan diri dan menjauh ke pojok lift.

“Ad-ada apa ini???” Diana terlambat melarikan diri karena lift sudah mulai naik setelah beberapa detik yang lalu tertutup dan Dokter Kahfi sudah menekan angka 4. Diana ketakutan mengira akan mati dibunuh psikopat sungguhan.

Bersambung ...

Hater, I Love You! (#watty2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang