Primary #2

467 40 2
                                    

Kahfi tidak merespon pertanyaan Diana, malah sibuk memainkan ponselnya entah coba menghubungi siapa.

“Astaghfirullahaladzim ya Allah ... Dok. Ampun, Dok ... maafkan saya, Dok. Jangan bunuh saya, Dokter. Saya belum membahagiakan ibu saya, Dok. Ibu saya ingin melihat saya menikah Dok, please .... Ya Allah ... tolong,  tolong!!!” Diana berjongkok dan mulai menangis, memohon dengan menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya minta ampun.

Dokter Kahfi memijat keningnya, menghela napas melirik Diana.

“Ya Allah ... iya, aku tobat. Aku enggak pacaran lagi. Aku tobat ya Allah ....”

“Siapkan PPCI . Integrilin  stand by!”

“Ap-apa??” Diana berhenti menangis sejenak.

“Pasien di UGD. Mungkin sudah naik ke lantai empat. Sudah sebelas jam sejak serangan pertama. Golden Time  kurang dari satu jam. Ini nyawa orang, jangan terlambat! Jangan main IG atau stalking akun orang!”

Ting! Lift terbuka di lantai 4.

Dokter Kahfi langsung berjalan keluar dengan langkah cepat menuju ruang cathlab.
Diana berdiri menghapus air matanya dan segera keluar lift.

“Malam, Dok. Kok balik lagi, Dok?” tanya petugas security menyambut Dokter Kahfi.

“Ya, wa’alaikumussalam. Saya ada tindakan darurat.” Dokter Kahfi langsung masuk ke ruang cathlab.

Petugas Security melihat Diana berjalan menyusul Dokter Kahfi. Tanpa menegur Diana, petugas security terlihat bingung.

“Itu … Mbak Diana. Tadi … Dokter Kahfi ….” Sekali lagi dia berpikir. “Ahk, enggak mungkin gosip itu benar.”

Diana berjalan lesu melihat Dokter Kahfi di koridor ruang cathlab. Ketika Dokter Kahfi masuk ke ruang ganti, Diana menyusul ke ruang nurse station untuk mengambil kunci dan bergegas ke ruangannya diam-diam.

“Aku sudah siapkan semua paket tindakan untuk semua rencana tindakan besok. Tinggal pakai saja, selesai. Kenapa mesti menyuruh aku kembali lagi sih? Hmh. Integrilin ....” Diana pergi ke lemari pendingin obat. “Alhamdulillah masih ada.”

“Mbak, paket primary!” Emi muncul dengan pakaian operasi dan mengejutkan Diana.

“Owh, ng ... PCI, kan?”

“Ya, PCI primary.”

“Oh, ini.” Sebenarnya Diana belum paham perbedaan PCI dengan Primary PCI dari segi penyediaan alat tindakan. Tapi dia tetap menyerahkan paket PCI itu.

Emi dengan segera membawanya pergi.

Bersambung ...

Hater, I Love You! (#watty2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang