4. Tulisan Berwarna

81 6 0
                                    

"Gembira dan sedih itu satu paket!"

Pukul 06.55, 5 menit sebelum bel masuk berbunyi Ita masuk ke kelas dan duduk di kursinya, namun ia menemukan secarik kertas yang berisi tulisan berwarna-warni dengan kata kata puitis indah.

Luka timbul akibat rasa
yang tak terbalaskan.
Tapi bahagia itu muncul akibat
senyum dipipimu yang tak
terbantahkan keindahannya.

Kalimat ini tertulis indah di kertas yang Ita temukan di atas kursinya. Ita membolak-balikan kertas yang ia pegang sembari mencari tahu barangkali terselip nama ataupun inisial nama orang yang meletakan kertas ini dikursinya. Ia bingung karena dikelas sudah banyak orang. Tidak mungkin tak ada seorang pun yang melihat kertas ini diberikan oleh siapa. Sifatnya yang memang ingin menutupi kisah kasihnya dari semua orangpun mengurungkan niatnya untuk bertanya pada teman teman dikelasnya.

Namun, karena Ita sungkan menanyakan hal ini pada teman teman dikelasnya, dirinya pun tak dapat mengetahui orang yang memberinya secarik kertas yang bertuliskan tulisan berwarna ini. Akhirnya Ita pun meletakan kertas itu di tasnya. Meskipun Ita tidak tau siapa yang memberi kertas ini, ia berharap Fredrik yang memberikan ini karena sudah sejak lama mereka menyembunyikan kisah rasa mereka di depan teman temannya termasuk Intan yang tidak ia sadari sudah mengetahui hal ini.

"Tumben lu dateng siang. Telat bangun ye lu?" Ucap Intan sembari menepuk bahu Ita.

"Tadi ban motor gue bocor jadi harus naik becak ke sekolah" jawab Ita padan Intan.
Ita pun masih terlihat kebingungan karena hal yang ia temukan pagi hari ini.

"Kenapa lu? Kok pagi pagi udah dilipet aja tuh muka" canda Intan pada Ita.

"E-enggga ada apa apa Ntan, apaan sih lo nanya gitu. Gue biasa aja" jawabnya.

Bersamaan dengan jawaban Ita pada Intan, bel pun berbunyi yang menandakan waktu masuk belajar.
Intan adalah anak yang pendiam dihadapan teman teman kelasnya. Ia hanya sering berbicara dengan Ita, dan dirinya hanya mau berbicara dengan yang lainnya bila memang ada hal yang penting. Kebiasaan menulis diary nya di rumah pun Intan bawa ke sekolah.

Intan selalu menyempatkan dirinya menulis diary di kelas bila ada jam free class karena baginya menulis jauh lebih bermanfaat dibanding berada diantara sekerumun orang yang tak jelas akan mengarah kemana tujuan nya. Ia berbeda dengan teman teman kelasnya yang memang lebih banyak mengobrol dan bermain dikelas saat tidak ada guru yang datang.

01-08-19

Gue bahagia masih punya anggota keluarga meski memang udah ga utuh. Mungkin gue benci sama Ayah. Tapi, gue butuh ayah demi Loren. Gue denger ada seorang yang bilang ke gue "Gembira dan sedih itu satu paket". Ya, untuk pertama kalinya gue denger perkataan orang lain dan ngerasa hal ini bener. Gue bisa bahagia dan sedih dalam satu waktu. Gue bahagia karena Rico dan Ita jadi sahabat gue, tapi gue sedih karena bekas sayatan di hati gue yang masih belum bisa diilangin.

Titip rindu untuk Ibu & Ayah.
Your daughter.
Intan Mitradila.

Tulisan ini rasanya mengutarakan seluruh perasaan nya mengenai kerinduan sekaligus rasa kecewa yang masih ia rasakan pada Ayahnya. Intan rindu ayahnya, tapi ia juga ragu dan takut akan kecewa lagi. Dirinya saat ini hanya berharap Ayah nya yang selama ini ia cari kembali pulang untuk memberikan kecupan pada Loren.

Ia hanya memikirkan adiknya yang selama ini menanyakan keberadaan ayahnya. Ia tidak tega pada adiknya, makadari itu ia selalu mencari informasi tentang ayahnya yang bernama Denny Mitradila dan dibantu oleh Rico yang memang sedari dulu selalu setia membantu dirinya menggali informasi sekitar keberadaan Ayahnya.

Tentang 'Makna'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang