13. Racikan Rasa

55 3 0
                                    

"Ingat! Hidupmu sedang ditulis oleh penulis skenario terbaik yang pernah ada!"

"Makasih ya ka Bisma" Loren turun dari motor yang ia tunggangi Kamis sore ini.

Ya! Bisma tak sekalipun mampu mengingkari janjinya pada Loren untuk menjemput Loren pulang Minggu ini. Hal ini Bisma lakukan karena rasa ingin Bisma untuk berjuang memiliki Intan.

"Boleh Kaka titip sesuatu lagi buat Kaka kamu?" Bisma memberikan secarik kertas yang sama seperti hari sebelumnya saat ia mengantar gadis kecil ini pulang dari sekolahnya.

"Pasti boleh dongggg!" Loren mengiyakan seakan senang saat Bisma menitipkan kertas itu untuk Intan. Ekspresinya yang bahagia saat ini dapat memperlihatkan betapa inginnya gadis kecil ini melihat Bisma bersama dengan Intan.

"Makasih ya ka udah anterin Loren" ucapnya sembari tersenyum.

"Makasih juga yaaa" Bismapun langsung menancapkan gasnya meninggalkan rumah Loren.

.

.

"Kaaaaa!!" Seru Loren sembari berdiri didepan pintu rumahnya.

"Iyaaaa bentar" ucap Intan sembari berlari untuk membuka pintu.

"Apaan sih kamu? Teriak teriak segala nih. Tinggal ketuk aja pintunya padahal" sembari mengerutkan keningnya karena kesal dengan Loren.

"Gapapa ahhh hahaha. Ada titipan lagi nih buat Kaka" Loren pun menyodorkan kertas yang Bisma titipkan itu.

"Dari cowo itu lagi?? Udah kamu simpen aja, Kaka ga butuh!" Ucap Intan dengan membuang mukanya seolah tak peduli mengenai segala hal yang berkaitan dengan pria itu.

"Udah ini Kaka pegang aja! Bhaiiiiiiii!" Loren pun meraih telapak tangan Intan dan meletakan kertasnya di atas tangan Intan dengan paksa sembari sedikit tertawa meledek kakanya.

"Ehhh dasarrr yaa kamuuuu! LORENN!" kesal Intan sembari menghentakkan kaki sebagai pertanda rasa kesalnya pada Loren.

Namun, Semarah atau sejengkel apapun dirinya pada Loren, Intan tak pernah ingin untuk memarahi Loren. Dirinya selalu menjaga hati gadis kecil itu.

Jika bukan dirinya, lalu siapa lagi?

Hanya Intan dan Kristin yang Loren miliki saat ini. Tentu terlihat jelas betapa berharganya setiap insan yang kini berada dekat dengannya.
#

#

Orang orang datang silih berganti membawa arti
Sang mentari datang ditemani rintik hujan dipagi hari
Kesedihan selalu datang menyambut perpisahan
Jalan beriringan ditemani sebuah keraguan

Jangan salahkan pertemuan karena sebuah perpisahan
Ini hanya fase yang harus dijalani
Setiap orang memiliki caranya sendiri
Jangan sungkan untuk berniat memperbaiki diri

Selalu ada alasan untuk sebuah perpisahan
Selalu ada pembenaran untuk sebuah kesalahan
Sampai kapan larut dalam kebodohan
Marilah bangkit untuk menatap masa depan!

Puisi ini tertulis di atas kertas yang Bisma titipkan pada Loren. Intan membacanya di dalam kamar sembari mengamati setiap makna dari kata kata yang pria itu tulis.

Kali ini bukan tentang rasa yang ia tuliskan, namun mengenai dorongan motivasi untuk Intan agar tak terus bersedih karena perpisahan dengan ayahnya kala itu. Intan yang membaca hal inipun semakin tersentuh dan berpikir, kata kata yang Bisma berikan itu sangat cocok untuk masalahnya saat ini. Masalah ayahnya yang tak kunjung selesai dan ditambah lagi masalah dengan sahabatnya Ita.

Tentang 'Makna'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang