9. Kali Pertama

74 5 0
                                    

"Bintang dilangitpun tau kalau mata lo jauh lebih bersinar!"

"Kayanya kamu belum tau nama gue ya. Kenalin, gue Bisma anak paling tenar di SMA Cahya Pelita sekaligus calon Kaka ipar kamu" ucapnya pada gadis kecil bernama Loren itu sembari menduduki sofa diruang tamu. Loren yang mendengar ucapan Bisma pun tertawa karena melihatnya sangat percaya diri memperkenalkan dirinya.

"Hah? Apa lo bilang? Jangan pernah berani bilang ke adik gue gitu! Dasar cowo alay!" Ucap Intan kesal pada Bisma.

"Loh? Emangnya salah? Kalau gue bener bener jadi kakak ipar Ade lo gimana?" Sahutnya sembari tersenyum pada gadis tersebut.

Intanpun tak sempat membalas ucapan Bisma tadi karena Loren yang langsung duduk di sofa dekat dengan posisi pria tersebut.

"Aku Loren Mitradila ka. Kaka temennya ka Intan?" Tanyanya sembari menunjukan muka polosnya pada Bisma. Senyumnya yang terlihat dipipi Loren ditambah lesung yang ia miliki jelas menambah manis wajah gadis kecil itu.

"Gue kakak kelas dia, tapi bentar lagi bakal jadi pacarnya kok. Doain aja yaa dan sering sering kasih tau Kaka kamu kalau marah marah itu dosa" sahut Bisma pada Loren sembari tertawa lagi.

Loren memang bukan termasuk anak yang mudah berbaur dengan orang yang baru dikenalnya. Namun, dirinya merasa tak canggung sedikit pun saat berada didekat Bisma. Entah apa yang gadis itu rasakan, tapi dirinya merasa sangat bahagia saat melihat kakaknya pulang bersama pria tersebut.

"Terserah lo dah! Gue tinggal dulu, Lo bisa ngobrol sama adik gue" pamit Intan pada keduanya karena dirinya ingin berlatih membuat puisi untuk lomba nanti. Intanpun berjalan menuju kamarnya.

Setelah Intan meninggalkan Bisma dan Loren di ruang tamu. Merekapun saling bercengkrama satu sama lain.

"Kaka harus sering sering main kesini, ka Intan ga pernah main kemana mana soalnya" ucap gadis kecil itu.
Bisma pun hanya tertawa melihat wajah Loren yang sebenarnya ia pikir sangat mirip seperti Intan.

"Ternyata bener kalau buah itu jatuh ga jauh dari pohonnya" ucap Bisma dalam hati.

"Iya nanti Kaka bakal sering main kesini. Bilangin makannya ke kakak kamu supaya kakak dibolehin sering main kesini terus" sahutnya sembari mengelus rambut Loren dengan penuh kasih sayang.

Dirinya mulai merubah caranya berbicara menjadi 'kakak-kamu' yang awalnya 'Gue-kamu' karena Bisma mulai merasa bahwa Loren pun butuh seseorang untuk selalu menghiburnya.

Saat keduanya sedang bercengkrama. Bisma mengingat perihal mengenai masalah keluarga Intan yang pernah Nathan ceritakan padanya.

"Eh, kakak mau nanya dong" ucap Bisma ramah pada gadis kecil itu.

"Nanya apa kak?" Jawabnya sembari tersenyum polos layaknya seorang gadis kecil.

"Foto di dinding itu foto kamu sama Intan? Tanya Bisma sembari menunjuk foto berisi kedua gadis kecil yang manis.

"Iya itu waktu aku masih 4 tahun, Ka Intan umur...... Ehm.. 9 tahun Ka" jawabnya sembari mengingat waktu foto itu diambil.

"Itu ibu kamu?" Tanya Bisma lagi sambil menunjuk figura disampingnya yang berisi foto ibu yang sedang merajut benang wol.

"Iya itu ibu. Tapi ibu udah pergi waktu Loren umur 9 tahun. Kata ka Intan Tuhan sayang sama Ibu, jadinya Tuhan ambil Ibu dari Loren" sahut Loren yang terdengar sangat teguh menceritakan hal ini pada Bisma.

Bisma sekarang mengetahui bahwa Intan sengaja tak memberi tahu alasan mengapa ibunya meninggal pada adiknya karena Intan tak ingin adiknya ini merasa sedih berkepanjangan. Entah mengapa saat ini pun Bisma merasa sangat ingin sekali memeluk gadis kecil ini.

Tentang 'Makna'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang