17. Puisi Bermakna

40 3 0
                                    

"Hanya bertahan dalam dilema dan tak berharap lebih dari yang ada"

#

#

#

Kasih Tak Sampai

Begitu tinggi dinding itu
Sulit tuk ku taklukan pertahanan hatimu
Ku hanya bertahan dalam dilema
Tak berharap lebih dari yang ada
Kita bagaikan bulan dan matahari
Tak bisa bersatu walau satu hati

Segurat kenangan membekas dan melekat dalam hatiku
Walau semua telah berlalu
Hadirmu memang mengisi ruang jiwa
Ronamu penuh senyum dalam canda

Tapi akhirnya,
Akan ku langkahkan kaki ini dalam kegelapan
Meski sedetik pun tak lepas dari kesesatan
Kubawa segenap luka yang tertinggal

Bahkan langit pun telah berubah menjadi gelap berkelabu
Mawar merah yang dulu terlihat indah
Sekarang berubah menjadi layu

Rasanya kuingin terbang bebas
Tapi mana mungkin ku sanggup
Setelah sayap sayap anganku tlah patah karnamu

Kini ku duduk diam ditengah kesunyian
Menatap langit yang juga enggan berbicara
Sudahlah...
Kembali saja pada realita yang ada..

Puisi ini Intan tuliskan di atas secarik kertas yang ia masukan ke dalam map untuk lombanya hari Selasa nanti.

"Ka Intan" seru Loren dari depan pintu kamar Intan.

"Masuk aja de"

"Kakaaa" Loren pun membuka pintu kamar Intan dan langsung mendekati Intan yang terduduk di hadapan meja belajarnya.

"Kaka pergi hari apa? Nginep? Sama siapa? Loren nanti sendirian dong kalau Tante kerja" ucap gadis kecil itu sembari menunjukan wajah sedikit bersedih.

"Kaka pergi pagi pagi, mungkin pulang sore atau malem de. Kamu gausah takut yaaa tenang aja ga akan lama kok" Intanpun langsung memeluk Loren dan mengelus halus rambutnya.

"Kaka ajakin ka Bisma main ke rumah dong hari Selasa buat nemenin Loren disini. Ka Bisma juga udah janji kok bakal main kesini" ucap Loren dengan polosnya.

Loren memang hanya menganggap Bisma sebagai seorang Kaka. Namun, tak bisa dibantahkan bahwa kehadiran Bisma membuatnya merasa nyaman, apalagi setelah dirinya tak pernah merasakan kasih sayang utuh seorang ayah cukup lama.

"Ehm" Intan pun memutarkan bola matanya seakan berpikir.

"Ayolah kaaa.. sekali ini ajaa.. ka Bisma pasti mau kokkk"

*Dia pasti mau, tapi gue yang nantinya malu* ucapnya dalam hati.

"Yaudah deh, Kaka usahain.. tapi kalau gabisa kamu gaboleh marah ya"

Loren yang mendengar hal ini pun langsung melompat kegirangan sembari mencium kening Intan sebagai tanda terima kasihnya.

"Makasihh ya ka! Ka Intan emang Kaka terbaik di dunia!" Kata Loren sembari meninggalkan kamar Intan.

"Dasar ya.. Loren lorenn"

Intan memang tak memiliki keberanian besar untuk berbicara banyak hal pada Bisma. Tapi saat Loren meminta tadi, Intanpun tak kuasa menolaknya. Baginya lebih baik mengumpulkan semua keberanian meski sulit dibanding harus menghilangkan kerutan kecil berupa senyuman itu di pipi adiknya.

Tentang 'Makna'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang