"Karena tetesan air hujan yang jernihpun berasal dari awan hitam yang gelap!"
-
-
"Kenapa Ita ga balik ke kelas lagi tadi? Dia pergi kemana aduh, gue emang terlalu bodoh buat dia!" Sembari meneteskan air mata yang membasahi pipinya seketika.
Intan seolah tak dapat memaafkan sifatnya sendiri kala itu. Apa yang telah ia perbuat adalah salah dan sudah merusak hubungannya dengan Ita yang telah ia jaga sedari dulu.
Intan yang saat ini sedang berjalan menyusuri tangga sekolahnya untuk kembali pulang ke rumah pun bertemu dengan Rico dengan tidak sengaja. Ia sedang menghindari semua orang yang dapat melihat nya menangis detik itu, namun sayang usahanya gagal karena melihat Rico yang datang menghampirinya.
"Lo kenapa? Mata lo kenapa berkaca kaca Ntan? Lo nangis? Nangis karena apa? Karena siapa?" Tanya Rico sembari menyentuh pundak gadis tersebut untuk menunjukan kepeduliannya. Ekspresi yang terlihat dari kerutan kening diwajahnya saat ini menunjukan bahwa dirinya merasa tak enak hati saat melihat Intan bersedih.
Intan yang mendengar pertanyaan Rico pun hanya menunduk dan bertambah sedih ditemani isak tangis yang bertambah.
"Gue gapapa, gue mau pulang sekarang" Intan melepaskan tangan Rico dari pundak nya dan tersenyum pada Rico seolah ingin menutupi kesedihannya.
"Ntan! Lo kenapa? Lo bisa cerita ke gue!" Rico pun meraih tangan Intan dan membuatnya berada tepat dihadapannya kini.
Rico tak mampu melihat gadis yang dirinya perjuangkan untuk bahagia ini ternyata menangis. Rico selalu berusaha dan berharap membuatnya tersenyum, tapi mengapa ada yang membuat Intan menangis dengan begitu mudah? Rico pun tak bisa membiarkan Intan sendirian menghadapi kesedihannya saat ini.
Mungkin Rico tak mengetahui alasan mengapa Intan bersedih. Namun baginya, berada disisi Intan detik itu adalah salah satu hal yg bisa ia lakukan.
"Jangan pergi jauh dari gue, lo gabole lupa kalau gue selalu ada disini buat lo" Rico pun kembali memegang kedua pundak gadis tersebut dengan tatapan penuh perhatian.
"Gu-gu-gue gabisa cerita ke lo buat saat ini. Gue butuh waktu buat sendiri" Intan pun menatap mata Rico yang sejak tadi memerhatikan dirinya.
"O-oke kalau lo belom bisa cerita ke gue, it's okay. Lo bisa cerita nanti waktu lo siap aja. Tapi lo harus inget kalau Tuhan gapernah ngasih lo ujian diluar batas kemampuan hati lo" sahut Rico sembari tersenyum pada Intan dan memberikan dorongan motivasi padanya agar tak terus larut dalam kesedihan.
"Gue butuh waktu, gue lagi gamau diganggu sama orang lain dulu. Jadi boleh gue pulang sekarang?" Intan pun melepas kembali kedua tangan Rico dipundaknya dan langsung melangkah pergi dengan langkah lemas seakan tak memiliki semangat.
"Lo boleh sedih sekarang, tapi gue ga akan biarin lo netesin tetes air mata berharga lagi buat kedua kalinya. Air mata lo terlalu berharga kalau diciptakan hanya untuk terjatuh!"
Ucap Rico yang melihat Intan melangkah pergi dari tempat mereka berada tadi.Beberapa hari ini Rico memang tak berada didekat Intan. Apalagi setelah Intan menolak apa yang dirinya berikan untuk membantu gadis itu. Namun, Rico tak pernah lelah untuk selalu tersenyum pada Intan meski sebenarnya ia merasakan rasa kecewa yang terdalam karena sifat Intan.
Baginya, cukup sulit melihat gadis yang ia perjuangkan itu bersedih. Rico ingin kesedihan yang selalu datang bertubi tubi pada Intan dapat terhapus dan merubah suasana hati Intan yang mendung menjadi cerah seperti yang diharapkannya.
#
#
"Gue ga boleh nangis didepan Loren!" Ucapnya sembari menghapus air mata dipipinya saat ingin membuka pintu rumah.
Namun Intan mengingat bahwa adiknya mengikuti ekskul hari ini sehingga Loren akan pulang lebih sore dibandingkan Intan.
Intanpun kembali mengunci pintu rumahnya dan langsung memasuki kamarnya.
Jam 15.15 tepat Intan sampai dirumahnya.
25-08-19
Masalah hati.
Kenapa gue gabisa jadi embun segar dipagi hari buat Ita? Kenapa gue gabisa selalu hadir dan percaya sama dia setiap harinya? Kenapa gue cuma bisa jadi api peresah buat Ita? Kenapa gue cuman bisa buat dia sakit hati? Gue percaya pelangi selalu hadir setelah hujan, tapi kenapa gue gabisa liat pelangi itu dimata lo sekarang? Gue mau liat sebagian lengkungan pelangi itu di mata lo Ta! Dan gue mau liat sebagian lengkungan pelangi itu juga dari senyuman lo! Mungkin burung bisa terbang ngarungin langit sendirian. Tapi engga sama gue Ta! Gue cuman sebuah batu keras yang dikelilingi dengan keegoisan!"
Diary ini Intan tulis untuk kedua kalinya di hari itu. Tak ada yang bisa ia ungkapkan karena kesedihannya. Potongan potongan kalimat yang ia buat dari goresan tinta di kertas putih itu mampu mencurahkan sedikit kegundahan dihati Intan.
Namun, sore itu Intan tak ingin bersedih terlalu lama. Ia tak ingin matanya bengkak dan terlihat oleh adiknya. Intan mungkin mengetahui rasa adiknya yang selalu bersedih karena merindukan kedua orang tuanya. Namun gadis ini tak pernah membiarkan orang lain di kehidupan nya mengetahui bahwa hatinya hancur sehancur debu. Sifatnya yang cuek dan dingin cukup menjelaskan pada orang diluar sana bahwa dirinya teguh menghadapi seluruh permasalah hati.
*Bahagia itu memang sulit, namun berusaha untuk terlihat bahagia itu wajib!*
Ucapnya tegas didalam hatinya untuk meyakinkan bahwa ia harus mencari cara untuk membereskan seluruh permasalahan hidupnya saat ini.
Masalah ayahnya yang tak kunjung selesai pun kini sudah ditambah dengan masalah hati karena sahabatnya Ita yang secara otomatis menambah rasa gundah dihatinya dan juga menambah rasa berat bagi Intan untuk terlihat baik baik saja.
" Pelangi itu indah! Namun sayang hanya sementara. Hujan itu artinya jatuh beribu kali! Namun sayang berlangsung begitu lama"Gimana?
Makin penasaran sama kisah
persahabatan Ita & Intan?
Tetep setia tunggu ceritanya kalau gitu!
Salam untuk para sahabat di dunia!
🖐️🖤🌹.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang 'Makna'
Romance"Dasar Gadis Misterius!" Ya! Gadis yang penuh dengan tanda tanya itu berhasil membuat seorang pria bernama Bisma luluh karenanya. "Gue calon suami lo". Kalimat ini sering didengar namun tak dapat meruntuhkan hati Intan yang keras karena suatu miste...