6. Hati Sekeras Batu

100 5 0
                                    

"Ada saatnya kata semoga itu akan tersemogakan"

Pada hari Kamis tepatnya pukul 15.00 tepat Intan menunggu sahabatnya yang sedang mengerjakan tugas kelompok dengan teman sekelasnya. Ia sudah berjanji akan pulang bersamanya karena memang rumah Ita searah dengan arah rumahnya.

"Ntan tunggu gue sebentar ya, bentar lagi tugas Kimia nya selesai" ucap Ita pada Intan yang sedari tadi menunggu.

"Yaudah Ta gue mau beli minum dulu ya ke Alfa depan sekolah sebentar" jawab Intan padanya.

"Oh pergi aja Ntan ke Alfa gapapa, supaya pas lo balik kesini gue juga selesai" sahutnya kembali.

Setelah itu Intanpun berjalan ke luar sekolah untuk pergi ke Minimarket yang kebetulan berada dekat dengan sekolahnya dan membeli minuman, lalu ia berjalan kembali ke sekolah untuk menjemput Ita dan berharap bahwa sahabatnya itu sudah selesai mengerjakan tugasnya. Namun, disaat Intan menengguk minumannya waktu ia berjalan, dirinya tak melihat ada lubang yang cukup dalam dihadapannya.

Oleh karena ketidak waspadaannya, akhirnya dirinya pun terjatuh dan menimbulkan pergelangan kakinya merasa nyeri. Diapun terbangun untuk melanjutkan jalannya ke sekolah dengan jalan sedikit terpincang-pincang. Rasanya jalan yang hanya beberapa meter saja jaraknya terasa sangat jauh baginya saat kakinya mulai merasa sakit sehabis terjatuh.

Entah kesialan apa yang menimpanya, namun pria yang ia tak harapkan kehadirannya masih berada disekolah dan menemukannya. Ya, Bisma yang masih berada di parkiran motor sekolah sehabis latihan untuk lomba bandnya pun melihat gadis tersebut berjalan sedikit pincang.

"Lu kenapa? Butuh bantuan gue? Sini gue bantuin jalan" Bisma menghampiri Intan dengan merangkul bahunya karena tidak ingin Intan terjatuh saat berjalan.

"Gausah, gue punya kaki dan bisa jalan sendiri" jawabnya. Namun semakin ia berusaha untuk berjalan kembali kakinya terasa semakin sakit yang membuat dirinyapun hampir terjatuh kembali.

Tapi Bisma dengan cepat meraihnya sehingga gadis tersebut sekarang tepat berada di pelukannya. Kedua insan tersebut sempat bertukar pandangan dengan menatap satu sama lain selama beberapa detik. Bisma pun langsung memegang tangan Intan dan merangkul nya kembali untuk menuntunnya menuju tempat yang ingin ditujunya.

"Lo gabisa sendirian, biar gue yang tuntun lo sampe ke tempat yang mau lo samperin" ucap Bisma pada Intan.

"Gue mau ke Ita temen gue yang lagi..." Ucapannya terpotong saat Ita melihat dirinya dan langsung teriak histeris melihatnya berjalan pincang.

"INTANNN, LO KENAPAA?" Teriak Ita sembari berlari menuju arah Intan.

"Gue gapapa, tadi jatuh aja didepan sekolah" jelas Intan yang tak ingin sahabatnya merasa khawatir.

"Lo gabisa pulang jalan kaki bareng gue, kaki lo pasti masih sakit" ucap Ita pada Intan sambil merangkul bahu Intan yang secara otomatis mengambil alih rangkulan Bisma.

"Biar Intan pulang bareng gue, gue yang anterin dia kerumahnya naik motor gue" sahut Bisma dengan cepat menanggapi ucapan Ita tadi.

"Hah? Gausah! Gue bisa jalan sama Ita" tegas Intan padanya seakan akan tak ingin Bisma membantunya.

"Lo gabisa pulang bareng gue Ntan. Bisma bener, lo bisa pulang sama dia. Gue gapapa kok jalan sendiri. Sampai ketemu besok, semoga cepat sembuh ya" ucap Ita meyakinkan Intann.

"Udah gue bilang lo pulang sama gue, ayo!" Sambil memegang tangan Intan dan menuntunnya ke arah motornya. Intanpun tak bisa mengatakan apa apa karena dirinya memang tak bisa menahan rasa sakit dikakinya saat itu yang akhirnya tidak mampu menolak tawaran bantuan dari Bisma.

Tentang 'Makna'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang