5. Hari Keberuntungan

86 5 0
                                    

"Tak ada salahnya berharap meski mungkin harapan itu takkan terkabul"

Keesokan harinya Bisma meyakinkan dirinya untuk mengantar Intan ke sekolah. Akhirnya Bisma pun bersiap dan menunggu di persimpangan tiga seperti yang sudah ia janjikan. Ia datang disana lebih pagi dari biasanya, 06.10 dirinya sudah berada disana menunggu Intan, Bisma berharap dapat bertemu dengan gadis tersebut dan mengantarnya ke sekolah untuk pertama kalinya.

Setelah 15 menit dirinya menunggu di sana, Bisma melihat ke satu arah di ujung persimpangan. Ya, Intan yang sedang berjalan sambil memakai kacamata bulatnya. Mata Bisma tak berkedip saat melihat Intan jelas dari kejauhan. Dirinya selalu ingin melihat Intan dari jarak dekat, namun gadis tersebut tidak pernah mengijinkannya meski hanya berada didekatnya. Namun rasa bahagia Bisma saat melihatnya kini berubah menjadi ekspresi berupa kerutan di kening karena melihat Intan berjalan dengan Rico.

"Gue mau beli buku di toko buku pulang sekolah, lo bisa anter gue?" Tanya Intan pada Rico.

"Gu-gue? Anterin lo ke toko buku?" Tanyanya balik.

"Iya lo. Gamau? Yaudah kalau sibuk gapapa gue sendiri aja" jawab Intan sambil sedikit tersenyum pada Rico.

"Mau kok, lo tunggu di depan gerbang sekolah ya" jawab nya pada Intan dengan wajah tersenyum lebar karena merasa bahwa hari ini merupakan hari keberuntungannya, ia merasa beruntung karena Intan tak pernah sekalipun mengajaknya pergi ke tempat lain selain pergi ke sekolah. Akibat ajakan Intan pada Rico untuk mengantarnya ke toko buku ini, Rico pun merasa hubungan lntan dan dirinya semakin membaik.

"Biar gue aja yang anter lo ke toko buku. Rumah gue searah sama toko itu" cela Bisma dari arah belakang keduanya. Karena kehadiran Bisma yang cukup mendadak, keduanya pun merasa terkejut.

"Ga! Siapa sih lo? Emangnya lo gabisa apa sehari aja ga dateng di depan gue?" Tanya Intan sedikit membentak.

"Gue? Calon suami lo dimasa depan. Berhubungan gue adalah calon suami lo, jadi udah kewajiban gue dong nemenin calon istri gue kemanapun termasuk ke toko buku pulang sekolah nanti?" jawab Bisma percaya diri dengan tersenyum manis.

Rico yang mendengar Bisma mengatakan itu langsung terkejut dan tidak bisa berkata apa apa. Dirinya memang tidak sering bertemu dengan Bisma, namun ia tau pasti bahwa pria tersebut memiliki komitmen yang konsisten karena dirinya pun mengikuti ekskul band dengannya. Hal ini membuat Rico mengetahui banyak hal tentang Bisma. Bisma memang pria yang suka ceplas-ceplos, namun dirinya selalu serius dengan apa yang ia katakan.

"Lo dari awal dikasih hati mintanya jantung ya! Cowo alay kaya lo lebih baik pergi sama cewe alay yang setipe sama lo!" Sahut Intan.

"Gue ga sama kaya yang lo pikirin. Gue bakal tunjukin ke lo kalau semua cap negatif dari lo itu salah! Oh iya, sampai ketemu nanti sore di gerbang depan sekolah!" Ucap Bisma yang lagi lagi sembari langsung pergi menancapkan gasnya sehingga Intan pun tak sempat mengucapkan penolakan dari ucapannya tadi.

"Lo bareng sama Bisma aja. Gue ga bawa motor, kalau lo bareng Bisma kan lebih enak ga harus jalan jauh jauh Ntan" jelas Rico pada Intan dengan sedikit keraguan saat mengucapkan hal ini. Rico mengucapkan ini karena dirinya tak mau melihat gadis tersebut berjalan jauh hanya untuk membeli buku. Dirinya pun rela menyerahkan seluruhnya hanya demi Intan karena rasa yang ia miliki.

"Ga! Apaan sih lo? Lo sama aja kaya Ita yang dukung gue deket sama cowo alay itu. Kalau lo gamau anterin gue gapapa, gue bisa sendiri!" tegas Intan padanya.

"E-engga, bukan gitu Ntan. Oke nanti sore gue anter, tapi maafin gue kalau lo harus jalan kaki" jawabnya tak enak hati.

"Masalah jalan atau naik motor itu ga masalah, tujuan gue cuman mau beli buku doang kok" ucap Intan dengan nada yang sudah tidak terlalu tegas karena mulai melupakan kejadian yang baru saja terjadi.

Tentang 'Makna'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang