Read, vote, dan komennya teman-teman.
***
Larissa menatap kehancuran di area tengah taman. Seluruh bangku bertumbangan, bahkan ada yang terbalik. Kolam air pecah, patung angsa patah, air langsung merembes dan menyembur ke segala arah. "Ini semua kesalahan kita." Larissa masih terpaku.
Hobear dan Seaniel juga mulai mengerti dengan situasi yang sedang terjadi. "Benar kata Larissa. Aku pikir sebaiknya kita pergi dari sini." Hobear membuat teman-temannya menoleh.
"Ke mana?" tanya Seaniel.
"Kita ke perpustakaan sekarang. Kita cari buku tentang bunga itu, apa pun termasuk tentang kita bertiga. Siapa tahu ada petunjuk."
Tanpa banyak basa-basi mereka bertiga segera bergerak meninggalkan kerumunan. Staf sekolah mulai berdatangan di detik mereka hendak pergi.
Tiba di sebuah ruangan besar dengan tinggi tak kurang dari lima meter, mereka mengecek keberadaan buku itu di setiap rak. Mereka mengetikkan kata kunci pada papan ketik yang ada di setiap rak. Apabila buku yang berkaitan ada di rak tersebut, maka buku itu akan menyembul keluar.
Percobaan mereka gagal berkali-kali. Sudah seluruh rak mereka sisir, tetapi buku itu tidak ada. Mereka bertiga akhirnya terdiam sejenak di kursi baca dengan meja panjang terhampar. Di atas mereka lampu gantung besar tampak kokoh, seolah jatuhnya lampu itu mampu membuat satu ruangan porak-poranda. "Mustahil buku itu tidak ada," ujar Sean.
"Mungkin ada rak yang belum kita sisir?" Larissa bertanya optimis. Buku itu pasti ada. "Atau mungkin kata kunci yang kita gunakan salah?"
Hobear menggeleng. "Kalau kata kunci yang kita gunakan salah, jadi kata kunci yang benar apa?"
Seaniel mengangkat tangannya untuk menginterupsi. "Tunggu sebentar! Aku sepertinya mengetahui sesuatu." Dia bergerak ke salah satu rak terdekat lalu mengetikkan sesuatu. Dia lalu berpindah ke rak-rak lain, terus mencoba berkali-kali, sedangkan Hobear dan Larissa diam di tempat dengan tatapan heran.
"Kita sudah mencari di setiap rak, Sean. Buku itu memang tidak a—"
"Yap dapat!" Seruan Sean mematahkan perkataan Hobear. Dia membawa buku setebal dua jengkal dengan sampul dari kulit dan kertas berupa perkamen tua lalu meletakkannya di atas meja.
"Kok, dapat?"
"Ya dapat, lah. Prediksi Larissa tepat sekali. Kata kunci yang kita gunakan salah."
Larissa tampak antusias. "Lalu kata kunci yang kamu gunakan apa?"
Sean menyengir beberapa detik. "Mudah saja. Aku ketik di papan itu Bunga Keabadian."
Hobear mengernyit. "Kau tahu dari mana?"
Fuh! Sean mengembuskan napasnya. "Aku itu sering membaca, Bear. Aku bisa menghubungkan kalimat-kalimat yang masuk akal. Bunga Edele menurut asumsiku adalah versi superior dari bunga edelweis. Bunga edelweis adalah bunga yang diidentikkan dengan keabadian. Maka, sudah sangat jelas bahwa kata kunci yang mungkin berhubungan dengan Bunga Edele adalah bunga keabadian."
Hobear tersenyum dan segera merangkul tubuh Sean. Ditepuknya punggung teman sekamarnya itu. "Pintar juga kau." Kemampuan Sean memang tidak bisa diragukan untuk hal-hal berbau bahasa.
"Lalu siapa yang akan menamatkan buku ini? Apa kita bagi tiga saja bukunya?" Larissa bertanya.
Hobear menggeleng, matanya melirik Sean. Kita punya ahlinya untuk masalah membaca buku tebal. Memahami kode itu Larissa mengangguk mengerti sambil mengulum senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelia
FantasyHobear kehilangan keluarganya; Seaniel kehilangan keluarganya; Larissa kehilangan keluarganya. Tiga siswa terpilih untuk berburu bunga keabadian. Perjalanan yang mengungkap rahasia hilangnya keluarga mereka. Pertemuan dengan sosok aneh dan pembelaja...