Dunia

40 6 3
                                    

Sebenarnya pusing juga bikin ginian. Happy reading!!!!!!!!

***

Laminad Boarding School berada di dunia yang berbeda dengan apa yang disebut sebagai bumi. Istilah dunia paralel mungkin sering terdengar di kalangan teori konspirasi manusia. Tetapi ini agak berbeda. Laminad Boarding School berada di dunia yang kamu temui sebagai cermin, atau mungkin bayangan.

Sungai Yan adalah portal yang memisahkan dunia itu. Portal yang hanya bisa dibuka oleh manusia pilihan dengan garis tangan unik. Dua ratus juta tahun lalu, seorang penyihir bernama Yan Tse berhasil membuka portal itu. Dari darahnya keturunan dengan garis tangan langka dilahirkan. Tiga di antaranya adalah Bear, Seaniel, dan Larissa.

Saat ini mereka bertiga telah membuka portal itu. Mereka terseret dalam portal antar dunia, lalu tersesat di mana manusia kebanyakan hidup. Bumi, planet yang terdengar sangat rasional, tetapi menyimpan beberapa hal yang mistis. Sangat mistis. Penyihir, dukun, paranormal, atau apapun yang beraroma supranatural.

Seaniel memegang kepalanya yang pusing bukan main. Beruntung stoples itu didesain anti benturan. Larissa bahkan sudah lari menuju kamar mandi dan muntah semuntah-muntahnya. Bear lebih parah lagi, dia pingsan. Tubuhnya terkapar di lantai.

Seaniel mengguncang tubuh Hobear, menampar pipinya bolak-balik. Larissa masih terus muntah.

"Bear bangun! Hei!!!"

Bear perlahan membuka matanya. Dia tampak terkesiap dan langsung duduk seperti baru terbangun dari mimpi buruk. "Kita di mana?"

Pertanyaan yang membuat Seaniel tersadar bahwa mereka berada di tempat yang berbeda. Aliran sungai yang berbeda, hutan dan langit yang berbeda, udara yang berbeda. Mereka berada di sungai yang lebar, dengan langit biru. Mataharinya lebih cerah, udaranya lebih segar. Di kiri dan kanan sungai terdapat hutan-hutan bakau. Juga ada perahu kayu yang berlayar. Larissa keluar dari kamar mandi, dia ikut terperangah. "Kita di mana? Bear, coba cek keberadaan kita!"

Bear mengangguk, tertatih untuk berdiri demi mengecek enroute chart. "Masih berkedip." Ia menatap kedua sahabatnya.

Sean mendekatinya. "Gila, gila. Aku rasa kita berada di dunia yang berbeda."

"Aku juga merasa begitu," sahut Larissa, mengelap bibirnya yang basah.

"Sama, aku juga."

"Jadi menurut kalian kita harus bagaimana?"

"Biar aku mengecek bukunya dulu, Larissa." Seaniel berjalan menuju sofa, membongkar tas ransel dan mengeluarkan buku tua. Dia membaca kilat buku itu, menemukan petunjuk.

"Apa yang buku itu katakan?" desak Larissa.

"Kita harus turun Larissa, Bear. Dia bilang 'ada rumah di dekat awan'. Melihat tempat ini, mustahil rumah itu ada di aliran sungai."

Bear menyapu pandangan. Tempat mana yang Sean maksud untuk turun? "Kita temukan daratan dulu. Kita tidak bisa turun di sini. Kalian duduklah, aku akan membawa stoples kacang raksasa ini dengan selamat."

Tidak ada alasan bagi Sean dan Larissa untuk meragukan Bear. Mereka memilih kembali ke sofa dan menyusun bantal atau barang-barang yang berjatuhan. Larissa memandang ke arah dinding transparan setelah duduk, mengamati aliran laminer sungai ini. Sedangkan di ujung sana tampak aliran turbulen. Larissa menyeringai membayangkan hubungan viskositas, laju aliran air, lebar sungai, dan tipe aliran.

Sean kembali membuka bukunya, membaca detail-detail yang mungkin terlewatkan. Ia menandai beberapa bagian yang menurutnya penting.

"Larissa, Bear. Aku mau bertanya."

EdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang