hujan.
senin pagi itu hujan, padahal lagi musim kemarau.
naeun ngeliat awan hitam yang menyelimuti seluruh kota, gue sekolah gimana anjir.
naeun tinggal sendiri, cuman ada bik ani, yang biasa bersih-bersih dan masak. orangtua naeun? kerja diluar kota. di tempat naeun smp dulu, tapi naeun gak mau sma disana jadinya dia tinggal sendiri.
rumah naeun emang deket dari sekolah, tapi kalo hujan deres gini gimana mau jalan kaki?
mau naik gocar juga gak ada yang standby pagi jam 6 gini. daritadi naeun udah nyoba.
"dek naeun sekolah ndak?" tanya bik ani, raut mukanya khawatir. naeun senyum, "belom tau bik, nunggu bentar lagi gak deres kayaknya," jawab naeun.
naeun menghela nafas, cocok. cuaca sama perasaan naeun cocok.
naeun beranjak dari kasurnya, daritadi cuman duduk aja, kalo masalah udah siap atau belom sih yang pasti udah. tinggal perginya aja gimana.
karna pikirannya kemana-mana, dia gak sengaja kesandung sesuatu.
naeun mengerutkan alisnya, kantong apaan ini?
karena penasaran, dia buka kantong itu dan isinya bikin dada naeun sesak.
gantungan kunci tororo.
"dek? itu di depan ada yang jemput! katanya temen adek!"
naeun buru-buru nyimpen gantungan kunci itu di sakunya, dan turun kebawah.
"siapa bik?" tanya naeun.
"gak tau dek, katanya dek naeun yang minta jemput," kata bik ani.
naeun bingung banget karena dia gak minta siapa-siapa???
dan naeun buka pintunya.
☁️
doyeon nelpon naeun, niatnya pengen jemput naeun. karena doyeon tiap pagi dianter lucas ke sekolah, dan rumah naeun deket sana.
doyeon tau naeun biasanya jalan kaki, jadi dia khawatir naeun gak bisa sekolah.
"cas, jemput kawan gue dulu yaa? plis? kasian dia jalan kaki ke sekolah," pinta doyeon. lucas pura-pura mikir, "terus kalo gue bilang iya, gue dapet apa?"
doyeon jitak kepala lucas, "tuh, dapet itu." lucas meringis kesakitan, "barbar amat jadi cewek..." gumamnya. doyeon pura-pura gak denger.
"doy,"
"apa?"
"...peluk,"
"ih apaan sih!!" tapi tetep dipeluk:<
lucas nyengir, doyeon langsung jitak lagi. emang pacaran 3 tahun udah biasa lucas tuh disiksa.
"iya itu belok kanan,"
"yang rumah putih?"
"iyaaa,"