Polaroid

355 59 2
                                    

Song title : Polaroid - Jonas Blue ft Liam Payne, Lennon Stella

Alice's Point of View.

▪️▫️▪️▫️▪️▫️

Let me tell how it happened, i wasn't looking for someone that night.

"Gambar siapa itu, Alice?" tanya Paman Stephen, saat ia melihat sebuah polaroid terjatuh dari buku milikku. Dengan segera, aku langsung mengambil polaroid tersebut.

"Bukan siapa-siapa. Hanya sebuah gambar acak yang aku ambil, saat berada di Kamar-Taj." jelas ku, sedikit berbohong. Ya, itu memang foto yang ku ambil saat berada di Kamar-Taj, tetapi bukan sebuah gambar acak.

"Baiklah." gumam Paman Stephen, sambil memberikan segelas teh padaku.

Aku tak ingin dia tahu, bahwa gambar tersebut merupakan gambarnya. Sebenarnya aku tak sengaja mengambil gambarnya.

No, I was never a believer, that you could fall in love at the first sight.

Dulu, untuk pertama kalinya aku datang ke Kamar-Taj. Seorang paman yang menjaga London Sanctum saat itu, berkata bahwa aku memiliki potensi sebagai seorang Sorcerer dan ia takut seseorang seperti Kaecillius memanfaatkan kekuatan ku.

"Bolehkah aku membawa kamera polaroid ku? Aku berjanji, tak aka menunjukkannya pada siapapun." pintaku. Saat itu aku ingin sekali mengabadikan semua hal dalam hidupku, termasuk hari-hari ku di Kamar-Taj dan semenjak saat itu aku selalu mengambil banyak gambar di Kamar-Taj

Setiap kali aku selesai berlatih dengan Guru Ancient One atau Paman Mordo, aku selalu mengambil banyak gambar di lingkungan itu. Para murid, pemandangan, bahkan setiap ruangan yang ada di tempat tersebut. Setelah selesai, aku akan berdiam diri di perpustakaan semalaman bersama Paman Wong.

"Dapat banyak gambar?" tanya Paman Wong, saat aku tengah melihat-lihat hasil jepretan ku.

"Tentunya. Tak ada yang berubah disini." balasku sambil menggoyang-goyangkan selembar polaroid yang gambarnya belum muncul dengan jelas.

"Apa yang kau harapkan, Alice? Sebuah konser?" Aku hanya tertawa pelan saat mendengar perkataan Paman Wong. Lalu tawaku terhenti saat aku melihat gambar yang muncul pada polaroid yang tengah ku pegang.

"Paman Wong, siapa dia?" Aku menunjukkan sesosok pria berbaju merah maroon dengan brewok di dalam polaroid tersebut. Paman Wong pun mengambil polaroid tersebut, lalu mengamatinya.
 
"Oh, dia Stephen. Orang baru. Kenapa?" tanyanya sambil memberikan kembali polaroid tersebut padaku.

"Tidak. Aneh saja, kenapa beberapa helai rambut di atas telinganya memutih." balasku, sambil mengamati sosok tersebut.

Tetapi aku bertanya bukan karena itu, ada hal lain yang menarik perhatianku. Entah apa itu.

But all of a sudden,we loved and got lost in the moment
All of a sudden,she's gone in the flash of a light.
I never was looking, hmm ... I'll be looking for the rest of my life.

Tanpa sadar, aku selalu mencari sosok Paman Stephen setiap kali aku datang ke sana. Aku pun masih sering mengambil gambar dengan polaroid ku, tetapi sulit sekali menemukannya.

Bagaimanapun aku tetap seorang anak-anak, aku masih memiliki kehidupan normal layaknya anak-anak. Bersekolah, mengerjakan tugas dan semacamnya, aku tak bisa berada disana setiap saat seperti yang lainnya.

Rasa penasaranku masih begitu besar. Aku pun selalu bertanya tentang Paman Stephen kepada Paman Wong.

"Hai Paman Wong. Aku ingin mengembalikan buku yang ku pinjam kemarin." ucapku, sambil menyodorkan setumpuk buku tebal.

[End] Alice and Uncle Doctor : Daily LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang