Existence

423 76 8
                                    

"Jadi kau bisa melakukan hal-hal seperti yang Doctor Strange lakukan?" tanya Peter dengan antusiasme saat mereka tengah berjalan pulang.

Lebih tepatnya terbang, berayun dari satu tempat ke tempat lain. Tentunya dia sudah memakai kostum Spider-Man nya.

Alice yang tengah digendong oleh Peter hanya mengangguk perlahan. Kemarin malam Peter memergoki Alice yang datang ke kamarnya melalui portal teleportasi, setelah ia berlatih di Kamar-Taj-yang bertempat di Kathmandu,Nepal- bersama Ancient One dan yang lainnya. Alice selalu melatih kemampuan sihirnya di Kamar-Taj setiap hari Minggu dan hari-hari libur sekolah lainnya.

"Kenapa kau tak memberi tahuku?" tanya Peter lagi, sambil mendarat di atas sebuah gedung, lalu kembali berayun.

"Kenapa kau tak memberi tahu Bibi May, jika kau adalah Spider-Man?" Alice balik bertanya, sambil memandangi langit sore.

"Tak ingin Bibi May khawatir?" jawab Peter, dengan nada sedikit bingung. Takut-takut jawabannya tidak tepat.

"Tepat." jawab Alice dengan singkat.

Peter berhenti di sebuah bangunan besar, yaitu New York Sanctum. Alice pun turun dari gendongan Peter.

"Apa tak masalah, kau kesini?" tanya Peter sedikit khawatir.

"Tak apa, Paman Doctor Strange takkan keberatan. Lagipula Bibi May malam ini tak ada di rumah. Aku bisa membeli sesuatu untuk makan malam." Alice membuang napasnya dengan cepat." Kau juga harus bertemu dengan Paman Tony bukan? Jadi tak apa."

Alice tersenyum lembut ke arah sang kakak. Sementara Peter menatapnya dengan perasaan bersalah, karena selalu meninggalkan Alice. Padahal Alice merupakan satu-satunya saudara kandungnya, tetapi Peter tak pernah punya waktu untuknya.

"Baiklah. Aku akan menjemputmu. Hanya karena kau bisa membuat portal teleportasi berwarna jingga itu dan membuatmu bisa pergi ke luar negeri, bukan berarti aku tak bisa menjemput." ucap Peter dengan cepatnya, sebelum ia pergi meninggalkan Alice yang mengangguk dengan cepat sambil melambaikan tangannya.

Tanpa basa-basi lagi Alice masuk ke dalam Sanctum. "Halo, Paman Doctor Strange." ucap Alice saat sudah di dalam.

Tak ada jawaban. Alice kembali memanggil Stephen, kali ini gadis tersebut hampir berteriak. Tetap tak ada jawaban. Alice pun memutuskan untuk naik ke lantai dua tempat tersebut. Melihat-lihat beberapa artefak, yang Alice tahu memiliki kekuatan magis.

Alice kembali berjalan ke ruangan lain dan melihat deretan rak buku yang begitu besar. Banyak sekali buku disana. Alice yang sangat suka sekali membaca, menghampiri rak-rak tersebut dengan senangnya. Hingga ia melihat sebuah buku yang terpisah dari rak buku lainnya.

"Jangan pernah mendekati Darkhold." Alice mengurungkan niatnya untuk mendekati buku tersebut setelah mendengar suara tegas Stephen.

"Oh, maafkan aku." ucap Alice sambil mendekat ke arah Stephen yang tengah duduk pada sebuah sofa di sebuah ruang baca.

"Jadi itu tadi benar-benar 'The book of sins', Paman Doctor Strange? Buku berisi mantra-mantra hitam?" tanya Alice sambil duduk di depan Stephen yang tengah membaca buku yang sangat tebal.

"Ya dan berhentilah memanggilku dengan sebutan itu." ucap Stephen masih memfokuskan matanya pada buku.

"Kau bilang aku harus memanggilmu Doctor?" ujar Alice sambil mengerutkan dahinya. Stephen melirik Alice dari balik bukunya dengan tatapan malas.

"Oke. Bagaimana dengan Paman Strange? Atau Paman Stephen?" saran Alice, sambil memegang dagunya.

"Aku bukan pamanmu, Alice." jawab Stephen dengan malas, kembali memfokuskan matanya pada buku yang tengah ia baca.

[End] Alice and Uncle Doctor : Daily LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang