Jisoo dan Rose adalah Kakak beradik. Mereka mempunyai teman sepermainan bernama Kim Taehyung. Rose tetap bertukar kabar saat Taehyung pindah keluar Negeri. Bahkan Taehyung mengatakan saat ia kembali ke Korea suatu saat nanti. Rose adalah orang perta...
Rose kembali ke kamarnya, ia berdiri di balik pintu dengan nafas terengah-engah. Ia memegangi jantungnya, memang benar ia sehabis berlari, tapi ada sesuatu perasaan yang ia rasakan. Setelah Taehyung memeluknya dan menyentuh permukaan kulit wajahnya. Rose berdiri mondar-mandir, menggigiti ujung kukunya, degupan jantungnya berpacu lebih cepat. Dan sekarang rasanya tubuhnya seperti terkena aliran listrik. Tangannya berkeringat karena gelisah, bukan gelisah biasa. Ia jelas sedang bingung.
"Apa Oppa mengingatku?" ucapnya sendiri. Ia akhirnya duduk setelah tadi mondar-mandir seperti setrikaan. "Tapi ia tak berkata begitu." ucapnya lagi, "Lalu apa yang barusan itu? Aku bermimpi?" Rose mencubit pergelangan tangannya. "Aw ... Appo!" Rose mengaduh sakit karena ulahnya sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jin menatap layar ponselnya, tak ada panggilan maupun pesan. Ia mendial kesalah satu kontak yang tersimpan. Sebuah nada tunggu. Sudah terhitung ribuan nada tunggu ia dengar dalam waktu seminggu ini. Hanya nada tunggu, tak ada suara seseorang yang menyapa.
Jin menghembuskan nafas lalu menghirupnya kembali, begitu beberapa kali sampai ia merasa lebih bisa tenang.
"Choo ... Kemana saja kau selama seminggu ini?" lirihnya, "Aku mengkhawatirkan mu." Jin menatap layar depan ponselnya, dimana terdapat photo Jisoo membingkai screen utama. Senyuman milik Jisoo disana menjadi pengobat lara hati.
Tak berbeda jauh dengan Jin, Jisoo juga tengah menatap layar ponselnya. Ia menatap log panggilan terakhir. Terdapat ratusan panggilan tak terjawab. Mata indahnya berkaca-kaca. Jisoo tak berdaya, bahkan saat ia keluar rumah. Ada mobil lain berada di belakang kendaraan pribadi miliknya. Jisoo sedang diawasi.
Jisoo tahu betul, atas perintah siapa pengintaian itu dilakukan, Namun ia tak dapat berbuat lebih. Ia hanya berharap, suatu saat pengawasan itu tak lagi diberlakukan atau berdoa ada sedikit celah, agar ia bisa bertemu kekasihnya. Menjawab panggilan bukanlah solusi, karena kapanpun Jin meneleponnya Jisoo rela pergi untuk datang. Kondisi sekarang tak memungkinkan, Jisoo ingin menghindarkan Jin dari penglihatan Neneknya. Ia sangat takut, apabila Neneknya menemukan kehadiran Jin. Dan hal itu tidak boleh terjadi, itu akan semakin buruk untuk keduanya.
Dalam beberapa hari terakhir Jin benar-benar gusar. Tak mendapatkan kabar dari Jisoo selama dua minggu membuatnya uring-uringan.
Jin memikirkan letak kesalahannya, Namun tak terbesit sedikit pun alasan. Bahkan terakhir bertemu keduanya masih sangat manis.
"Aku tidak bisa terus menunggu." Jin meletakkan gelas air bekas minumnya dengan kasar. Benda kaca itu terhantuk kaca meja makannya. Suara beradu antar dua benda kaca itu.
"Choo ... Aku merindukanmu." Jin bersuara lemah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.