Cowok bertubuh tinggi dengan rambut sedikit coklat itu sibuk mengipasi Aditya. Sedangkan cowok gendut di belakangnya sibuk memijit pundak Aditya. Serasa punya pengawal kehidupan dari cowok yang biasa dipanggil Adit itu.
"Sabar Dit, mungkin ini cobaan buat lo. Salah sendiri sih, pacarin cewek kaya si Adel. Udah tau bawelnya kebangetan, iye nggak?!" ujar Doni.
"Yoi, tapi walaupun kaya gitu gue suka sih sama Adel," celetuk Sapri.
"Sialan! Dia cewek gue!" balas Adit merasa tidak terima.
"Santuy abang pocong, nggak bakal gue sikat. Gue juga punya selera kali, bang." balas Sapri.
"Selera selera, pacaran aja lo nggak pernah. Songong lo!" balas Doni.
"Mending diem gue," lirih Sapri.
Tadi Adit baru saja selesai latihan basket bersama teman-teman sekelasnya, baru beberapa menit selesai latihan, Adel mendekatinya sambil membawakan sebuah handuk dan sebotol air mineral.
Adit tidak suka jika Adel selalu menyelonong seperti ini. Tapi apa salahnya? Latihan mereka juga sudah selesai.
Kadang memang cowok itu selalu berlebihan.
"Adit, ini aku bawa handuk sama minuman buat kamu. Kamu duduk dulu dong." celotehnya sambil menarik tangan cowok itu menuju kursi penonton bagian bawah.
"Sini sini sini. Kamu duduk dulu, eh jangan lupa kakinya di selonjorin. Entar kalau kamu varises jadi nggak ganteng lagi. Kan sayang akunya," sambungnya lagi.
"Lo ngapain lagi sih kesini?! Kan udah gue bilang jangan suka nyamperin kaya gini. Lo nggak dengar kalau gue ngomong?!" ucap Adit mulai emosi.
"Ta-tapi aku kan cuman mau ngasih ini buat kamu. Kamu pasti capek kan abis latian? Makanya aku kesini. Kan kasian kamunya kalau harus beli minum dulu,"
"Lo tau? Gue nggak butuh ini semua dari lo! Gue juga punya uang sendiri buat beli minum. Bahkan pabriknya pun bisa gue beli. Jadi mulai besok lo nggak usah gini lagi, ngerti?!"
Cewek itu hanya mengangguk tanpa mau menatap mata tajam milik cowok itu. "Tapi... yang ini kamu minum ya? Aku lari-lari tadi ke kantin buat beli ini, kamu terima ya?" pintanya.
Cowok itu merampas kasar botol itu dari tangan Adelia. Meneguk minuman itu beberapa kali lalu kembali menyerahkan botol yang masih bersisa itu pada Adelia.
"Udah kan?! Lo simpen aja tuh botol sampe taun depan." setelah mengucapkan itu Adit langsung pergi meninggalkan cewek itu sendirian.
Tangan Adelia terasa gemetar ketika sang pemilik suara yang dulu selalu memperlakukannya dengan lembut, malah perlahan mulai kasar seperti ini.
Aku salahnya dimana ya? batin Adelia.
***
Adelia sibuk membolak balik buku paket biologi di depannya. Bahkan demi pelajaran biologi ia sampai lupa makan.
Keinginannya untuk menjadi seorang Dokter sangatlah tinggi. Seiring dengan semangat tinggi yang ia miliki, Adit malah mencari posisi untuk mematahkan semangatnya.
Tapi Adelia hanya menjadikan itu sebagai cambuk semangat untuk dirinya. Kita kan tidak tau waktu yang akan datang menposisikan kita dimana. Yang jelas, semangat usaha yang seiring dengan doa pasti akan membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita kerjakan.
"Sibuk sendiri. Pantesan di cariin nggak ketemu,"
Adelia langsung menoleh ke arah sumber suara. "Kamu kesini? Tumben? Biasanya nggak pernah, mana mau kamu ke perpus." balasnya ketika cowok itu sudah duduk disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine
Teen FictionGanti Judul ya!!! Aku mutusin lagi buat nulis cerita dan melanjutkan semua ceritaku yang masih gantung. Tapi beberapa part nantinya bakal posting di aplikasi Karya Karsa ya, ga mahal kok, cuma 20 koin aja.Bagi yang mau baca aja ya, soalnya beberapa...