04. Kegigihan Yang Dirindukan

5.8K 268 1
                                    

Sejak kejadian kemarin, hubungan Adelia dan Adit baik kembali. Mulai dari cara bicara Adit yang berubah kembali lembut padanya. Hingga cowok itu berusaha menenangkan Adelia saat perjalana pulang sekolah. Adelia mengatakan bahwa ia merasa Adit berubah, ia merasa laki-laki itu akan meninggalkannya.

Namun dengan pelan Adit berusaha membantah. Dia tidak mungkin seperti itu. Banyak pikiran yang mengganggu Adel ketika melihat perubahan sikap Adit yang sudah cukup lama. Hampir dua bulan ini.

Dan hari ini, sesuai permintaan cowok itu, Adel menyusul ke tempat dimana Adit biasanya latihan basket dengan timnya.

Sebenarnya tadi Adelia tidak mau, tapi cowok itu memaksanya. Kalau Adel tidak datang, berarti gadis itu masih marah padanya.

Jika ia sampai disana, pasti sudah telat cukup lama. Pasalnya, banyak hal yang harus Adel kerjakan dirumah. Belum lagi tugas sekolah yang menumpuk. Tapi demi Adit ia akan tetap menyisihkan waktu walaupun hanya untuk mengantarkan minuman pada cowok itu.

Baru selangkah kakinya menapak di pinggir lapangan itu, Adel melihat tim basket Adit sudah mulai bubar. Bukan itu yang jadi masalah bagi Adel. Sepasang manusia di bawah pohon rindang sedang berbincang dengan tatapan bahagia.

Adelia tidak tau siapa perempuan itu. Posisinya memunggungi Adel. Dari sini hanya terlihat wajah bahagia Adit ketika berbicara dengan perempuan itu. Bahkan cowok itu tidak enggan memperlihatkan senyum manis yang dulunya selalu ia berikan pada Adel.

Takut terjadi kesalahpahaman lagi, Adel memberanikan diri mendekati sepasang manusia itu.

"Adit," panggilnya pelan.

Sepasang manusia itu menoleh padanya.

Melihat ekspresi Adit saat ini membuat nyali Adel ciut. Gadis itu menundukkan kepala, takut bertemu tatap dengan cowok itu.

"Kenapa baru datang?" tanyanya dingin.

"Tadi... habis nolongin Ayah. Makanya agak telat,"

"Agak telat? Ini namanya udah telat! Gue udah kelar latihan dari tadi lo baru datang sekarang!" kesalnya.

"Maaf Dit. Ini sebenarnya udah aku sempat-sempatin buat datang ke sini. Tadi kesini juga jalan kaki lewat jalan pintas," jelasnya.

"Terus lo pikir gue peduli? Lo jadi cewek nggak tepat waktu banget,"

"Maaf kalau kamu marah,"

"Nggak ada untungnya marah sama lo!"

"Yaudah, ini aku bawain minuman buat kamu."

"Udah telat! Gue udah dibawain minum sama Riska tadi." ujarnya.

"Ris-ka siapa?"

"Dia anak temen bokap. Temen gue dari kecil,"

"Ini siapa lo Dit?" tanya cewek bernama Riska itu.

"Cewek gue," Adelia cukup senang ketika Adit masih mau mengakuinya.

"Oh... udah pacaran berapa lama?" tanya Riska pada Adel.

"Udah hampir dua tahun," balas Adelia sopan.

"Wuh... langgeng juga ternyata," dari ucapannya saja Adel bisa mendengar nada tidak suka. Ditambah lagi tatapan sinis dari cewek itu membuat Adel semakin takut.

"Kamu udah mau pulang?"

"Udah. Gue berangkat sama Riska tadi. Pulangnya juga sama dia lah," jawabnya.

"O-ohh, gitu ya? Em... kalau gitu aku balik duluan ya Dit. Maaf ya,"

Sebelum gadis itu berbalik, pemandangan yang tidak seharusnya terjadi malah ia saksikan sendiri di depannya. Dimana Riska dengan santainya mengambil handuk yang bertengger di bahu Adit lalu membersihkan keringat di bagian leher cowok itu.

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang