Seperti silau yang menginginkan bayangan tiba-tiba
sesaat aku menyibakkan rambutmu
di seperempat mata
mata yang sibuk menelanjangi cahaya
dari rembulan yang semalaman terjagaSekejap khusyukmu menjelma sangka
kau tanyakan sesuatu; "sedang apa semesta?"
terhadap kita di bawah langit ke hitam arahnya
"untuk apa menunggunya bicara?"
tentang gelap sang malam yang lebih diam
dari angin di luar jendela
sedang rembulan di atas sana
tidak selesainya berdoa2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar Yang Diterbitkan di Kertas
PoetrySelama ini puisi banyak dianggap sebagai mantra gaib yang mendayun hasrat yang katanya hanya dapat lahir dari orang yang tengah mabuk cinta atau bahkan hanya dapat didaki dalam waktu dan ketinggian tertentu atau diselami dengan kedalaman yang katany...