Happy Reading!
Sejak kejadian di equipment room, Sehun semakin menunjukkan rasa tertariknya, atau mungkin rasa sukanya, pada Wendy. Sedangkan Wendy berusaha sebisa mungkin menghindar dari Sehun.
Oh ya, bagaimana mereka bisa keluar itu karena akhirnya Sehun mengaku pada Wendy bahwa ia memiliki kunci ruangan dan akhirnya membawa mereka berdua keluar dari sana.
Wendy yang sadar bahwa ia dijebak oleh Sehun pun murka. Dia hampir saja menonjok wajah rupawan Sehun jika saja Sehun tidak segera menahan tangan mungilnya lalu mengancamnya akan menciumnya lagi.
Sejak saat itu Wendy benar-benar mendiamkan dan menjaga jaraknya dengan Sehun. Membuat Sehun mulai kehabisan akal untuk mendekati Wendy.
Ia pun mulai memikirkan cara untuk meluruskan hubungannya dengan Irene tanpa menyakiti hati gadis itu. Bagaimanapun juga, Irene adalah salah satu gadis yang dapat begitu mudahnya masuk dalam kehidupan Sehun yang sangat datar itu.
Sehun pun berpikir bila ia harus segera mendapatkan Wendy, karena sikap Suho saat ini semakin menjadi-jadi.
Tampaknya ia tau ketertarikan Sehun terhadap Wendy, maka dari itu Suho memanfaatkan kesempatannya sebagai calon tunangan Wendy untuk memanas-manasi Sehun.
Seperti saat ini, disaat istirahat makan siang, Suho sudah siap didepan kelas Wendy untuk menjemputnya makan siang. Sehun yang sengaja melewati kelas Wendy untuk melihatnya pun geram karena sikap Suho yang sangat kentara sekali ingin membuat Sehun kesal.
"Ayo makan bareng." ajak Suho sambil melirik Sehun yang berjalan melewati kelas Wendy. Ia kemudian tersenyum miring melihat rahang Sehun menegang.
Memang benar dugaannya, ada sesuatu diantara mereka.
Wendy sebenarnya sangat malas meladeni sikap Suho yang kelihatan sekali tidak ikhlas. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak mungkin menolak Suho. Ia sendiri juga tidak memiliki alasan untuk menolaknya.
Wendy pun mulai melangkahkan kakinya tanpa membalas ucapan Suho. Saat ia mendongak, satu-satu fokusnya adalah wajah masam Sehun yang memandang ke arahnya dan Suho sengit. Wendy berusaha mengabaikan Wendy dan segera melanjutkan langkahnya menuju kantin, saat tiba-tiba sebuah tangan terulur untuk menarik tangannya.
"Jangan cepet-cepet jalannya, nanti kesandung." kata orang tersebut yang ternyata adalah Suho.
Wendy hanya meringis dan melambatkan langkahnya, sambil berusaha melepaskan tangannya pelan dari genggaman tangan Suho.
Bila tatapan bisa membunuh, sepertinya dahi Wendy sekarang sudah bolong dan ia sudah mati. Bagaimana tidak, tanpa melihatpun ia bisa merasakan tatapan mematikan dari Sehun yang berjalan lambat di belakang Suho.
Wendy segera cepat-cepat melepaskan tangan Suho dan berbalik kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena tatapan maut Sehun.
Beruntungnya saat di kantin, teman-teman Wendy memanggilnya untuk makan bersama. Jadi, Wendy tidak harus makan bersama Suho dan teman-temannya dimana disitu ada Sehun.
***
Wendy menghembuskan nafasnya lelah sesampainya ia ke kamarnya. Ia segera mengganti seragamnya dengan baju rumahan yang lebih santai dan nyaman, lalu masuk kamar mandi dan melaksanakan ritual mandinya.
Wendy berencana untuk tidur sejenak sebelum jam makan malam karena kebetulan sekali ia tidak memiliki tugas dan ulangan untuk besok, jadi hari ini ia bisa bersantai.
Setelah selesai melaksanakan ritual mandinya, Wendy segera menjemur handuk dan melangkah keluar dari kamar mandi.
Hampir saja ia terpeleset karena terkejut jika saja ia tidak memegang tembok di belakangnya. Bagaimana jika tidak kaget jika ketika keluar dari kamar mandi, ia mendapati seseorang yang ia hindari beberapa hari belakangan sedang duduk manis diatas tempat tidurnya?
Silence - 16 ends.
maaf ya pendek....
mau manjangin ga ada ide lagi.....
next chapter aku usahain cepet dan panjang:)))
KAMU SEDANG MEMBACA
The School 2019
أدب الهواةWendy tidak pernah jatuh cinta seumur hidupnya, dan kepindahannya ke Korea merubah segalanya. Tapi, apakah itu yang memang dibutuhkan dan diinginkannya? Let's dive into what's the world prepared for her. starting on February 28, 2019