I. SHIN RYUJIN

1.5K 189 14
                                    

"Woy, udah sore! Mau balik kampung nggak lo?"

Somi menggedor pintu berangka 05 tersebut, tapi oknum yang ada di dalam sama sekali tidak menyahut.

Jam menunjuk pukul 3 sore dimana orang-orang sedang berada pada fase lelah dan mengantuk. Penghuni kamar lima ini adalah orang yang paling sulit dibangunkan menurut Somi.

Somi bahkan berani menjamin bahwa sirine kebakaran juga tidak akan mempan untuk membangunkan Ryujin.

"WOY SHIN RYUJIN! ANAK KOST UDAH BALIK SEMUA, NTAR DIKIRA IBU KOS LO JUGA UDAH BALIK TERUS LO DIKUNCIIN SAMPE SEMESTER DEPAN MATI LO DI DALEM!"

Jeon Somi memang paham betul tabiat sahabatnya itu. Ia sudah bersama Ryujin sejak bangku SMP. Sampai saat ini, saat keduanya sudah menduduki bangku perkuliahan, merantau jauh dari rumah, mereka masih bersama-sama.

Somi menghela napas, melangkah mundur untuk bersandar pada tembok. "Astaga ini orang kalo dipanggil Tuhan kayaknya baru kerasa, deh!"

"Daripada kelamaan gue panggilin Bu Sunny aja, deh. Maaf ya, Ryujin."








“Cat Hwang”








Ryujin paling malas apabila disuruh mama untuk pergi ke warung. Bukan karena Ryujin mager, tetapi Bang Yuta, selaku pemilik warung, pernah naksir ke dia.

Tahu kan bagaimana malasnya jika setiap lewat Ryujin disiulin atau dikedipin sama Bang Yuta seperti kelilipan pasir. Ayo kita ambil contohnya seperti ini :

"NENG RYUJIN AWUAWUW TERIMA CINTA ABANG DONG!"

Atau

"RYUJIN ZHEYENK TUNGGU ABANG KUMPULIN UANG BUAT LAMARAN YA."

Begitu.

Beruntung, bukan Bang Yuta yang sedang jaga warung. Melainkan Haruto, adik Bang Yuta, bocah ingusan yang punya keinginan menjadi gamer.

"Untung Bang Yuta kaga ada di rumah, bisa dipaksa nikah ntar kalo ketemu. Anjing, ngeri."

Saat perjalanan pulang, Ryujin mendengar gemerisik dari balik semak-semak. "Lah apaan tuh suara kresek-kresek?" Gadis itu mengedarkan pandang ke sekitar.

"Kayaknya dari balik semak-semak, deh."

Ryujin mendekati semak di pinggir jalan tersebut, menyibaknya hingga terlihat apa sebenarnya yang membuat suara gemerisik.

"Awww my son!"

Ternyata seekor kucing.

Ryujin yang memang penyayang hewan mengeong itu langsung menggendong dan mengelus-elusnya. Kelemahan Ryujin adalah ia tidak pernah tega melihat kucing yang terlantar tanpa pemilik. Ryujin selalu ingin memelihara mereka.

Besarnya kecintaan Ryujin terhadap kucing, membuat ia selalu membawa whiskas ukuran kecil setiap ia pergi. Antisipasi bila bertemu kucing kelaparan di jalan, Ryujin bisa sedikit menolong mereka.

"Kucing kan juga makhluk hidup," begitu kata Ryujin.

"Makan yang banyak ya kocenk." Ryujin masih mengelus rambut si kucing yang kali ini termasuk mackerel cat, kucing yang punya corak stripes di tubuhnya.

Kata mama, Ryujin tidak boleh lagi membawa kucing pungut. Alasannya adalah Ryujin sudah tinggal di kost dan tidak ada yang mau mengurus kucing-kucing itu, mama juga sudah cukup mengurus tiga kucing di rumah.

Dulu, setiap pulang les, Ryujin selalu membawa pulang kucing kampung yang ia temui di jalan. Bahkan Ryujin sampai kena omel mama karena rumah mereka lama kelamaan mirip seperti penampungan kucing.

Saat Ryujin berdiri untuk meneruskan pulang, si mackerel cat itu tak melepas perhatiannya pada Ryujin. Sorot mata kucing itu aneh, seakan menyiratkan suatu pesan pada Ryujin.

Untuk yang terakhir, Ryujin mengelus kucing itu. "Bye kocenk, gue balik dulu yeee."

Baru saja beberapa langkah, tanpa diduga kucing itu melompat mencakar Ryujin yang kala itu mengikat rambutnya, tepat di tengkuk gadis itu.

"ANJEEENNKKKK!!!!"








“Cat Hwang”








"Beneran masih hidup kan, Bu?"

"Iya, saya kira udah mati. Mau saya anter ke rumah pake keranda."

Alasan Somi memanggil Bu Sunny ke kost ialah konon Bu Sunny yang merupakan keturunan peracik jamu legendaris punya ramuan ampuh dengan bau super menyengat.

Somi tidak tahu pasti apa ramuan itu. Jelasnya, ramuan itu aman karena terbuat dari rempah-rempah. Hanya saja aromanya yang sangat tajam.

Ryujin mengerjap-ngerjapkan matanya. Demi Tuhan, dia terbangun dalam kondisi kaget sehingga jantungnya terasa marathon padahal jelas dia baru bangun tidur.

Ryujin merengut. "Bu Sunny, kenapa ngagetin aja, sih!"

"Saya cuma dimintain tolong sama Somi buat buka kamar kost sama bangunin kamu."

Seketika Ryujin menatap sengit Somi yang sekarang nampak cengengesan. "Hehe, ayo buruan katanya ke stasiun bareng."

"Makasih ya, Bu, udah bukain kamar Ryujin."

"Yaudah habis ini kalian pulang, kuncinya kasih ke satpam aja ya." Setelah berpesan, Bu Sunny pamit pulang. Sekarang hanya ada Somi dan Ryujin yang sedang cuci muka.

"Udah packing kan lo?" tanya Somi.

"Udah," jawab Ryujin yang masih kesel.

"Oke, gue udah pesen taxi online. Kuy, buruan kagak usah mandi. Pake parfum aja lo."

"Iya iya."

"Som," panggil Ryujin.

"Apaan?"

"Minta parfum lo, dong. Punya gue abis, hehe."

"Yeu, bangke."

Ryujin menerima sodoran parfum Somi, memakainya banyak-banyak. Kali ini, Ryujin mencepol rambutnya. Hingga saat Ryujin berbalik, di pantulan cermin itu, terlihat jelas tiga garis memanjang di tengkuk Ryujin.

CAT HWANG;ㅡhwangshinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang