VIII. KUTUKAN

659 121 18
                                    

Ryujin terdiam beberapa saat dengan wajah yang sulit diartikan sedang Hyunjin sudah mulai hilang kesabaran menunggu reaksi Ryujin setelah mengetahui fakta bahwa dirinya adalah seorang pangeran mahkota.

"Ryujin? Halo?" Hyunjin menggerakkan tangannya di depan wajah gadis itu. "Segitu kagetnya kamu kalau aku ini seorang Crown Prince?"

Sedetik kemudian reaksi Ryujin hanyalah, "Oh."

Hyunjin tercengang. Tidakkah ia salah dengar? "Apa-apaan reaksimu barusan?! 'Oh'? Hah yang benar saja!"

Ryujin mengendikkan bahu hampir tak acuh. "Walaupun lo pangeran atau raja sekalian, di mata gue lo tetep Hwang Hyunjin si kucing oren yang diem-diem masuk rumah gue. Lagian gue harus apa? sujud sembah di depan lo?"

Cowok itu mengerjapkan mata. Tak percaya dengan apa yang barusan Ryujin katakan. "Sial!"ㅡbatin Hyunjin kesal.

"Udah lah enggak perlu misuh-misuh. Ayo dong lanjutin ceritanya!"

Helaan napas terdengar. Hwang Hyunjin bersiap untuk kembali melanjutkan ceritanya. Namun, kali ini raut wajahnya berubah semakin serius seiring dengan mengalirnya cerita.

"Di Dardania, ada satu kutukan yang sudah menjadi rahasia umum. Saat matahari dan bulan berdampingan lalu langit berubah sepekat darah maka garis keturunan raja akan mati."

"Berarti lo bakalan mati dong? Kurang kerjaan amat tuh yang buat ramalan-ramalan kaya gituan," komentar Ryujin.

Sontak Hyunjin langsung membantah gadis bergaun merah itu. "Kamu pikir ada yang berani bermain-main soal ramalan yang menyangkut masa depan Taenarum dan Dardania? Mereka sudah tahu apa konsekuensinya jika berani mengusik keluarga kerajaan."

Sedikit Ryujin merasa tidak enak karena mungkin kalimatnya tadi cukup meremehkan. Bagaimana pun, Ryujin harus tetap menghormati apa yang menjadi kepercayaan disini. Apalagi sekarang ia sedang ada di tanah orang.

"Sori, gue enggak bermaksud gitu," ungkapnya. "Terus soal kutukan itu gimana detilnya?"

"Kutukan Aplistoi, kutukan itu sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan transkrip aslinya tersimpan rapat di perpustakaan kerajaan. Sebenarnya, kutukan Aplistoi bukan tidak berdasar. Ratusan tahun lalu saat Raja Hwang IV masih berkuasa, dia memiliki dua putra. Hwang Mingyu dan Hwang Minhyun.

Hwang Mingyu adalah putra pertama raja hasil dari pernikahannya dengan Permaisuri Yoojung sedangkan Hwang Minhyun adalah putra kedua dari Selir Yireon. Sudah pasti Pangeran Mingyu mendapat gelar putra mahkota.

Sama seperti manusia, kami juga makhluk yang tidak pernah puas. Watak Selir Yireon yang congkak itu akhirnya ikut meracuni jiwa Pangeran Minhyunㅡ"

"Eh bentar-bentar!" tiba-tiba saja Ryujin memotong. "Lo liat enggak bulu kuduk gue ikutan merinding dengernya?"

Ingin sekali Hyunjin menabok wajah Ryujin dengan nampan di hadapannya. "Bisa tidak kamu serius kali ini?!" Ryujin pura-pura berpikir. Lagipula dia memang tahu bahwa dia adalah sosok yang menyebalkanㅡsetidaknya begitu kata orang-orang.

Ryujin menggeleng disertai senyum kuda. "Enggak."

Hah sabarlah Hyunjinㅡbatin Hyunjin.

"Selir Yireon dan Pangeran Minhyun kemudian merancang sebuah konspirasi untuk membunuh Pangeran Mingyu.

Saat hari penobatan Pangeran Mingyu sebagai raja, terjadi serangan besar-besaran. Istana dikepung dari segala arah oleh pasukan Pangeran Minhyun. Itu bukan pasukan biasa, melainkan pasukan para demon. Selir Yireon yang merupakan seorang penyihir diam-diam membuat perjanjian dengan dunia iblis."

CAT HWANG;ㅡhwangshinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang