XII. DUA MATAHARI

530 82 12
                                    

Nafas Ryujin terengah-engah, tubuhnya sudah dibasahi keringat, namun matanya masih memicing waspada. Sekarang ia paham kenapa Yeji berlaku sombong seperti dia adalah yang terbaik, karena memang seperti itu kenyataannya. Dia tahu bahwa dirinya berbakat dan sekalipun dia menyombongkan diri, semua orang tidak bisa dengan mudah menyangkalnya.

Berbanding terbalik dengan situasi Ryujin, wajah Yeji bahkan tidak berminyak sama sekali seolah-olah semua serangan dari Ryujin adalah lelucon baginya. Gadis itu memang andal, matanya sangat tajam seperti siap membunuh dalam sekali lesatan, serangannya seringan semilir angin di tengah padang bunga dandelion, ringan namun mengecoh karena itu adalah semilir angin yang sebenarnya membawa badai.

CLANG!!

Suara pedang saling bertumbukan. Di balik kilau pedangnya, Yeji menatap Ryujin yang sudah kelelahan. "Apa aku tidak memberimu waktu untuk bernapas?"

Ryujin berdecih. "Cih, tak heran kamu disebut kristal es. Kamu dingin dan menusuk."

Yeji tertawa kecil. Ia semakin menekan pedangnya untuk mendorong pedang Ryujin mundur.

Shit! This damn girl and her fucking blade!

Melihat wajah Ryujin yang kewalahan menjadi sebuah kesenangan sendiri bagi Yeji. Ia yakin pasti Ryujin sudah mengumpatinya dalam hati, kelihatan sekali dari mata gadis itu yang tidak bisa berbohong.

"Ah, aku terlalu menekanmu ya? Lantas, apa kamu akan membiarkan dirimu terintimidasi dan terpojok seperti itu?"

"Jujur saja, energiku sudah lumayan terkuras hari ini."

"Itu bukan alasan."

"Oi, Hwang Yeji!" seru Ryujin. "Aku heran kenapa kamu bisa punya kekuatan seperti seorang pegulatㅡkontradiksi dengan kesan seorang putri yang harusnya lemah lembut. Kau ini seperti anomali."

"Anomali? Wah, istilah yang bagus. Kau dapat istilah begitu darimana? Apa Hyunjin mencekokkimu dengan buku limaribu halaman?"

Ryujin mendesah lesu. "Lebih dari itu. Mengerikan."

Yeji semakin menambah kekuatannya yang membuat Ryujin semakin beringsut mundur, dan pada puncaknya, pedang Ryujin terlempar ke tanah sehingga gadis itu tidak memiliki apa-apa lagi untuk menahan Yeji.

Ryujin merasa kesulitan bahkan untuk menelan salivanya sendiri. Bayangan pedang Yeji yang berkilat berada sedekat nadi dengannyaㅡbahkan hampir menyentuh leher membuatnya takut untuk sekedar menghembuskan nafas.

"Hwang Yeji, apa kamu sungguh berniat membunuhku? Jika iya, berikan aku waktu setidaknya untuk menulis wasiat pada orang tuaku."

Sedetik kemudian, Yeji menjauhkan pedangnya dan tertawa keras. "Haha! Liat wajahmu yang ketakutan setengah mati."

Sialan, Hwang Yeji!

"Selain keterampilan bela diri, hal penting untuk seorang ksatria adalah bagaimana mengatur aura mereka. Jangan sampai ekspresimu terlihat terintimidasi, walaupun sebenarnya kamu lemah. Hal yang paling mendasar adalah kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri. Sekali kamu percaya pada dirimu, maka kekuatan akan mengikutimu."

Ryujin hanya termangu mendengar kalimat Yeji. Ia kagum bagaimana gadis itu punya pemikiran yang sangat luar biasa seolah-olah Yeji telah melewati banyak hal dalam hidupnya, sedangkan dirinya hanya membuang-buang waktu seperti manusia tak berguna dengan makan, tidur, memberi makan kucing, makan, tidur, dan kembali memberi makan kucing lagi.

"Shin Ryujin."

Pemilik nama itu mendongak, mendapati Yeji mengulurkan tangan untuknya. "Mau mandi bersama di Sungai Pseige? Aku jamin energimu akan terisi penuh kembali."

CAT HWANG;ㅡhwangshinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang