XI. PELATIHAN YANG TIADA AKHIR

528 92 13
                                    

Matahari sudah lama pulang ke peraduannya, pun bulan sudah sedari tadi memamerkan remang cahayanya. Namun, api yang menerangi kamar Hyunjin masih menyala terang. Sedangkan si pemilik kamar tampaknya sedang serius membaca buku.

Kreett..

Pintu kamar Hyunjin membuka, kemudian muncul sosok perempuan dengan senyum yang menghiasi garis wajahnya yang sudah menua. Cowok itu sedikit kaget, ia tidak mengira dia akan datang ke kamarnya di jam larut seperti ini. Segera Hyunjin meletakkan bukunya dan berdiri.

"Ratu," sapa Hyunjin sembari menunduk hormat.

Sedangkan sosok yang dipanggil Ratu itu tersenyum. "Apa kau belum lelah?"

Hyunjin menggeleng. "Ibu sendiri ada apa ke sini?"

Dia adalah Permaisuri Serena, tak lain adalah ibu Hyunjin. Ia kemudian duduk di hadapan putra kebanggaannya itu.

Serena menghela napas. "Rasanya sudah lama ibu tidak melihat kamu. Ibu kangen, namun pekerjaan ratu tidak bisa ibu tinggalkan."

Walaupun mereka satu istana, namun Kaisar dan Ratu tinggal di istana pusat. Sedangkan ia tinggal di istana barat yang ditujukan sebagai istana para anak kaisar.

Oleh karena kewajiban Kaisar dan Ratu menjalankan negara, Hyunjin tidak begitu sering bertemu orang tuanya itu.

Hyunjin menggeleng, memegang tangan ibunya. "Ibu tidak perlu khawatir, ibu melakukan yang terbaik untuk kerajaan." Ratu Serena tersenyum lembut.

"Ibu sudah dengar kalau pengendali amethyst, savior, sudah ada di Dardania. Bagaimana keadaannya?"

Hyunjin tersenyum geli. "Ya, dia orang yang sedikit unik." Bayangan wajah Ryujin yang memunculkan semburat merah muda saat Hyunjin mengerjainya tadi siang membuatnya tak bisa berhenti tertawa.

Serena mencondongkan badan dan menopang dagunya. "Ibu dengar juga kalau Yeji membantunya berlatih."

"Ya, ibu benar."

"Kuharap Yeji tidak bersikap terlalu keras. Ibu harap ibu punya waktu luang untuk mengadakan pesta minum teh bersama. Ibu sangat penasaran."

Lantas Serena bangun dari posisi duduknya. Ia memandangi wajah anaknya yang terlihat sangat tampan ketika tertimpa sinar rembulan. "Berjanjilah pada ibu nak, kau harus berumur panjang."

"Ibu tidak perlu khawatir, kutukan Aplistoi tidak akan menang melawan dua matahari Dardania."

Serena tersenyum tipis, kemudian memeluk putranya tersebut. "Benar, kamu dan Yeji adalah berkah Dardania."


"Cat Hwang"


Ryujin dibuat heran sekaligus jengkel dengan peristiwa pagi ini. Bukan tanpa sebab, melainkan karena selembar catatan yang tertempel di kaca kamarnya.

Ia sudah selesai berpakaian, sekarang ia tengah mengamati catatan yang tak lain ialah jadwalnya selama satu minggu dan akan terus berulang untuk minggu-minggu selanjutnya.

"Jam 8 pagi sampai jam 11 siang adalah pelajaran oleh Hwang Hyunjin. Jam 1 siang sampai jam 5 sore pelajaran oleh Hwang Yeji.

Pengetahuan umum, adat wilayah, sejarah, dan sihir adalah bidang yang akan ditangani Hyunjin, sedangkan bela diri dan strategi perang diajarkan oleh Yeji."

Ryujin menghela napas. "Selamat tinggal hari-hari cerahku."

Gadis itu kemudian berjalan gontai menuju perpustakaan barat. Kamarnya berada di istana tambahan yang ada di sebelah tenggara. Itu cukup jauh untuk menjangkau istana barat.

CAT HWANG;ㅡhwangshinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang