Ookurikara melihat sekitarnya, mengumpulkan kesadarannya dengan baik. Memperhatikan jendela yang menampilkan senja hari. Mencoba untuk turun dan berjalan keluar.
Ookurikara tidak sadar sejak tadi Yagen duduk dengan tumpukan pekerjaannya, menatap Ookurikara yang berjalan asal ke arahnya.
'ah.. orang asing lagi'
Yagen tersenyum biasa ketika Ookurikara menyadarinya.
"Sore, Ookurikara-san, aku Yagen Toushirou" Yagen memberikan salam dan meminta untuk bersalaman dengan Ookurikara, namun hal itu hanya dihiraukannya dan dia duduk dengan biasa di sofa, menyetel acara televisi kembali.
Yagen menahan amarahnya, menggepalkan tangannya, mencoba menenangkan diri. Seorang pelayan dengan cepat menyiapkan hidangan sup hangat dan roti untuk Ookurikara, memberi nampan makanan pada Ookurikara.
"Ookurikara, aku ingin mengambil data tentangmu, namun disini ada beberapa hal yang perlu kau jawab" Yagen perlahan duduk di sebelah Ookurikara, memegang satu lembar kertas dan pena.Seperti biasa, Ookurikara tidak memberi jawaban apapun.
"Kau benar melupakan kejadian malam itu? seluruhnya?" Ookurikara menghentikan kegiatan makannya, menatap kertas yang Yagen bawa.
"Aku yang memegang kertasnya" ucap Ookurikara, Yagen langsung memberikan kertasnya.
Ookurikara menulis semua hal yang ditanyakan. Setelah selesai, Ookurikara memberikan lagi kertas itu pada Yagen.
"Ookurikara, kau tidak perlu menulis untuk yang satu ini. Apa... kau takut dengan Shokudaikiri?"Yagen terkejut saat melihat wajah Ookurikara.
'apa dia marah?'
"aku tidak memiliki niat untuk menjawab" Ookurikara pergi meninggalkan Yagen.
Shokudaikiri yang melihat hal itu dari jauh hanya tetap diam memperhatikan kemana Ookurikara pergi. Higekiri baru saja pulang, mereka telah mengabiskan waktu cukup banyak untuk berbincang. Yagen juga menyelesaikan laporannya untuk Higekiri dan langsung memberikan padanya.
Ookurikara mencoba membuka taman di belakang rumah itu, namun terkunci.
"Mau berjalan- jalan denganku? Tuan putri" Shokudaikiri menggoda Ookurikara dan membuka pintu itu dengan kunci yang dia bawa.
Shokudaikiri menarik tangan Ookurikara bersamanya, menggenggam erat jerami itu dan membawanya berputar ditaman rumahnya, bunga-bunga menghiasi sekitar mereka, sore itu terasa sejuk dan nyaman. Ookurikara menikmati hembusan angin yang melewati mereka, hingga mereka duduk bersama di tengah taman itu.
"Ookurikara"
Shokudaikiri memanggil nama itu tanpa menatap wajah yang dipanggilnya. Ookurikara tidak menjawab nya, hanya menunggu lanjutan selengkapnya.
"Aku ingin kau nyaman denganku. Perlahan juga tidak masalah, cobalah mencintai ku" selesai mengucapkan hal itu, Shokudaikiri berdiri dari tempat nya, tersenyum pada Ookurikara.
Ookurikara menatap dengan wajah nya yang malu, dia tidak pernah tahu, jika memiliki pasangan akan semanis ini. Masa lalunya buruk, orang tuanya membuang dia dan adiknya. Ookurikara harus memenuhi semua kebutuhan dengan kerja sambilan dan berusaha untuk terus mendapat beasiswa.Sangat mandiri. Membuatnya berpikir jika cinta tidak dibutuhkan olehnya. Apa saat ini Ookurikara masih dengan pendiriannya?
######################
Satu, dua, hingga pada tiga hari, berlalu sejak hari itu. Ookurikara mulai terbiasa dengan kehidupannya bersama Shokudaikiri. Adiknya, Taikogane Sadamune juga tinggal bersama, Ookurikara tidak ingin dilayani terus oleh pelayan rumah itu.
Membantu mereka dengan memasak, membersihkan rumah dan hal lainnya. Ookurikara masih giat dalam belajarnya, dia tetap menyicil pelajaran di rumah itu. Hingga pada saat malam hari ketiga mereka.
Ookurikara dalam heat nya, ini sudah tiga hari berturut-turut, semakin lama, semakin panas. Shokudaikiri dengan cepat menggerakkan tubuhnya.
"Aakh.. haaa.. aah"
Shokudaikiri melumat bibir itu, Ookurikara menerimanya. Mereka bermain dengan panas. Shokudaikiri mengeluarkan miliknya saat dia ingin klimaks, cairan nya keluar tepat di badan Ookurikara.
"Haa.. ha... Shokudaikiri.."
Shokudaikiri mulai dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Ookurikara ingin menindih nya lagi, mencoba memasukkan sendiri p*nis Shokudaikiri ke dalam tubuhnya.
Ookurikara melihat dengan senang wajah Alphanya, mencium wajah itu dengan singkat. Bergerak perlahan, bersamaan mengusap wajah Shokudaikiri dengan satu tangannya.Feromon Ookurikara terus keluar memenuhi ruangan mereka. Bahkan para pelayan menciumnya dengan jelas.
Ookurikara merasakan seseorang menyentuh kepalanya, mendorong pelan hingga membuat mereka saling menatap.
"Ini aku, Yagen" Ookurikara menatap tajam pada Yagen, dengan cepat memeluk Shokudaikiri. Yagen selalu di ruangan itu, dari awal. Ini diperlukan oleh dia.
"Sepertinya dia tidak mengingatku. Bisa kau hentikan acara ranjangmu? ini sudah ronde ketiga."
Shokudaikiri tertawa garing dan mencoba untuk membujuk Ookurikara. Selesainya, Ookurikara hanya dapat meminta untuk Shokudaikiri di dekatnya. Masih menikmati pemandangan Alphanya.
"Ini tidak bagus, jika dia terus kehilangan kesadaran seperti ini." Yagen masih merasa semua di luar pikirannya, Ookurikara benar melupakan semuanya di esoknya. Dia bahkan kembali menjaga jarak pada Shokudaikiri dan Yagen.
"Pergi... kau mengganggu!" Ookurikara mendorong kasar saat Yagen mencoba memeriksa keadaannya.
"Aku suka dengan dia yang manja seperti ini. Tapi, kau benar... Aku ingin dia benar - benar sadar saat melakukan seks denganku" Shokudaikiri menahan kedua tangan Ookurikara agar tidak menyerang kembali Yagen.
"Tidak apa, dia hanya ingin memeriksamu, Ookurikara" Shokudaikiri menenangkan Ookurikara sekali lagi.
Ookurikara memeluk erat Shokudaikiri. Menikmati elusan dari tangan besar yang mengusap pelan surai rambutnya. Hingga membawanya ke dalam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Omega [HigekiriXHizamaru] Touken Ranbu
RandomAlpha Beta Omega, Higekiri menguasai seluruhnya, dia menginginkan Hizamaru. Seorang Omega yang dengan sigap mengatakan dirinya Alpha. Perjuangan dimulai Higekiri dalam menaklukkan omega-nya. Bagaimana dengan lainnya? Pertandingan sengit dan tajam...