21

1K 49 4
                                    

“Nikkari-sensei…” Tepat di depan koridor kelas, Nikkari berhasil menghentikan Hizamaru. Bel berbunyi, mereka harus masuk dan melanjutkan kelas.

“sudah masuk, kalian harusnya kembali ke kelas.”

Nikkari memberikan catatan pada Yamanbagiri, tertulis tugas yang sudah disiapkan. Dia meminta Yamanbagiri menuliskan tugas itu dipapan, dan izin jika dia tidak akan mengisi kelas untuk hari ini. Ookurikara melihat Hizamaru, tidak ada niat untuk melihatnya kembali. Tidak ada hal yang dapat dia lakukan, Nikkari adalah harapannya untuk menenangkan Hizamaru.

“ayo ke ruanganku…”

Nikkari berjalan meninggalkan kelas, Hizamaru bersamanya. Saat di dalam ruangan, Hizamaru memandang seseorang yang sudah duduk menunggu kehadirannya. Hizamaru hanya dapat melihatnya dengan pucat.

“aku ingin kalian saling terbuka, sekarang dan tidak ada lagi masalah yang perlu disembunyikan”

Seseorang yang saat ini duduk tepat disebelah Hizamaru, adalah Higekiri. Hizamaru dapat merasakan dengan jelas sesuatu menekannya dengan kuat. Kembali muncul ketakutannya jika Higekiri akan membencinya. Hembusan nafas terdengar dari Higekiri, membuatnya semakin tidak tenang.

“Aku alpha dominan. Saat masuk awal sekolah menengah pertama, aku sudah tahu” Hizamaru mendapatkan keberanian untuk menatap Higekiri. Namun, kembali menyusut, mata emas itu memandangnya dengan tajam dan dalam.

“ada apa?” menarik dagu Hizamaru untuk kembali menatapnya. Higekiri meringis, meremas kuat tangannya.

“Higekiri!”

Nikkari mencoba untuk megembalikan suasana yang tegang saat ini. Sementara Hizamaru tetap diam menunduk, dia merasa gelisah. Jika saja setelah mereka keluar dari ruangan ini, apa yang akan terjadi, dan akhirnya pikirannya tidak berhenti dengan bayangan yang cukup membuat dirinya sangat ketakutan.

“ah… benar, semua hal yang belum kukatakan.. Bagaimana jika aku mengatakan kita bukan saudara?”

“Anija…” Suara Hizamaru terdengar serak, dia tidak ingin mendengar kelanjutannya. Cukup sulit menerima semuanya, masuk dalam pemikirannya. Dia menjadi lebih kaku.

Higekiri tetap melanjutkan, dia memberi tahu apa yang ingin dikatakannya. Tidak ada lagi yang dapat meyakinkan Hizamaru, mendengar secara langsung dari mulut Higekiri. Dia akan percaya semua itu.

Semasa keduanya yang masih kecil, ingatan yang ada pada Hizamaru adalah Higekiri yang selalu menyenangkan, melewati masa itu dengan begitu cepat. Tidak ada ingatan dimana mereka tidak saling bersama. Saat ingatan itu diberikan, Higekiri mengatakan jika mereka memang bersama sejak masa itu.

“Kita memang sudah bersama… ayah adalah alpha dominan, dia memiliki dugaan padamu… karena itu dia mengurus surat adopsi, sejak kau lahir…”

Higekiri melanjutkan semuanya tanpa rasa takut ataupun cemas. Hizamaru menatap sekilas wajah itu. Setelah menghabiskan waktu untuk Higekiri berbicara, Nikkari menjadi rumit dengan apa yang harus dilakukannya.

“aku juga tidak merencanakan ini..” ucapan itu menjadi percakapan terakhir oleh Higekiri. Dirinya segera beranjak pergi menghiraukan panggilan Nikkari. Hizamaru hanya terdiam menatap Higekiri yang berjalan keluar.

Hizamaru menggenggam kedua tangannya, terus mengulang setiap perkataan yang baru saja didengarnya. Pernyataan yang dikatakan dari Higekiri sendiri membuat lamunannya tidak teralihkan, meskipun Nikkari memanggil namanya berulang kali. Tepukan pelan berhasil membuatnya tersadar.

“kau sudah mendengar semua dari Higekiri”

"uukhh.."

Nikkari menatap cemas dengan kondisi Hizamaru saat ini. Bagaimana tidak, raut wajahnya sudah terlihat cukup berantakan, kemerahan menahan emosinya yang terluap luap. Jarinya mungkin akan terluka dengan eratan tangannya sendiri jika terus digenggam erat seperti itu.

"Hizamaru, tenanglah dulu.. aku akan membuat teh hangat untukmu.."

Hizamaru mengangguk, melepas juga genggamannya saat Nikkari menyuruhnya. Nikkari membuat teh hangat di ruangannya, dia sering membuatnya juga disini untuk dirinya sendiri. Minunan hangat sangat membantunya saat melakukan pekerjaan dan menyeimbangkan kondisinya.

Tidak sekarang. Nikkari tidak ingin membahas kembali dengan apa yang baru saja didengar oleh Hizamaru. Tidak untuk saat ini, dia perlu memberi waktu pada satu muridnya ini.

._._._._._._._._._._._._._._._._._._

Kelas selesai, Ookurikara segera mencari keberadaan Hizamaru. Yamanbagiri dan Mikazuki bertepatan dengannya. Mereka berjalan bersama ke ruangan Nikkari. Mengintip dari jendela, mereka tidak menemukan siapapun didalamnya. Ruangan itu kosong.

"Kalian sedang apa?"

Seseorang mengejutkan ketiganya, tepat dibelakang. Nikkari tersenyum menyapa, Yamanbagiri segera meminta maaf.

"Ma-maaf Nikkari sensei! aku ingin mengumpulkan tugas!"

Ookurikara hanya terdiam saat Yamanbagiri mendapat izin dan masuk bersama Nikkari. Ookurikara dan Mikazuki menunggu di luar. Tidak ada perbincangan sampai Yamanbagiri keluar selesai menyerahkan tugasnya dan tugas murid lainnya.

"Hizamaru sedang di ruang kesehatan... dia terlelap, mungkin dia kelelahan.."

Ookurikara merasa lega mendengarnya, setidaknya dia tidak mendapatkan kabar yang buruk. Mungkin dia tidak perlu terlalu khawatir, memberi waktu untuk Hizamaru. Dia berencana untuk tidak menemuinya.

"Lebih baik begitu... aku akan pulang" Yamanbagiri mengangguk dengan ucapan Ookurikara. Mereka berpisah, Ookurikara berjalan ke depan gerbang, Tsurumaru dan Taikogane menunggunya.

'benar... aku harus berbicara dengannya setelah ini' gumam Ookurikara mengingat formulir yang ada padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alpha Omega [HigekiriXHizamaru] Touken RanbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang