Imam Hidupku

Hubungan sesungguhnya

sinar matahari menusuk tepat wajahku
tirai-tirai dikamar seakan memberi isyarat bahwa hari sudah pagi
aktivitas akhir-akhir sudah berbeda aku bukan lagi akan sekolahan yang bangun pagi buka karna sudah dua bulan ini aku sudah masuk kuliah yang terbilang sangat santai sekali mungkin karna semester awal
suasana rumah juga berbeda yang menghiasi dapur dipagi hari kini mama setelah nenek sudah tiga bulan ini meninggalkan kita

"mama" ucapku seraya menghampiri dan memeluknya
entah kenapa aku seperti anak kecil yang selalu ingin terus bersama ibunya
"makan dulu han panggil kakekmu"
"kek makan yukk"
kita bertiga makan bersama terasa aa yang kurang tetapi tempat itu sudah di ganti dengan kehadiran mama saat ini

"nazar jemput kamu" tanya kakek setelah aku membereskan piring-piring kotor yang sudah aku bawa ke dapur
"hmm... ngak hana pakai sepeda hari ini kak nazar lagi sibuk dihotel"
kakek hanya mengangguk
setelah selesai sarapan aku pamit pada mama dan kakek
mama sekarang sudah membuka butik di kotaku
butik untuk pashion wanita terkadang ketika aku oulang cepat aku membantu mama dibutik ya walaupun sudah ada yang membantu disana

kring..kring..
"kemana aja han gak ngasi kabar dari tadi, udah pulang bareng siapa naik apa" pertanyaan itu membuatku tidak menjawab terus saja kak nazar mengoceh dari balik telepon
"satu-satu kali klo nanya bingung nih jawabnya"
"aku khawatir sama kamu han"
sikap kak nazar sama saja seperti dulu dia harus tau kegiatanku dari mulai aku bangun sampai tidur lagi
"ya maaf aku cuma gak mau ganggu kaka aja lagian aku gapapa aku ada dibutik sama mama"
"ya se enggaknya kamu nelfon kalo sudah sampai kampus atau pulang kampus"
"ya yaa"
"jangan iya-iya aja, udah dulu ya nanti aku telfon lagi" kak nazar mengakhiri teleponnya

"siapa han"
"hah? ngak kak nazar ma bawel nanya mulu aku dimana"
"em...."
entah mengapa mama seperti tak suka dengan kak nazar atau ini hanya perasaanku saja.