Tetap percaya

603 75 2
                                    

Rasanya hari ini tak ada semangat untuk pergi kekampus
tetapi ku paksanakan melangkah mana mungkin aku hanya duduk meratapi hati yang tidak karuan ini

"ma..." ucapanku terhenti kulihat laki-laki yang membuat moodku tidak karuan pagi ini sedang ngobrol dengan kakek di meja makan, aku bersikap sebisa mungkin untuk biasa saja agar mama dan kakek tidak tau jika hubungan kita berdua tidak baik
"hy sudah siap sayang" tanya mama memecahkan tatapanku pada kak nazar
"eh iyaa ma kenapa"
"kebiasaan deh ngelamun terus masih pagi loh, sarapan dulu yuk" ucap mama seraya mengelus pundakku

selama dimeja makan aku tak bergeming apalagi bersuara, pasalnya aku tak tau jika kak nazar sepagi ini sudah dirumah dan dia pun tidak mengabariku, hanya mama yang asyik mengobrol dengan kak nazar diselingi kakek dengan ketawa kecil yang menghiasi meja makan pagi ini

dimobil aku juga tak bersuara
"hey.. masih marah" tanyanya sambil mencubit pipiku
"gak ada alasan buat aku marah"
"sayang gausa mulai deh aku kan udah bilang aku gak ada hubungan apa-apa harud berapa kali lagi aku jelasin"
"yauda gak usah dijelasin"
tak ada jawaban lagi dari kak nazar mungkin dia lelah dengan sikapku

"aku masuk dulu kamu hati-hati ya" ucapku seraya turun dari mobil
"semangat kuliahnya" ucap kan nazar seraya tersenyum padaku

kelas sudah selesai aku bergegas pulang
ku percepat langkahku sambil mengetik sms pada kak nazar jika aku sudah pulang
belum ku send ternyata orang yang ingin ku kabari sudah berdiri didepanku

"loh kok??" ucapku bertanya-tanya
"iya aku gak ke hotel nunggu kamu dari tadi, ikut aku yuk" seraya menarik tanganku menuju mobil

jalan menuju tempat yang ingin kita kunjungi tak asing lagi untukku, ini jalan dimana kita menuju bukit tempat dimana kita dulu bertemu

tempat itu masih sama tetapi mungkin keadaan kita berdua yang telah berubah
"sekarang aku akan jelasin semuanya ke kamu"
"emm.." ucapku seraya mengalihkan pandanganku
"sayang jangan cuek gitu dong" ucapnya serius seraya memutar badanku agar kita berdua berhadapan
mau tidak mau kita berdua bertatapan lama sekali
"udah nih gak mau cerita ya, apa mau diem-dieman kek patung" ucapku yang mengundang tawa dari kak nazar

"oke jadi gini rara itu teman sekelasku, mahasiswa yang lain banyak yang kenal dia dikampus kok, kita berteman biasa aja seperti yang lain, pernah saat kita 1 kelompok dia cerita tentang keluarganya dia sama seperti kamu orangtuanya berpisah, saat aku lihat dia cerita gak tau kenapa aku inget kamu kayak dulu yang cerita ke aku, aku cuma kasian aja ke dia, mungkin dari itu dia pengen deket-deket sama aku, tapi sumpah aku gak ada perasaan apa-apa ke dia cuma kamu han yang ada di sini" ucapnya seraya meletakkan tanganku ke dadanya
aku diam ku cerna semua ucapan kak nazar mungkin benar
kak nazar memang tipikal orang yang sangat baik sekali, tidak enakan ini yang buat tidak ku suka
aku saja luluh dan merasa nyaman dengannya apa lagi perempuan lain

ku lepaskan tanganku meraih ponselku dalam tas
"nih gara-gara kaka terlalu baik jadi gini" ucapku kesal seraya menyodorkan ponselku
"apa-apaan ini" ucap kak nazar sepertinya dia tak percaya melihat fotonya dengan rara di ig
akibat dia terlalu cuek dengan sosmed
"ya mana aku tau kan aku gada di foto" ucapku memanyunkan bibirku
"sayang sumpah aku gak tau aku juga gak pernah merasa foro berdua sama dia, oh ini yang ini kita foto bareng-bareng gila ini cewe dicrop" ucapnya seraya menunjukkan foto yang kak nazar tersenyum melihat ke kamera

"gila bener-bener itu rara, aku mana tau kalo dia crop ngambil foto diem-diem, kamu tau kan aku gak pernah buka ig paling cuma upload foto kalo ada momen aja" ucapnya seraya berdiri mengacak rambutnya
"sayang kamu harus percaya ke aku, kita gak ada hubungan apa-apa sekarang aku udah berubah cuma kamu gak ada yang lain kalo perlu kita temui rara sekarang biar dia yang jelasin" ucapnya seraya menggenggam tanganku

aku diam lama sekali kulihat wajah kak nazar sudah marah sekali aku takut dia yang berbalik marah padaku
"iya aku percaya mungkin si rara itu aja yang suka kaka" ucapku
"makasih han kamu udah percaya aku janji aku bakal jaga jarak sama dia" ucapnya seraya merangkulku dan membawaku dalam pelukannya

Imam HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang