Data 26 : Delta Curse

8 0 0
                                    

~Town, 28 Oktober 2041, 02:02 pm.

Setelah urusan Derias dengan Viro telah selesai dia kemudian berjalan menuju kafe tempat teman – temannya berkumpul, tetapi dalam perjalanannya, dia mendengar gumaman dari orang – orang yang melihatnya, walaupun dia sudah di terima tetapi mungkin masih ada orang yang berfikir dia buruk, pikirnya.

Sesampainya di kafe, dia tidak menemukan teman – temannya, mereka telah pergi terlebih dahulu, sekarang entah apa yang harus dia lakukan, namun dia memutuskan untuk pergi jalan – jalan saja, Town memang tidak memiliki perubahan yang berlebihan, terlebih lagi, jika di pikir – pikir sekarang sudah hampir sebulan setelah Derias muncul di Town, memang banyak hal yang telah terjadi, dan sekarang dia sudah mendapat panggilan Hannibal Barca.

"lihat itu Freyja.!" Teriak seseorang sambil menunjuk kearah langit.

Siapa Freyja.. pikir Derias, setahu Derias Freyja adalah nama dari seorang dewi, dia pun menoleh ke langit.

"ah.. kau-." Ucap Derias yang terpotong – potong karena mengetahui siapa Freyja itu.

Freyja adalah sebutannya Avda, setelah Derias menghadap kearah langit, Avda langsung membawa Derias pergi terbang.

"akhirnya aku dapatkan dirimu." Ucpa Avda.

"eh.. kenapa ini.. kita terbang." Sahut Derias.

"tenang saja.. aku pasti akan memegangimu." Lanjut Avda.

Mereka berdua pun terbang menuju ke arah Zona Bebas, baru pertama kali ini Derias melihat External World dari ketinggian, suatu pemandangan yang menakjubkan yang belum pernah dia lihat selama ini, sisi lain dari External World selain dari terornya, selain itu Avda yang sedang terbang dengan sayapnya benar – benar terlihat anggun di mata Derias, oleh karena itu dia paham kenapa dia di panggil Dengan Freyja.

"cantik." Ucap Derias yang tidak sadar.

"eh.. apa.?" Tanya Avda yang wajahnya memerah.

Derias pun agak salah tingkah, wajahnya juga sangat merah karena tidak sengaja mengatakan hal itu.

"ah.. eh.. maksudku pemandangannya cantik." Ucap Derias yang agak gugup.

"eh.. hehee.. iya benar juga." Jawab Avda.

"namun.. em.. gimana ya bilangnya.. kau juga.. ca-ca-cantik kok." Lanjut Derias malu – malu.

Wajah Avda pun semakin memerah dan semakin salah tingkah, "eh.. itu anu.. aku.. aku.. aku tidak begitu."

Avda yang terus membawa Derias terbang masih melanjutkan jalannya, Derias tidak tahu kemana Avda akan membawanya, tetapi dia tidak memikirkan hal itu, dia terus memperhatikan keindahan yang dilihatnya.

"hei Avda." Panggil Derias. "apa kau tidak rindu dunia nyata.?"

Avda pun terdiam mendengar apa yang di katakan Derias, namun dengan senyum yang agak masam dia menjawab, "bagaimana aku tidak rindu.. apalagi dengan kondisi ibuku, apa dia akan baik – baik saja, apa dia akan makan dengan baik, apa dia akan dapat minum obat teratur.. aku benar – benar merindukannya." Ucapnya dengan mata yang agak berkaca – kaca.

"kau benar." Sahut Derias, "kalian semua pasti sangat ingin keluar dari dunia ini."

"lalu bagiamana denganmu Derias.. apa kau tidak ingin keluar.?" Tanya Avda.

"kemanapun boleh." Jawab Derias. "selama aku bisa hidup dengan mudah itu sudah lebih dari cukup."

Avda pun tersenyum mendengar jawaban Derias. "hehe.. baiklah.. kalau kita sudah keluar, aku akan menjadi temanmu.. dan jangan menolakku lagi kali ini."

External WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang