•••
MALAM ini, di rumah mewah milik Jessica aku duduk sembari memainkan ponselku yang tidak perlu kukasih tahu lagi statusnya. Tidak hanya aku, Cani, Ghea juga Dipo ada di sini, karena besok malam Jessica akan mengadakan acara ulang tahunnya jadi kami datang untuk melihat-lihat persiapannya sudah sampai mana. Catat, hanya melihat-lihat tidak ikut membantu sebab sudah ada banyak pekerja yang melakukan ini itu untuk mengemas persiapan acara besok.
Cani dan Ghea akan bermalam di rumah Jessica mengingat besok hari libur sedangkan aku harus pulang pada pukul sepuluh malam nanti. Bukan, bukan karena aku dilarang tetapi Gilang selalu pulang dini hari. Jadi, karena tidak tega meninggalkan Ibuku sendirian di rumah akhirnya aku memilih tidak ikutan bermalam.
"Thana, kamu ikut bermalam juga, kan?"
"Maaf tante, Thana gak bisa soalnya Ibu sendirian di rumah." Aku menjawab halus pada seorang wanita yang dipanggil Mommy oleh Jessica. Wanita bersurai merah maroon sebahu itu memiliki wajah yang sekali lihat akan kamu cap menakutkan tetapi sebenarnya ia orang yang baik. Mommy Jessica selalu mengajak kami jalan-jalan, makan, ke salon, dan bersenang-senang lainnya. Terlalu loyal.
"Kenapa gak dibawa ke sini aja? Biar bisa cerita-cerita sama tante, berbagi pengalaman juga."
Kurekahkan senyumku sembari menggaruk-garuk leherku yang tidak gatal. Mommy Jessica tahu kalau Ibuku sudah tidak semuda dirinya lagi namun ia tidak tahu seberapa tidak maunya Ibuku menampakkan diri di depan teman-temanku maupun orang lain yang berhubungan dengan sekolahku. Alasannya? Ibuku tidak mau membuatku malu, sampai-sampai beliau tidak pernah mau mengambilkan raportku yang alhasil dua tahun berturut-turut ini Bunda Aruna yang mengambilkannya.
Kamu terkejut?
Hahahaha.
Klise, Ibuku bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga di rumah Bunda Aruna sejak aku kelas 3 SMP. Ayahku yang selalu mabuk-mabukkan membuat Ibuku harus turun tangan mencari nafkah agar anak-anaknya ini tidak kelaparan.
Sebenarnya Bunda Aruna tidak tega, ia sempat menolak tetapi Ibuku meyakinkan diri dengan segala alasannya yang alhasil jadilah ia bekerja di sana hingga sekarang. Jadi, aku mengenal Alastair sejak kelas 3 SMP. Kami tidak dekat, sumpah. Kalau aku ke rumah mereka, aku hanya melihat Alastair sekilas dan aku tidak tahu apakah dia tahu yang bekerja di rumahnya itu Ibuku atau bukan. Serta, aku juga tidak tahu apakah Alastair tahu orang yang menginjak kakinya dan berkaca di mobilnya adalah aku, anak yang bekerja di rumahnya.
Mengapa aku begitu takut dengan cowok itu? Ya iyalah aku takut, soalnya perubahan dari orang itu benar-benar menakutkan.
"Thana lo serius suka sama Cakra?" Jeruk yang baru saja masuk ke dalam mulutku seketika langsung meluncur ke perut. Aku terbatuk, bersyukur Ghea peka terhadap sesuatu, cewek itu langsung menyodorkanku air putih dan bersyukurnya lagi Mommy Jessica sudah pergi jadi aku tidak terlalu kelihatan idiot di matanya.
"Apa sih lo pertanyaannya gak mutu."
"Gak mutu apanya, orang kemarin anak-anak pada bahas lo yang ngintilin Cakra sampe mobilnya."
"Hah? Anjeng, temen-temen lo kayaknya suka banget nelan berita tanpa diubek-ubek dulu deh."
"Ya gimana mau diubek-ubek, lo sendiri sih yang langsung lari, ngehindar gak mau ditemuin gimana orang gak berasumsi lain." Cani, Ghea dan Jessica mulai tertarik dengan obrolanku bersama Dipo.
"Ya kalau lo suka gak papa kali Than. Kan, biar enak ngedatenya." Jessica ikut nimbrung. Hal tersebut membuatku teringat suatu hal bahwa Dipo sepertinya belum tahu kalau Cani sudah resmi berpacaran dengan Billy tadi pagi, aku jadi tidak tega melihat bagaimana patah hatinya laki-laki di depanku ini kalau tahu beritanya. Aku berdoa semoga tidak ada adegan baku hantam di antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alastair Owns Me
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DI COCONUTBOOKS, PART TIDAK DIHAPUS] Kebodohan terbesarku adalah membantu dirinya untuk mendapatkan orang yang dia cintai. Dan, kebohongan terbesarku adalah pura-pura baik-baik saja akan semua itu. copyright© 2019