'AOM ; 6'

115K 10.6K 1.7K
                                    

Ps:

Mohon dipahami yah narasinya. Biar tidak seperti di Alaska banyak yg komplen bingung sama alurnya. Soalnya alurnya bermain di narasi tidak ditandai dengan flashback on, flashback off dan italic (dimiringkan). Why? Saya pernah baca kalau penandaan kayak gitu gak dianjurin serta penggunaan italic bukan untuk itu.

Di bawah ada cast yang bakal sy cantumin.

Setiap PS yang saya tulis mohon dibaca karena itu sangat penting.

Sebelum membaca coba cek di prolog apa yang berbeda. Wkwk.

Selamat membaca cici-cici sekalian.

SUARA anak Batalyon adalah hal yang pertama kali menusuk telingaku saat baru saja memasuki kantin. Aku datang sendirian, tidak bersama tiga manusia darat seperti biasanya dikarenakan mereka yang sudah lebih dulu mendatangi tempat ini sedangkan aku harus ke tempat latihan dance terlebih dahulu.

Para gerumbulan cowok di pojok sana tengah menyanyikan sebuah lagu yang kalau tidak salah judulnya kangen, dinyanyikan oleh Dewa 19. Kalau dipikir-pikir anak Batalyon itu lebih suka menyanyikan lagu seperti itu dan lagu yang hits 2000an di kantin ini. Aku serius, kemarin mereka menyanyikan lagu Dear God Avenged Sevenfold versi Indonesia yang mampu membuat hampir seluruh penghuni kantin ikut bernyanyi. Dan yah, aku juga termasuk di dalamnya.

"Heh gatel, sini!" Aku tidak mengambil hati sebab panggilan Jessica yang semacam itu sudah menjadi hal biasa dalam persahabatan kami.

Aku bergerak menuju meja yang dihuni ketiga sahabatku. Udah makan lo, nyet?

"Gue masih kenyang, soalnya tadi gue sarapan. Ini cuma mau beli minum aja buat gue sama anak-anak." Ghea mengangguk atas jawaban pertanyaannya.

Mataku bergerak ke arah gerumbulan pojok yang disambut dengan kedua bola mata Alastair yang melihat ke arahku. Kurasa itu hanya kebetulan. Persekian detik selanjutnya adalah aku dan dirinya yang sama-sama mengalihkan pandangan. Hanya hal sekecil itu, namun efeknya sangat dahsyat terhadapku.

Saat saling bertubruk pandang tadi cowok itu baru saja mengalihkan pandang dari ponselnya sembari ikut menyanyikan lagu yang dinyanyikan oleh teman-temannya.

Semua kata rindumu

Semakin membuatku tak berdaya

Menahan rasa ingin jumpa

Percayalah padaku akupun rindu kamu

Ku akan pulang

Melepas semua kerinduan

Yang terpendam

Itu reff dari lagu. Ketiga teman-temanku dan para penghuni kantin yang hapal akan lagu tersebut pun ikut bernyanyi. Aku jadi salah tingkah dalam hati saat Alastair menyanyikan lagu itu dengan tak sengaja melihat ke arahku. Oke, itu terkesan melebih-lebihkan.

Melihat anak Batalyon mengingatkanku pada kejadian di rumah Alastair. Tebak apa yang kulakukan setelah Dipo dengan kagetnya melihatku? Yah, aku kembali dengan jurus andalanku, el-a-er-i, lari. Terserahlah mereka akan mengetahui kebenarannya atau tidak yang penting aku tidak tertangkap mereka semua saat itu.

Waktu kelas 3 SMP dulu rumahku tak jauh dari rumah Alastair namun setelah Ayahku meninggal kami pindah dari sana, menjual rumah tersebut guna menebus utang-utang Ayahku.

Sebelumnya kakak-kakakku yang telah berumah tangga tidak kuketahui di mana keberadaannya namun entah darimana mereka mendapat kabar mengenai kematian Ayahku mereka akhirnya menampakkan batang hidung mereka yang alhasil mendapat komisi dari penjualan rumah. Setelah kejadian di mana kedatangan mereka kini malah kakak ke enamku yang tidak kutahu di mana keberadaannya. Benar-benar menghilang tanpa kabar.

Alastair Owns MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang