'AOM; 28'

111K 13.3K 3.2K
                                    

Entah keberanian darimana, aku ke club sendirian! Dan pukul 1 dini hari aku baru keluar dari tempat penuh kebisingan itu.

Bersyukur aku tidak minum gila-gilaan di dalam jadi aku masih bisa berpikir rasional dan mencari cara agar pulang dengan selamat, mungkin.

Kurapatkan jaket jeansku sembari menekan-nekan layar ponsel. Memesan ojek online, tentu saja.

Jujur, aku hanya terlalu penat dengan semuanya. Tentang Gilang yang akan pergi juga Randi, pacar baruku yang na'asnya anak buah Alastair Drie Wardana. Sial!

Mengingat hal itu membuatku menghentak-hentakkan kaki kesal yang kuyakini orang-orang yang melihat pasti merasa aneh dengan kelakuanku.

Bodoh amat lah.

"Eh Neng Thana, ngapain ke club sendirian? Kalau mau pulang bareng gue aja."

Mendongak, aku mendapati wajah seorang cowok pecinta kartun Jepang, siapa lagi kalau bukan teman sekelasku yang paling gila, Dipo Panji Tirtayasa.

"Gak!" Untuk pertama kalinya aku menolak tawaran Dipo yang ingin mengantarku pulang.

Catat! Saat ini aku sedang sensitif dengan yang namanya Batalyon.

Cowok berkaos hitam bertuliskan Batalyon itu menilik arloji berwarna senada dengan kaosnya. "Udah jam 1 sat! Pulang bareng gue aja!"

"Gak!"

"Lo kenapa sih?"

"Lo yang kenapa?!"

"Lo cewek Than! Gak baek pulang jam begini!"

"Gue gak pernah bilang gue cowok!"

Aku membantah Dipo yang rahangnya sudah mengetat seperti ingin memakanku hidup-hidup.

"Pulang bareng Dipo, Than." Suara lain dari arah belakang membuatku menoleh, Mario. Dan ... Billy, Reindra dan Alastair.

Hey! Aku itu sedang sensitif dengan yang namanya Batalyon dan mereka malah muncul di hadapanku secara bersamaan tak lupa memakai kaos yang sama pula seperti yang digunakan Dipo.

"Gak! Gue udah pesen." Aku memperlihatkan layar ponselku pada Mario yang langsung ditarik oleh cowok itu.

"Gue batalin lo pulang bareng Dipo!"

"Mar! Mar lo apa-apaan sih!"

"Udah jam 1 Than! Dan lo masih berani mesan ojek online jam segini?! Lo gak takut?"

"Gak!" Aku menantang Mario yang ikutan kesal dengan sifat keras kepalaku.

"Lama-lama gue bawa juga yah lo ke satpam biar lu abis sama mereka!" Kini Billy ikut bersuara yang membuatku memberengut.

"Lo gak bakal lakuin itu." Remehku padanya.

"Than lo pulang bar-" ucapan tenang Reindra harus terpotong karena sosok Alastair yang menarik tanganku kasar untuk ikut padanya.

Aku kaget. Kemudian, berusaha melepaskan cengkramannya dariku. "Lo apa-apaan sih?! Mau lo bawa ke mana gue?"

"Gak takut dibawa ke satpam, kan?"

Sialan! Alastair ini ... ingin kupukul!

"Al!"

"Al! Al! Guee gak mau ih!" Ia akhirnya berhenti menarikku namun cengkramannya belum mengendur dan malah menatapku dengan tatapan yang sama seperti ketiga sahabatnya tadi.

Cowok ini kembali menarikku untuk ikut dengannya. "Cabut!" Ia memerintah pada sahabat-sahabatnya yang membuat kami berjalan menuju parkiran dengan aku yang diseret tanpa ampun.

Alastair Owns MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang