Ketiga sahabatku nampak sibuk dengan ponselnya.
Setelah pembagian kelompok yang ditentukan sendiri mereka nampaknya tidak ada beban sama sekali. Sebab, kami akan kembali berkumpul dalam satu kelompok.
Kini, Jessica sedang bermain aplikasi joget, Cani berfoto dan Ghea yang sempat kulirik, cewek itu tengah menonton video berdurasi pendek orang yang tengah bermain basket.
Kemudian, tidak berlangsung lama sebuah notifikasi masuk ke ponselnya, pesan dari Mario yang di mana langsung dibuka oleh cewek itu. Sekali pun wajah Ghea ini tipe orang yang cuek namun percayalah ia sangat-sangat perhatian. Tidak heran sih kalau Mario betah bersama cewek itu.
Selain menarik juga bikin penasaran, itu alasan Mario ketika kami tanyai kenapa mau-mau saja menaklukan hati seorang Ghea.
"Heh! Kepo aja lu monyet!" Aku memberikan ekspresi terkekehku padanya ketika Ghea mendapatiku kepo dengan balasan pesan Mario yang mengatakan 'sayang, nanti ke kls yah, pulang bareng, kangen'
"Hehehe, Mario manja, yah," kataku yang membuat Ghea mendorong dahiku.
"Lebih manjaan Alastair lo itu!"
"Mario juga manja tauuu, posesif lagi!"
"Cakra juga posesif! Ingat!"
Aku kembali ingin berdebat dengannya namun, suara dari speaker sekolah membuat kami terdiam dan lebih memilih fokus mendengarkan suara itu.
"Panggilan kepada Kakanda Alastair Drie Wardana, Ketua Geng, agar segera ke sumber suara sekarang juga. Sekali lagi, panggilan kepada Kakanda Alastair Drie Wardana, Ketua Geng, agar segera ke sumber suara sekarang juga, terima kasih."
Aku tidak mengerti seterkenal apa Alastair hingga para guru pun suka sekali menambahkan embel-embel Ketua Geng di panggilannya untuk Alastair.
"Heh! pacar lo!"
"Yang bilang pacar lo siapa?" sewotku pada Ghea yang di mana langsung kudapatkan jitakan kecil dari cewek itu.
Alastair yang dipanggil namun penghuni kelasku malah berbalik ke arahku, seakan-akan aku baru saja berganti nama.
"Pacar lo, kenapa?" Tanya Ringgo yang membuatku mengedikkan bahu sembari menggeleng. Aku serius tidak tahu hingga kedatangan Dipo yang baru saja menginjakkan kaki ke dalam kelas membuatku langsung menanyainya.
"Dip, Alastair kenapa?"
"Gak pa pa, biasa ... disuruh bantuin satpam ngatur parkiran."
"Heh! buset!" Jessica menimpali kemudian disusul tawanya juga yang lain.
Sialan! Aku sudah panik! Kukira cowok itu kembali berbuat ulah ternyata ... di luar ekspetasi.
Kupukul bahu Ghea agar cewek itu menuntaskan tawanya. Sial.
"Eh-eh, gara-gara ini gue jadi pengen nge-prank Si Cakra."
"Apa-apa? Gue kepo!" Cani berbalik diikuti dengan Jessica. Dasar mereka!
Ghea baru saja ingin bersuara namun pukulan kecil dari buku seorang Dipo ke kepala cewek itu membuat Ghea kesal. "Lo mau apain bos gue? heh!"
"Idih kepo, sana-sana! Kayak cewek aja!"
"Entar gue laporan, ah."
"DIPO!" Kompak kami yang membuatnya memeletkan lidah.
Baru beberapa manit saja orang yang menjadi topik utama kami kini muncul di depan pintu kelasku bersama Billy. "Oy! Boss gossip!"
"Eh, nggak-nggak!" sahutku sembari berjalan ke arah Alastair.
Cowok tinggi itu menyodorkanku sepasang seragam olahraga. Ini milikku yang ku titipkan padanya tadi pagi, dikarenakan tasku tidak muat menampung dan aku sedang malas membawa tas kecil hanya untuk memasukkan seragam ini alhasil kumintai tolong kepada pacarku ini untuk dititipkan ke dalam tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alastair Owns Me
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DI COCONUTBOOKS, PART TIDAK DIHAPUS] Kebodohan terbesarku adalah membantu dirinya untuk mendapatkan orang yang dia cintai. Dan, kebohongan terbesarku adalah pura-pura baik-baik saja akan semua itu. copyright© 2019