Satu

321 10 0
                                    

"Tha,jangan kayak anak kecil dong!"
Bentak seorang anak laki-laki sambil mencoba menepis tangan mungil yang menggelayut di lengan seragam SDnya yang bermotif kotak dan berwarna oranye.

"Bara,umur kita kan emang masih 8 tahun" Anak perempuan di depannya melipat kedua tangan di depan dada sambil memutar kedua bola matanya. Terlihat sangat menyebalkan.

"Ya kalo emang mau beli telur goreng, beli sendiri lah. Gak usah ngerengek ke aku" ujar anak laki-laki itu sambil sedikit mendorong anak perempuan di depannya dengan amat jengkel. Membuat anak perempuan itu sedikit terjungkal ke arah belakang.

"Lah"

"Ck... Pokoknya waktu kita SMP, aku gamau satu sekolah sama kamu"

"Bodo amat" anak perempuan itu menjulurkan lidahnya sambil berjalan gontai meninggalkan temannya yang kini sedang menekuk wajahnya dalam dalam.

Flashback mode:off

"Hahaha...absurd banget muka lo waktu itu. Sumpah" Ujar seorang perempuan sambil mencoba menekuk wajahnya, menirukan sebuah pict yang ada di album foto di pangkuannya.

Foto yang diambil oleh Ibu Atha saat menjemput mereka berdua di SD yang sama. Mendengar pertengkaran kecil tersebut, membuat ibu Atha, Wati, Mengabadikan momen mereka.

Athari Luna Phytagoras namanya, seorang perempuan berambut ikal sepinggang berwarna hitam pekat dengan bola mata cokelat terang. Alis? Biasa,tidak istimewa. Perempuan yang amat sangat membenci matematika, dan mengaku mendapat syndrome alergi nama sendiri.

Atha.

"Ya biasa aja itu muka lo"

"Lah, gue kan ngikutin wajah lo dulu waktu marah banget pas gue ngerengek minta telur goreng" Atha menutup mulutnya sambil menahan tawa. "Alay sih lo"

"Lo emang dari lahir udah nyusahin Tha"

"Barasthia Ista Dewangga, bukannya elo yang nyusahin dari lahir?" Atha memutar kedua bola matanya. Kebiasaan.

"Tha, perlu kaca?" Bara. Seorang lelaki yang terbilang tampan. Alis tebal? Hidung mancung? Mata hazel? Dan bulu mata lentik? Bara punya semua dengan susunan yang sempurna.

Menurun dari keluarganya. Tapi kata Atha, Ayah Bara, Aditya, cakepnya lebih kemana mana. Membuat Amanda, ibu Bara, mendongakkan kepala bangga.

Mereka berdua kini sedang berada di ruang tamu rumah Bara. Menggelar tikar baru bermotif karakter shaun the sheep yang baru Amanda beli di pasar.

Atha memaksa Bara untuk menggeledah album-album foto mereka waktu mereka masih kecil. Melihat foto2 masa kecil mereka berdua. Sekalian nostalgia alasannya.

Padahal sih, Atha sudah berkali kali melihat foto foto itu. Dan melontarkan ejekan yang sama juga. Dasar tidak kreatif. Atha bahkan punya album foto yang berisi foto foto yang sama. Tapi masiiih aja gangguin tetangganya itu.

Emang Bara pernah dosa apa sih, sampe dapet karma kayak gitu. Mungkin itu yang ada di pikiran Bara.

Rumah mereka bersebelahan. Hanya dibatasi dinding sebagai sekat. Bukan, mereka tidak tinggal di sebuah perumahan. Rumah mereka berada di sebuah gang yang jalan di depannya lumayan lebar walau tak seramai jalan raya.

Hari ini, di depan mereka sudah tersedia sebuah toples berisi kacang telur buatan Amanda.

Kacang telur favorit Bara.

"Tante Amanda gak di rumah, Bar?" tanya Atha tanpa mengalihkan pandangannya dari album foto yang berada tepat di depannya.

"Ada kok,di dalem mungkin" Bara beranjak dari posisi duduknya. Beralih tempat ke depan Atha.

Melipat kedua kakinya.

"Gimana sekolah lo?" tanya Bara.

"Udah ngurus pindah kok. Mungkin hari senin gue satu sekolahan sama lo waktu ajaran baru" Cengir Atha sambil melihat Bara yang duduk di depannya. "Capek dih Bar. Masa setiap hari harus naik angkot mulu. SMA kelas 1, sama semester 1 kelas 2 kan nggak se sekolahan sama lo. Seengaknya kita satu sekolah waktu semester 2 di kelas 2 SMA. Susah sih ngurus pindahannya. Tapi kan demi bisa bantu lo cari cewe juga kalo kita sama sekolahnya. Tau kok bar, kalo lo ga laku" lanjut Atha sambil menatap iba Bara yang kini menatapnya tajam.

"Enak aja! Alasan! Elo sih dulu ga belajar. Jadi nggak keterima di SMP yang sama" Bara menoyor kening Atha dengan jari telunjuknya.

"Tapi dulu kan lo bilang kalo gamau 1 SMP sama gue. Ya udah gue ga belajar" Elak Atha. Tatapannya menusuk, seperti menyudutkan Bara bahwa lelaki itu tetap yang salah!

Bara menghela napas pasrah. Sudahlah Bara... Berdebat dengan Atha memang tak semudah itu. Berat.

Bulan ini, Atha berpindah ke SMA yang sama dengan SMA Bara. Kenapa nggak dari awal 1 sekolah? Itu karena memang kemampuan otak Atha tidak seencer Bara. Jadi, Atha terpaksa menjalani 1 tahun ½ di SMA yang berbeda dengan Bara. Tapi karena beberapa minggu lalu, SMA Bara telah mengeluarkan 1 siswa dari sekolah tersebut, biang kerok sekolah, tukang tawuran, dan semua embel-embel buruk yang melekat pada siswa itu, Atha akhirnya bisa berpindah ke SMA Bara. SMA Brawijaya.

Sebenarnya SMA tempat Atha tidak kalah kualitasnya dengan SMA nya Bara. Namun Atha bersikeras berpindah ke SMA yang sama dengan Bara karena agar bisa nebeng katanya.

Walaupun ngakunya sangat anti sama yang namanya matematika, tapi soal perhitungan, Atha jagonya.

Bayangkan saja, naik angkot dari rumahnya ke sekolah itu kira kira ditarik ongkos sekitar 4000. Itu pun masih ditawar sama Atha, jadi 3500.

Kalo pulang sekolah sih, Atha nyuruh Bara buat nebengin. Kan gak takut telat kalo pulang sekolah. Jadi Atha gak merasa ngerepotin.

Lagipula, kayaknya Bara ikhlas. Kan kalau nggak ikhlas, tinggal ngaduin ke orang tuanya. Mereka kan tetanggaan.

Tiap pulang sekolah, Atha selalu sabar menunggu karena jarak sekolahnya dengan Bara lumayan jauh. Tapi demi hemat uang. Kan lumayan uangnya bisa buat beli pentol bakar di depan sekolah.

Pernah suatu waktu, Atha menunggu bara sampai sejam setengah. Gadis itu rasanya ingin mencegat angkot saja. Namun ingat bahwa pengeluarannya untuk angkot dalam seminggu sebanyak 3500 dikali 5 hari untuk berangkat saja, akhirnya ia mengurungkan niatnya.

Ojek online?

Ah, Atha tidak main aplikasi begitu. Nanti memori internalnya habis. Lagian, gadis itu juga cuma beli paketan chat. Manabisa dipakai untuk pesan ojek online.

"Tha?"

Panggilan dari Bara membuat Atha menghentikan tangannya untuk membuka dan melihat foto foto di album foto. Gadis itu mendongak dan menatap Bara bertanya.

"Kacang telur gue!" Bara menatap Atha geram.

Membuat Atha sontak menatap toples di sampingnya. Kacang telur yang hanya tinggal 10 biji di dalam toples. Habis. Padahal tadi masih lumayan penuh. Semuanya amblas. Masuk ke perut Atha tanpa ia sadari.

Atha meringis kecil.

"Gue bisa muntahin lagi kok kalo lo mau" Ujar Atha sebelum Bara membekap mulut perempuan itu dengan tangan.

Atha kan otaknya agak minus. Takutnya dilakuin beneran.

"BAR, ITU ATHARI DIAPAIN!" Teriak Amanda yang baru keluar dari dalam dapur.

AthariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang