Sepuluh

100 4 0
                                    

Kemah khusus ekstra lapangan sudah berangkat sejak pukul 5 pagi. Walaupun uang saku Atha dan juga uang tambahan untuk naik angkot sudah diberikan oleh Bara, tapi perempuan itu sedih juga. Soalnya nggak ada yang ngintilin dia lagi. Jadi sebenarnya yang ngintilin itu Bara atau Atha? Atau mereka sama sama saling ngintilin satu sama lain?

Tapi Atha nggak sedih sedih amat sih, soalnya malam kemarin Leo telfonan sama Atha sepulang perempuan itu dari rumah Bara. Telfonan sampe pukul 11 malam. Dan cowok itu bilang kalau dia bakalan jemput Atha pagi ini. Hm... Hati Atha berbunga bunga. Dia pakai parfum, yang kalau berangkat sekolah sama Bara nggak pernah dia pakai.

Atha berbunga bunga karena uang ongkos angkotnya tidak berkurang, berangkat bareng cowok ganteng pula. Beruntung sekali.

"Tha, itu mobil siapa ya?" Tanya Wati yang setiap pagi rutin menyiram tanaman di halaman rumahnya sebelum ia ke SD tempatnya mengajar.

Dahi Wati mengernyit. Atha bilang kalau Bara sedang ada kemah ekstra. Trus yang jemput sekarang siapa? Wati nggak tau lagi selera anak sekarang.

Atha berlari kecil menyalimi ibu dan ayahnya yang sedang duduk di kursi depan menikmati kopi. Mentari sudah kembali ke kostannya kemarin karena liburnya hanya 2 hari saja.

"Temen Ma. Atha berangkat ya" Atha kembali berlari ke arah mobil Leo yang berhenti di depan pagar rumahnya. Membuka pintu mobil, dan duduk di jok depan.

"Pagi Phytagoras" Sapa Leo. Tau bahwa perempuan disampingnya sangat tak suka dengan nama unik yang disempilkan ayahnya dengan iseng menjadi nama belakang. "Masih pagi udah sok sok an ngambek aja"

Camaleo menarik pipi Atha gemas saat perempuan disampingnya memajukan bibir.

Leo melajukan mobilnya seolah menarik pipi orang adalah hal lumrah. Duh, jantung Atha kok jadi lompat lompat gini sih. Bahkan pipinya sudah menjadi memerah.

Atha yang biasanya banyak bicara, jadi diam seribu bahasa. Mau ngomong tapi grogi. Apalagi perjalanan kali ini rasanya lama sekali. Apa emang Leo sengaja memelankan?

"Pulang sekolah gue jemput lagi ya" Ujar Leo saat mobil mereka berhenti di lampu merah. Atha mengangguk pelan. "Lo malem ini free nggak?"

Wah, ini Atha diajakin kencan? Mata gadis itu berbinar. Tapi..  Bara melarangnya keluar rumah, kecuali kerumahnya, kalau besok adalah hari sekolah. Bisa bisa telinga Atha panas lagi ngedenger Bara bernasihat seperti kemarin malam.

"Besok kan masih sekolah" Jawab Atha menampakkan raut kecewa. "Lagian, Bara nggak ngebolehin gue main malem kalo besok harus sekolah."

Leo kali ini tak menjawab apapun. Sibuk menatap jalanan. Bahkan tidak menanggapi ucapan Atha. Hingga mobilnya sampai di depan gerbang SMA Brawijaya.

"Makasih" Atha jadi tidak enak setelah menolak ajakan Leo.

"Tapi ini masih ajaran baru kan Tha. Lo pasti belum ada PR banyak. Keluar sama gue ya nanti malem" Camaleo menahan lengan Atha yang akan membuka pintu mobil dan keluar dari sana.

Aduh... Atha bingung. Walaupun Bara nggak ada buat marahin dia, tapi kan jangan jangan dia bisa telepati. Lama banget Atha mikirnya.

"Please... Pulang sebelum jam 10 deh" Kali ini Leo menyatukan kedua tangannya memohon. Apalagi sorot matanya yang seakan akan minta dikasihani, dan dituruti kemauannya.

Ah, bodo amat deh. Bara kan lagi kemah sama Calista. Masa dia ga boleh keluar sama Leo.

Atha mengangguk.

Langkah Atha selanjutnya, semakin membuat gadis itu tak sabar menunggu malam nanti. Menyapa orang orang yang tak dikenalnya dengan senyuman lebar di sepanjang koridor.

Dia harus pakai baju yang mana? Batin Atha di setiap langkahnya menuju kelas. Windu dan Okta wajib tahu! Atha tidak akan melunturkan senyumnya sedikitpun!

***

"HAH! CAMALEO" Teriak Okta dan Windu bersamaan saat Atha sampai di kelasnya, dan menceritakan sebab ia tersenyum sejak jam pelajaran pertama sampai jam istirahat pertama ini.

Atha mengangguk sok manis. Mendengar nama Leo saja sudah membuat perutnya seperti tergelitik. "Jangan keras keras dong!"

Windu menggeleng kepala tak percaya. Bahkan Okta berkali kali terdengan beristighfar. Atha ini kesambet atau gimana? Leo itu ganteng sih... Tapi...

"Lo waras kan Tha? Dia itu badboynya kebangetan. Gak ada yang keren sama sekali dari anak nakal kayak dia" Windu memaki sikap Atha sambil menggeleng tak percaya.

"Gue bahkan lebih suka lo sama Bara daripada sama Leo. Lo nggak tau Tha nakalnya dia. Dia itu suka tawuran sama SMK negeri yang nggak jauh dari tempat kita, dia juga sering banget bolos, minum minum di club, dan lain lain. Kalopun dia narkoba kita juga nggak tau!" Okta kali ini berucap panjang sekali. Menasehati Atha sebelum perempuan itu terjerumus. "Bara tau?"

Atha menganggukan kepala. "Dia larang gue. Tapi akhirnya ngebolehin kok"

Windu dan Okta menepuk jidat mereka. "Kalo cowok sampe ngelarang itu berarti emang sikapnya Leo udah diluar batas wajar Tha"

Atha tak menjawab. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Leo baik dengannya sampai sejauh ini, tidak ada yang salah bukan?

Selama jam pelajaran, Atha lebih banyak diam. Memikirkan nasehat nasehat dari teman temannya. Walaupun Atha ini kalo dilarang biasanya bakal dilakuin, tapi ini masalah berbeda.

Bagaimana kalau yang dibilang Okta sama Windu itu bener? Atha jadi ragu buat kencan sama Leo nanti malam.

Seperti saat ini, ketika Atha menunggu Leo di depan gerbang sekolah saat bel pulang terdengar sambil melamun. Menghindari Leo? Tidak mungkin. Rasanya berdekatan dengan Leo itu sangat menyenangkan saat jantungnya deg degan terus, masa harus ninggalin sih.

TIN..

Sebuah klakson membuyarkan lamunan Atha. Mobil Leo! Gadis itu membuka pintu mobil Leo dengan sangat hati hati. Sedikit parno. Kalau tiba tiba Leo menikamnya bagaimana?

Tapi ketakutan itu lenyap tak bersisa saat lelaki yang sempat menjadi alasan Atha parno nggak jelas malah tersenyum lebar melihat perempuan itu duduk disampingnya. Duh... Ganteng banget. Gak mungkinkan cowok seganteng dia 'nakal' kayak yang dipikir teman temannya?

"Nih" Leo menyodorkan sebuah minuman bermerk goodmood. Atha menerimanya dengan suka cita. "Buat lo. Tadi gue beli di kantin SMK Kusuma"

Bohong! Jelas jelas Leo seharian ini menghabiskan waktunya di warung depan sekolahnya, disamping sekolah Atha. Nongkrong dengan teman sekelasnya, ataupun kakak tingkat lain. Menyesap kopi hitam yang ia pesan, dan juga menghisap rokok yang ia beli di warung itu.

Warung Mpok Ndari. Warung yang bagian dalamnya sedikit tertutup oleh bekas spanduk minuman bertenaga itu memang selalu dipenuhi oleh siswa lelaki yang kumpul maupun ngopi bersama temannya. Dari SMA Brawijaya, maupun SMK Kusuma.

"Makasih ya" Ini kan salah satu minuman kesukaan Atha. Semua minuman yang tidak Atha beli dengan uang sendiri adalah minuman favorite.

Baru saja Atha akan membuka tutup botol, otaknya berbicara lagi 'Gimana kalau ternyata minumannya dikasih sianida?'. Jiwa parnonya berkoar seketika.

AthariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang